Anda di halaman 1dari 22

Tatalaksana

Tujuan terapi
Manajemen asma untuk mempertahan kualitas hidup & kesehatan ibu, serta
pematangan janin
Penanganan Asma Selama Kehamilan &
Persalinan
Gejala minimal/tidak ada, termasuk gejala malam

Tidak ada eksaserbasi/minimal


Asma dikatakan Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk berolahraga
terkontrol jika
Kebutuhan bronkodilator minimal

Menjaga fungsi paru mendekati normal

Efek samping obat minimal (tidak ada)


Penilaian & pemantauan asma

• Ukur PFR 2x/hari


• USG serial

Pengendalian faktor resiko


Komponen
• Identifikasi, kontrol, menghindari alergen & iritan
Pengobatan
Asma Edukasi pasien

• Pemantauan terhadap diri sendiri


• Penggunaan inhaler yang tepat
• Edukasi rencana terapi jangka panjang
• Menangani tanda asma yang memburuk

Pendekatan bertahap terapi farmakologis


Tatalaksana Asma Kronis pada
Kehamilan
Asma Intermiten Ringan
Asma Persisten Ringan
Asma Persisten Sedang
Asma Persisten Berat
Asma Intermiten Ringan

• Albuterol
• Beta2-agonis inhalasi kerja singkat yang paling banyak digunakan pasien hamil
• Tidak bersifat teratogenik
Asma Persisten Ringan

Kortikosteroid dosis rendah


• Budesonide  aman pada perempuan hamil
• Mekanisme
• Perbaikan faal paru
• Hiperesponsif jalan napas ↓
• Gejala ↓  memperbaiki kualitas hidup
• Frekuensi dan berat serangan ↓
• Cegah remodeling dinding jalan napas
Alternatif

• Menghambat degranulasi sel • Bronkodilatasi (hambat • Hambat 5-lipoksigenase  memblok


mast fosfodiesterase)  konsentrasi sintesis semua leukotrin (zileuton)
• Toleransi & profil keamanan yang tinggi (>10 mg/dl) • Memblok reseptor leukotrien sisteinil
pada sel target (montelukas, pranlukas,
baik, tetapi kurang efektif • Antiinflamasi (ekstrapulmoner) zafirlukas).
dibanding kortikostroid inhalasi  konsentrasi rendah (5-10 • Efek bronkodilator minimal &
mg/dl) antiinflamasi
• Perhatikan dosis titrasi  • Aman ibu hamil  golangan antagonis
konsentrasi teofilin serum 5 – reseptor leukotriene
12 mcg/mL

Leukotrien
Cromolyn Teofilin modifiers
Obat Inhaler pada Terapi Asma dengan Kehamilan (Bonham et al, 2018)
Asma Persisten Sedang

• Data keefektifan & keamanan kombinasi terapi selama kehamilan terbatas


• Kontrol acak pada orang dewasa tidak hamil
β2 agonis inhalasi kerja lama + kortiko steroid inhalasi dosis rendah >
meningkatkan dosis kortikosteroid.
Asma Persisten Berat

Evaluasi Terapi asma Kortikosteroid


Kortikosteroid
kepatuhan & persisten dosis tinggi
sistemik
teknik sedang gagal inhalasi
Dosis Obat Kontrol Jangka Panjang
pada Asma dengan Kehamilan dan
Menyusui (NHLBI, 2004)
Dosis Kortikosteroid
Inhalasi (NHLBI, 2004)
Tatalaksana Eksaserbasi Asma pada
Kehamilan
Serupa dengan terapi eksaserbasi asma yang tidak hamil  rekomendasi MRS
Masker oksigen, hidrasi
Pengukuran fungsi paru
Pulse oximetry
Monitoring fetus
Algoritma Tata Laksana
Eksaserbasi Asma Selama
Kehamilan dan Menyusui di
Rumah (NHLBI, 2004)
Tata laksana eksaserbasi
asma selama kehamilan
dan menyusui di rumah
sakit (NHLBI, 2004)

• Asma berat yang tidak berespons


terhadap terapi dalam 30 – 60
menit  status asmatikus  ICU
• Ventilasi mekanik  keadaan
kelelahan, retensi CO2, dan
hipoksemia
Pilihan obat dan dosis eksaserbasi
asma selama kehamilan dan
menyusui (NHLBI, 2004)
Lini I  β adrenergic agonis

Berikatan dng reseptor


permukaan sel spesifik

Adenilil siklase aktif

Siklik AMP intraseluler ↑

Memodulasi relaksasi otot


polos bronkus
Tatalaksana Asma dalam Persalinan
Pada kehamilan dgn asma yg terkontrol baik, tidak diperlukan suatu
intervensi obstetri awal.
Monitoring  PEFR dan FEV1 , kondisi janin

Respon pada beta-agonis inhalasi buruk  kortikosteroid.

Kala I, pengobatan asma prenatal harus diteruskan,bila mendapat


kortikosteroid hidrokortison 100 mg IV/8 jam – persalinan
Oksitosin atau Prostaglandin E2  pematangan serviks dan induksi
• Kala II
• Persalinan pervaginam
• SC atas indikasi obstetri dng anestesi regional (intubasi  bronkospasme)
• Anestesi : gol. narkotik yang tidak melepaskan histamin (Fentanyl)
• Meperidine pelepasan histamin tetapi jarang menyebabkan
bronkospasme selama persalinan
• Perdarahan postpartum diatasi dgn PGE dan uterotonika lainnya
(PGF2αbronkospasme)
Tatalaksana Asma dalam Persalinan
Penanganan asma postpartum tidak berubah
Menyusui bukan kontraaindikasi
Teofilin & kortikosteroid terdapat pada asi dalam konsentrasi rendah & tidak berpengaruh pada
bayi.
Sebelum kehamilan  Konseling mengenai pengaruh kehamilan dan asma, serta pengobatan
 Penyesuaian terapi maintenance untuk optimalisasi fungsi respirasi
 Hindari faktor pencetus, alergen
 Rujukan dini pada pemeriksaan antenatal

Selama kehamilan  Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala dan pemantauan kadar teofilin dalam
darah, karena selama hamil terjadi hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang
Langkah Penanganan lebih tinggi
 Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan
Asma pada Kehamilan  Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik pada janin
(Cunningham, 2012) 

Pemeriksaan fungsi paru ibu
Pada pasien yang stabil, NST dilakukan pada akhir trimester II atau awal trimester
III
 Konsultasi anestesi untuk persiapan persalinan

Saat persalinan  Pemeriksaan FEV1 dan PEFR saat masuk rumah sakit dan diulang bila timbul
gejala
 Pemberian oksigen adekuat
 Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg IV setiap 8 jam) diberikan 4 minggu
sebelum persalinan dan terapi maintenance diberikan selama persalinan
 Anestesi epidural dapat digunakan selama proses persalinan. Pada persalinan
operatif lebih baik digunakan anestesi regional untuk menghindari rangsangan
pada intubasi trakea. Penanganan perdarahan pasca persalinan sebaiknya
menggunakan uterotonik atau PGE2 karena PGE dapat merangsang
bronkospasme
Pasca persalinan  Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mukus paru, latihan pernafasan untuk
mencegah atau meminimalisasi atelektasis, mulai pemberian terapi maintenance
 Pemberian ASI tidak menjadi kontraindikasi meskipun ibu mendapat obat
antiasma termasuk prednison.
Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronis, reversibel saluran pernapasan dengan ciri meningkatnya respon trakea & bronkus
terhadap berbagai rangsangan. Penyempitan jalan nafas dengan luas & derajat dapat berubah-ubah secara spontan yang
ditandai dengan mengi, batuk, & sesak terutama pada malam/ pagi hari akibat penyumbatan saluran napas.
Faktor resiko terjadinya asma antara lain faktor endogen seperti genetik dan faktor eksogen seperti paparan alergen, iritasi
pekerjaan, asap tembakau, aktivitas fisik, iritasi kimia, infeksi respirasi (virus), ekspresi emosi, & obat.
Diagnosis asma dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Prognosis asma bronkial baik
pada 50%-80% pasien, terutama dengan penyakit ringan. Namun apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, sehingga perlu penatalaksanaan farmakologi & non farmakologi. Penatalaksaan asma kronis pada kehamilan
harus mencakup menilai fungsi paru dan kesehatan janin, menghindari faktor pencetus, edukasi pasien, & terapi farmakologi
pada kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai