Tujuan terapi
Manajemen asma untuk mempertahan kualitas hidup & kesehatan ibu, serta
pematangan janin
Penanganan Asma Selama Kehamilan &
Persalinan
Gejala minimal/tidak ada, termasuk gejala malam
• Albuterol
• Beta2-agonis inhalasi kerja singkat yang paling banyak digunakan pasien hamil
• Tidak bersifat teratogenik
Asma Persisten Ringan
Leukotrien
Cromolyn Teofilin modifiers
Obat Inhaler pada Terapi Asma dengan Kehamilan (Bonham et al, 2018)
Asma Persisten Sedang
Selama kehamilan Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala dan pemantauan kadar teofilin dalam
darah, karena selama hamil terjadi hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang
Langkah Penanganan lebih tinggi
Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan
Asma pada Kehamilan Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik pada janin
(Cunningham, 2012)
Pemeriksaan fungsi paru ibu
Pada pasien yang stabil, NST dilakukan pada akhir trimester II atau awal trimester
III
Konsultasi anestesi untuk persiapan persalinan
Saat persalinan Pemeriksaan FEV1 dan PEFR saat masuk rumah sakit dan diulang bila timbul
gejala
Pemberian oksigen adekuat
Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg IV setiap 8 jam) diberikan 4 minggu
sebelum persalinan dan terapi maintenance diberikan selama persalinan
Anestesi epidural dapat digunakan selama proses persalinan. Pada persalinan
operatif lebih baik digunakan anestesi regional untuk menghindari rangsangan
pada intubasi trakea. Penanganan perdarahan pasca persalinan sebaiknya
menggunakan uterotonik atau PGE2 karena PGE dapat merangsang
bronkospasme
Pasca persalinan Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mukus paru, latihan pernafasan untuk
mencegah atau meminimalisasi atelektasis, mulai pemberian terapi maintenance
Pemberian ASI tidak menjadi kontraindikasi meskipun ibu mendapat obat
antiasma termasuk prednison.
Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronis, reversibel saluran pernapasan dengan ciri meningkatnya respon trakea & bronkus
terhadap berbagai rangsangan. Penyempitan jalan nafas dengan luas & derajat dapat berubah-ubah secara spontan yang
ditandai dengan mengi, batuk, & sesak terutama pada malam/ pagi hari akibat penyumbatan saluran napas.
Faktor resiko terjadinya asma antara lain faktor endogen seperti genetik dan faktor eksogen seperti paparan alergen, iritasi
pekerjaan, asap tembakau, aktivitas fisik, iritasi kimia, infeksi respirasi (virus), ekspresi emosi, & obat.
Diagnosis asma dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Prognosis asma bronkial baik
pada 50%-80% pasien, terutama dengan penyakit ringan. Namun apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, sehingga perlu penatalaksanaan farmakologi & non farmakologi. Penatalaksaan asma kronis pada kehamilan
harus mencakup menilai fungsi paru dan kesehatan janin, menghindari faktor pencetus, edukasi pasien, & terapi farmakologi
pada kehamilan.