Anda di halaman 1dari 26

PERSYARATAN

PENGUSAHA
Manajemen Kewirausahaan
Pendahuluan

■ Kasus Antena TV (Bab 2) menunjukkan : hal-hal sederhana, sekitar


kehidupan sehari-hari bisa mengandung peluang usaha
– Antena TV, perangkat sehari-hari, biasa dilihat/digunakan, bisa
mengandung peluang usaha
– Kemungkinan : masih banyak peluang usaha bisa muncul dari perangkat
sehari-hari lainnya  belum dimanfaatkan karena belum ‘ditemukan’;
contoh: pompa air, kompor gas, sumber air, jaringan listrik, dsb.
■ Banyak pihak menggunakan/melihat antena TV, ternyata sedikit sekali
yang mampu melihat peluang usaha, tersembunyi dalam perangkat ini
– Kemampuan menemukan peluang usaha, sangat membantu keberhasilan
 bisa memulai usaha baru yang belum pernah dijamah oleh pihak lain 
Beberapa lama bebas dari persaingan (dibandingkan dengan Roti Bakar
dan batagor)
 Kemampuan membaca peluang usaha salah satu persyaratan untuk
orang yang akan membuka usaha  bagian ini, membahas persyaratan
bagi yang akan mencoba menjadi pengusaha kecil
Ciri-Ciri Pengusaha Kecil
Sukses (1)
■ Banyak ilmuwan mencoba menggambarkan, teoritis, ciri-ciri orang berbakat
menjadi pengusaha (wirausaha):
■ David McClelland:
– Mempunyai kemampuan melihat kesempatan (peluang)
– Memiliki Dorongan untuk mencapai sesuatu (need for achievement –
nAch) yang tinggi
– Keinginan untuk bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan
– Kecenderungan untuk mengambil risiko yang moderat (risiko yang
terhitung atau calculated risk)
– Mempunyai persepsi mengenai kemungkinan mencapai keberhasilan
– Mampu belajar dari pengalaman
– Lebih energik daripada masyarakat pada umumnya
– Berorientasi Kepada Masa Depan
– Mampu berorganisasi dalam mengatur orang/pekerjaan untuk
mencapai tujuan
– Berorientasi pada keuntungan memperoleh keuntungan finansial
Ciri-Ciri Pengusaha Kecil
Sukses (2)
■ Beglay dan Boyd:
– Mempunyai keinginan untuk maju dan dorongan untuk mencapai
sesuatu (need ofr achievement) yang tinggi.
– Memiliki kemampuan untuk mengendalikan
– Berani mengambil risiko
– Mempunyai toleransi terhadap abiguitas
– Berperilaku tipe A (a.l. agresif, kompetitif, gerak cepat, mampu
melakukan 2 hal secara simultan)
■ Ciri-ciri teoritis sering digunakan dalam pelatihan / pembelajaran
kewirausahaan, dengan hasil : peserta pelatihan jadi paham ciri-
ciri wirausaha tapi mereka tetap tidak berhasil menjadi
pengusaha.
Ciri-Ciri Pengusaha Kecil
Sukses (3)
■ Apakah perlu Berbakat untuk menjadi pengusaha kecil yang
sukses?
– Kenyataan lapangan: sangat jarang pengusaha kecil sukses
dengan karakteristisk seperti ciri-ciri teoritis
■ yang ada: perilaku berlawanan dengan teori
mungkin keberhasilan UK lebih didukung oleh ketepatan pilihan produk
atau jasa (yang hanya sesuai bagi UK), bukan karena dipimpin
pengusaha berbakat (sesuai dengan teori sebelumnya)

– Dalam kelompok (sentra atau klaster) UK yang umumnya sukses,


ciri-ciri pengusaha sukses mungkin hanya dimiliki pengusaha
pertama, pelopor jenis usaha tersebut:
■ Pengusaha sukses lainnya adalah ‘peniru yang beruntung’: kebetulan
ikut-ikutan pada jenis usaha yang prospeknya baik  terbawa sukses
Ciri-Ciri Pengusaha Sukses
(4)
– Kenyataan mengejutkan pernah dijumpai di suatu
kelompok IK yang membuat produk teknik dan tergolong
sukses : lebih 80% pengusaha yang sukses tersebut
‘ingin menjadi Pegawai Negeri!’
■ Berarti menjalankan usaha jangan dengan ‘pemikiran’
yang tidak selaras dengan yang mereka jalankan, dan
tetap bisa sukses: cita-cita menjadi pegawai negeri,
berarti bukan jenis orang berjiwa wirausaha.

■ Berarti: terbuka peluang bagi siapapun juga, berbakat


ataupun tidak, untuk menjadi pengsuaha (wirausaha) kecil
sukses
Ciri-Ciri Pengusaha Sukses di
Lapangan
Pengamatan di lapangan menunjukkan, dua ciri menonjol
pengusaha kecil sukses:

(1) mampu “melihat lebih dalam”, dan


(2) ulet atau konsisten.
Ciri-Ciri Pengusaha Sukses di
Lapangan:
Mampu “melihat lebih dalam” (1)
■ Pengusaha kecil sukses umumnya paham, secara lebih
mendalam, apa yang terjadi, terutama dalam lingkup usaha
mereka, dibanding manusia normal
■ Umumnya sangat menghayati apa yang dijalankan dan yang
terjadi di sekeliling mereka  mampu menemukan peluang
usaha, yang terbukti sukses, dari hal-hal yang sebelumnya tidak
pernah dibayangkan oleh orang lain
■ Kemampuan “melihat lebih dalam” terdiri dari :
A. Kemampuan membaca peluang usaha
B. Kemampuan membaca atau memahami esensial dari Produk atau
Jasa
C. Kemampuan membaca potensi ataupun keterbatasan diri
D. Kemampuan mengusahakan kesesuaian
Mampu “melihat lebih dalam” (1)
Kemampuan membaca peluang usaha

■ Kemampuan “mencium” adanya peluang usaha (permintaan yang


sudah muncul ataupun yang masih tersembunyi) dari yang mereka
lihat atau yang dialami, dalam kehidupan sehari-hari
 contoh-contoh menunjukkan peluang usaha jika ada pihak yang tidak
dapat menjalankan fungsi yang seharusnya dijalankan
IBU RT SEKOLAH

POMPA AIR DI RUMAH DOSEN


Mampu “melihat lebih dalam” (2)
Kemampuan membaca peluang usaha

Secara lebih lengkap, peluang usaha muncul dari :


1) Kebutuhan menggantikan fungsi
– 2 contoh sebelumnya (coba temukan contoh jenis peluang lain)
2) Kebutuhan untuk menghubungkan
– kehidupan modern rumit  manusia modern tidak memiliki
kesempatan untuk memenuhi sendiri seluruh jenis kebutuhannya 
makin modern tingkat kehidupan makin banyak kebutuhan yang
tidak dapat diusahakan sendiri dan perlu disediakan oleh orang lain
– seringkali, apa yang dibutuhkan tidak bisa didapatkan secara
langsung  muncul kebutuhan akan fungsi perantara
3) Kebutuhan jenis produk/jasa tertentu karena terjadi perubahan
atau karena kondisi khusus tertentu, contoh :
– Listrik, perubahan tegangan : trafo Step-up Step-down
– Pajak : formulir untuk membayar pajak rumit, pengisiannya
menuntut keahlian tertentu (tidak dimiliki oleh pembayar pajak) 
kebutuhan akan konsultan pajak
Mampu “melihat lebih dalam” (3)
Kemampuan membaca atau memahami esensial dari Produk
atau Jasa

THE BALLAD OF..

■ kegagalan UK sering terjadi karena tidak paham esensial


produk/jasa yang ditawarkan
■ saat memasarkan/menawarkan produk/jasa tidak lengkap
mengekspos aspek-aspek yang diinginkan konsumen, atau hanya
mengekspos aspek teknis
■ tidak menyadari bahwa konsumen menginginkan seluruh aspek
secara lengkap dan maksimal
Mampu “melihat lebih dalam”(4)
Kemampuan membaca potensi ataupun
keterbatasan diri
■ setelah memiliki pilihan produk/jasa dengan prospek yang baik dan
paham esensial produk/jasa tersebut, perlu dipahami kesesuaian
pilihan tersebut dengan potensi ataupun keterbatasan diri
pengusaha ataupun UK
■ sering dikatakan : sebaiknya kita terjun ke bidang usaha yang betul-
betul dipahami. Menjalankan usaha tanpa paham  terpaksa
mempekerjakan orang lain (ahli)  pengusaha didikte oleh ahli 
perusahaan tidak terkendalikan dengan baik
Mampu “melihat lebih dalam”(5)
Kemampuan membaca potensi ataupun
keterbatasan diri
■ dalam memikirkan prospek usaha, sering keliru dalam memahami
arti potensi diri : potensi diri ditafsirkan sebagai “keahlian teknis”
(misalnya keahlian menjahit, mengelas, main musik, dsb.), yang sulit
dan perlu waktu panjang untuk dikuasai.
– masih banyak jenis potensi diri lainnya (sebenarnya sudah
bertahun-tahun kita bangun tanpa sadar), dan bisa
dimanfaatkan untuk mengembangkan perusahaan, contoh :
pergaulan dengan network luas ataupun pergaulan di
kalangan elite  bisa dimanfaatkan untuk memasarkan
sesuatu yang sesuai : “tinggal memikirkan produk/jasa yang
hendak ditawarkan, pasarnya sendiri mempunyai daya beli
tinggi dan sudah sangat kita kenal”
■ Selera : Harap browsing dengan keywords: Miss Jinjing
(http://belanja-sampai-mati.blogspot.co.id/)
– Sifat lainnya, seperti : ramah, negosiator, dsb.
Mampu “melihat lebih dalam”(6)
Kemampuan mengusahakan kesesuaian

■ (1) pilihan jenis produk/jasa perlu sesuai (2) pasar (permintaan),


dan sesuai untuk dijalankan oleh UK - sesuai dengan (3) potensi
maupun keterbatasan UK
■ kesesuaian ketiga unsur merupakan kunci keberhasilan  agar
mampu mengusahakan kesesuaian dibutuhkan “kemampuan
melihat lebih dalam” (telah dibahas sebelumnya)
– memahami kebutuhan pasar, proses produksi, dan esensial
produk/jasa, dan juga paham potensi maupun keterbatasan diri;
seluruhnya berawal dari “kemampuan melihat lebih dalam”
■ disarankan untuk menjalankan usaha yang semua unsurnya satu
sama lain sesuai
– bisa terjadi (karena terpaksa), seseorang “memaksa” ketidak-sesuaian
menjadi kesesuaian  usaha berjalan dengan baik tapi disertai stress
 dalam jangka panjang, tekanan ketidaksesuaian bisa menjadi
terlalu kuat  terjadi “letupan”
– disarankan : memaksakan kesesuaian hanya untuk periode waktu
terbatas : mengumpulkan modal untuk membuka usaha baru yang
seluruh unsur-unsurnya saling sesuai
Mampu “melihat lebih dalam”(7)
Bagaimana cara mengembangkan
kemampuan “melihat lebih dalam”
■ bagaimana cara mengembangkan kemampuan ‘melihat lebih
dalam’ tersebut ?”
■ belum ada jawaban yang pasti, tetapi pengusaha sukses
tampaknya memiliki sifat “selalu mempertanyakan” terhadap
semua yang mereka alami, contoh : reaksi mereka jika
terjebak kemacetan lalu-lintas yang sangat lama, tampaknya
berbeda dengan reaksi manusia biasa :
– Orang kebanyakan akan kesal, marah-marah, mengomel, dsb.
sementara mereka, setelah kesal, marah-marah, dan
mengomel, kemudian berlanjut dengan mempertanyakan :
“apa sebabnya terjadi kemacetan ?”, “apa sebabnya tidak ada
petugas yang mengatur lalu lintas ?”, apa sebabnya semua
orang keluar pada saat yang sama ?”, dsb., dan mulai
mencoba merenungkan jawabannya sendiri.
Mampu “melihat lebih dalam”(8)
Bagaimana cara mengembangkan
kemampuan “melihat lebih dalam”
– Apabila dibawa mengunjungi rumah susun sederhana yang
kumuh, sempit, ribut, rusuh, dsb. orang biasa akan merasa
bahwa suasananya tidak menyenangkan, sedangkan mereka,
selain juga tidak merasa nyaman , mulai berhitung : “kalau di
kompleks ini ada sekian ribu orang, dan tiap hari setiap orang
memerlukan beras sekian liter, gula sekian kilo, dst. maka
berarti di sini dibutuhkan sekian ton beras, sekian kuintal gula,
setiap hari”.
Mampu “melihat lebih dalam”(9)
Bagaimana cara mengembangkan
kemampuan “melihat lebih dalam”
■ “perjalanan” para pengusaha kecil sukses hingga jadi besar
ternyata dilalui dengan banyak melakukan kesalahan: tidak
memiliki kemampuan “melihat lebih dalam” yang cukup baik
 berulangkali melakukan berbagai kekeliruan (kesalahan
kecil hingga besar)
– tetapi, persyaratan kedua (ulet atau konsisten) membuat
mereka mampu bertahan  akhirnya sukses (pemahaman
terhadap usaha menjadi sempurna)
Ulet / Konsisten
Haji Soma (1)

Haji Soma, pengusaha pertenunan yang sukses dari Majalaya, memulai


usaha pertenunan sejak jaman penjajahan Belanda. Saat itu, ia dan
istrinya bekerja di rumah seorang pejabat Belanda sebagai pembantu :
sang suami menjadi tukang kebun sedang sang istri di dapur. Pasangan
suami istri ini bekerja dari pagi hingga sore, dan sehari-hari mereka tidur
di rumah milik mereka sendiri, tidak menginap di tempat sang majikan.
Setelah cukup lama menabung, mengumpulkan sisa-sisa gaji bulanan
yang mereka terima, akhirnya mereka berhasil membeli 2 buah alat
tenun (ATBM – Alat Tenun Bukan Mesin). Berikutnya, mereka kembali
menabung untuk membeli bahan baku (benang tenun), dan setiap
malam, selepas jam kerja, mulai bertenun kain. Setelah menghasilkan
sekian gulung kain, Haji Soma kemudian meminta cuti selama beberapa
hari. Gulungan kain dinaikkan pada sebuah sepeda, diikat, dan karena
cukup banyak jumlahnya sepeda tersebut tidak lagi bisa ditunggangi –
hanya bisa didorong. Ia kemudian berkeliling, mendorong sepeda,
menjajakan kain. Di kota asalnya, Majalaya biasanya tidak ada kain yang
berhasil dijual karena di kota tersebut sangat banyak perusahaan
pertenunan rumahan.
Ulet / Konsisten
Haji Soma (2)

Haji Soma kemudian berjalan kaki ke arah Barat menuju kota Bandung,
sambil mendorong sepeda yang sarat dimuati gulungan tekstil. Lima
kilometer kemudian ia sampai di Ciparay, yang juga penuh dengan
pengrajin tenun, sehingga juga biasanya tidak ada kain yang berhasil
dijual. Melanjutkan perjalanan, 30 kilometer kemudian ia sampai di
pinggiran kota Bandung, dan mulailah beberapa gulungan kain berhasil
dijual
Puluhan tahun kemudian, Haji Soma sudah menjadi pengusaha yang
terbilang paling sukses di daerahnya. Suatu saat ia didatangi oleh
seorang peneliti yang ingin mempelajari perjalanan perkembangan para
pengusaha kecil yang berhasil.
Ulet / Konsisten
Haji Soma (3)

Peneliti : “Pak Haji, biasanya perjalanan mendorong sepeda sambil


bawa kain, berakhir di mana ?”
Haji Soma : “Kadang-kadang sampai Tanjung Priok, Jakarta.
Pulangnya, saya naik kereta api sampai ke Majalaya”
Peneliti : “Berapa lama Pak Haji berjualan kain dengan cara seperti
itu ?”
Haji Soma : “Yaah, barangkali 3 sampai 6 tahun”
Peneliti : “Terus-terusan seperti itu caranya berjualan selama 6
tahun ?”
Haji Soma : “Tidak juga, kadang-kadang berhenti dulu, soalnya
uangnya sering terpakai keperluan yang lain, ada yang
sakit, dll. Tapi, kalau uangnya sudah ada lagi, mulai lagi,
bikin tekstil lagi”
Ulet / Konsisten

■ Hampir semua pengusaha kecil sukses pernah mengalami


masa-masa “keras”, (terutama di awal memulai usaha), tetapi
mereka secara konsisten akan selalu mencoba kembali
menekuni usaha yang sudah mereka mulai itu.
■ Mengapa keuletan atau konsistensi ini juga menjadi persyaratan
utama ?
– tetap bertahan  akumulasi pengalaman  paham dan
menguasai seluruh aspek penting ataupun rawan (crucial)
– banyak calon pengusaha “cepat patah” : begitu mengalami
kesulitan, berhenti atau pindah ke jenis usaha yang lain  tidak
pernah menguasai suatu jenis usaha secara lengkap dan
mendalam.
– Pengusaha ulet dan konsisten akhirnya paham dan menguasai
seluruh aspek penting  mula-mula paham cara bertahan-hidup
(survive) kemudian paham cara untuk menjadi unggul
Ulet / Konsisten
Haji Soma (4)

Peneliti : “Apa sebabnya Pak Haji malah buka peternakan bebek,


pabrik batako, dll. ? Mengapa bukan perusahaan pertenunan
saja yang dibesarkan. Sekarang Pak Haji cuma punya 120
mesin tenun, padahal saya lihat Pak Haji Dodi punya 350
mesin tenun, bahkan di pabrik Pak Haji Ahadiat ada 600
mesin ?”
Haji Soma : “ Iya, saya juga tahu. Tapi, saya juga sudah coba, punya 200
mesin tenun, pernah juga 80 mesin tenun. Ternyata, yang
paling menguntungkan 120 mesin tenun. Buat apa punya
600 mesin tenun kalau sehari-hari kebanyakannya
menganggur !”
Di saat yang lain, si peneliti mencoba mempertanyakan teori yang ia pelajari
tentang pertumbuhan perusahaan kepada Pak Haji Soma.
Menurut teori itu, semakin besar persentase keuntungan
yang ditanamkan kembali di perusahaan (reinvestasi) maka
perusahaan akan lebih cepat tumbuh (growth) :
Ulet / Konsisten
Haji Soma (5)

Peneliti : “Kalau Pak Haji untung 100, berapa yang ditanamkan


kembali di perusahaan ?”
Haji Soma : “ Maksimum 3 !”
Peneliti : “Lho, kok ada maksimumnya ? Bukannya makin banyak
makin bagus? Biar perusahaan Pak Haji cepat jadi besar
?”
Haji Soma : “ Kalau lebih dari 3, jadi “modal mati ! Saya sudah pernah
coba, 10, 5, 2, ternyata yang paling pas 3. Lebih dari 3,
barang tidak terjual !”
Ulet / Konsisten

■ Pengusaha konsisten selalu mencoba “melihat lebih dalam”


–  akhirnya mampu menemukan format usaha yang tepat
■ Haji Soma berulang-ulang melakukan kesalahan, tetapi konsisten
–  menemukan bentuk paling pas untuk menjalankan usaha
■ keuletan/konsistensi = istiqamah
Kesimpulan

■ Persyaratan untuk menjadi pengusaha yang sukses:


– Memiliki kemampuan “melihat lebih dalam”
■ Mampu menemukan jenis produk/jasa yang sesuai untuk
diusahakan dan paham esensial/seluk beluk usahanya
■ Mampu mewujudkan format pengusahaan yang cocok
dengan karakteristik produk/jasa maupun terhadap
kondisi-kondisi di luar perusahaan
– Memiliki keuletan atau konsisten: mampu
mengantarkan usahanya, mulai tahapan survive,
berkembang dan akhirnya sukses
Kesimpulan

■ Perjalanan perkembangan pengusaha yang sukses tidak


harus sepenuhnya bebas dari kesalahan/kekeliruan:
Kemampuan untuk “melihat lebih dalam” dan
keuletan/konsistensi yang dimiki akan mengantarkan
pengusaha untuk:
– Memahami seluk beluk usahanya (termasuk berbagai
kesalahan yang ia lakukan)
– Membuat pengusaha mampu bertahan untuk
membawa perusahannya menuju keberhasilan

Anda mungkin juga menyukai