SCOLIOSIS
Pembimbing :dr. Heru Rahmadhany, Sp.OT
EPIDEMIOLOGI
• Scoliosis hadir 2-4% pada anak-anak antara usia 10-16
tahun.
• Perbandingan F:M= 10:1 untuk kurve diatas 30⁰.
Scoliosis pada anak perempuan cenderung progresnya
lebih sering dan oleh karena itu, gadis-gadis lebih sering
memerlukan perawatan daripada anak laki-laki.
ETIOLOGI:
PROGRESIFITAS:
1. Sex: meningkat pada wanita
2. Usia: Meningkat pada onset remaja
3. Menarche: menurun setelah menarche
4. Risser sign: Menurun dengan tanda riser yang
meningkat
5. Curve pattern:meningkat pada kurva ganda
drpd satu kurva
6. Curve magnitude: meningkta seiiring dengan
meningkatkan derajat besarnya kurva
Klasifikasi
Klasifikasi Kurva
• Pola Kurva
Pola dari kurva menggambarkan lokasi anatomi, jumlah dan
arah kurva. Kurva dapat berlokasi pada upper thoracic, mid-
thoracic, thoracolumbar dan mid-lumbar regions. Arah kurva
ditentukan oleh covex dan concave side dari kurva. Kurva kanan
memiliki concavity pada kiri pasien dan convexity pada kanan
pasien dan sebaliknya pada curva kiri
• Besarnya Kurva
Hasil dari bending radiograph menentukan apakah kurva
merupakan kurva major (structural) atau minor (non-struktural).
Sisi kiri dan kanan dari bending x-ray adalah umunya diambil
dalam posisi supine jadi jumlah dari flexibilitas spinal colum
dapat ditentukan. Tekanan manual atau traksi minimal mungkin
dapat dilakukan selama proses bending radiograph.
Klasifikasi King
Klasifikasi Lenke
Gejala Klinis
• Deformitas
• Nyeri
• Riwayat keluarga scoliosis
• Kelainan selama persalinan atau kehamilan
Penegakan Diagnosa
• Anamnesa
• Pemeriksaan Fisik
– Secara Visual
• Cari tanda trauma, blister, bekas luka, perubahan
warna, kemerahan, memar, benjolan, hairy patch,
cafe au lait spot, bantalan lemak dan tanda
lainnya.
• Instruksikan pasien untuk berdiri dengan postur
normal.
• Lihat tulang belakang dari sisi lateral, dan menilai
kelengkungan toraks dengan normal kyphosis.
Pemeriksaan Fisik
• Evaluasi Deformitas
Gambar (A) evaluasi ketinggian
bahu. Levelnya harus ditempatkan
tepatnya melewati shoulder di
puncak scapula, catat shoulder yang
mengalami elevasi.
Gambar (B) Plumb line dijatuhkan
dari tonjolan vertebra C7 harus jatuh
pada gluteal cleft untuk perfect
sagittal balance, pengukuran harus
dibuat berapa centimeter kearah
(A) (B) kiri/kanan plumb line jatuhnya dari
C7 berguna untuk pengukuran
coronal balance.
Pemeriksaan Fisik
• Adam forward-bending test
Adam forward-bending test membantu
untuk menentukan jika ada penonjolan
toraks atau lumbal, serta rotasi tulang
belakang (skoliosis). Penonjolan diukur
oleh Skoliometer yang memberikan
bacaan sudut, atau mengukur tinggi
penonjolan langsung dan direkam dalam
sentimeter
Gambar (A) Adam Forward-Bending
Manuver; Scoliometer.
(A) (B) Gambar (B) mengukur sudut dari
(C) penonjolan dengan skoliometer.
Dilaporkan dengan membandingkan
derajat pada sisi elevasi dengan tidak
elevasi.
Gambar (C) menggunakan level (cm)
untuk estimasi elevasi pada rib hump.
Pemeriksaan Fisik
• Palpasi • Movement
1.Observation
2.Non-operative treatment dengan observation
3.Operative treatment
Penatalaksanaan
1. Observation
Observation adalah merupakan treatment utama
dari seluruh curva. Monitor external contour dengan
pengukuran rib hump, trunk rotation angle dengan
scoliometer, penggunaan alat contour seperti moiré
topography dan ISIS scanning. Metode ini sangat berguna
dalam kurva tertentu dengan ukuran kecil dan untuk pasien
dengan faktor resiko yang rendah, tapi evaluation secara
periodic dari tulang belakang dengan radiograph tetap
dibutuhkan.
Penatalaksanaan
• Pasien usia muda dengan curva ringan yaitu < 20⁰ dapat
dilakukan pemeriksaan setiap 6 sampai 12 bulan
• Pada usia remaja dengan derajat curva yang lebih besar
harus di periksa setiap 3 sampai 4 bulan
• Pasien dengan skeletal yang mature dan curva < 20⁰
umumnya tidak perlu evaluation lebih lanjut
• Curva > 20⁰ pada pasien yang tidak mencapai maturasi
skeletal memerlukan pemeriksaan yang lebih sering,
biasanya setiap 3 sampai 4 bulan, dengan radiograph
PA berdiri
Penatalaksanaan
2. Non-operative treatment
Electric stimulation, biofeedback, dan manipulation
telah dilakukan dan merupakan bagian dari metode terapi
non-operative yang memberikan hasil tidak sukses pada
pasien adolescent idiophatic scoliosis. Saat ini terapi non-
operative utamanya terdiri dari casting dan bracing.
Prosedur terapi ini mungkin hanya mencegah progresifitas
curva, mereka tidak dapat mengkoreksi dari scoliosis nya.
Penatalaksanaan
Orthotic Treatment
Saat ini non operative treatment yang utama menggunakan
orthotics, disebut juga dengan bracing membuat kearah lebih baik
pada awal deformity, dan harus mencegah progresifitas curva.
Tujuan dari bracing adalah untuk mencegah progresifitas dari scoliosis
sampai skeletal maturity tercapai.
Kontraindikasi relative untuk orthotic device adalah pasien
dengan thoracic lordosis.
The Milwaukee Brace dan The Boston Brace adalah 2 jenis
brace yang sangat sering digunakan dalam menterapi AIS. Berbagai
brace mungkin memiliki refrensi dari CTLSO atau TLSO, yang mana
artinya Cervicothoracolumbosacral orthosis atau Thoracolumbosacral
orthosis. Untuk lebih effective nya maka brace harus digunakan paling
tidak 16 - 18 jam perhari sampai skeletal maturity tercapai.
Penatalaksanaan
1. Milwaukee Brace
Orthosis pertama yang sukses
dalam treatment dari adolescent
idiophatic scoliosis adalah
Milwaukee Brace (Cervico-Thoraco-
Lumbo-Sacral Orthosis atau
CTLSO).
3. Operative Treatment
Objective utama dalam terapi operative dari AIS adalah untuk
mencapai solid arthrodesis (fusion).
• Spinal Decompensation
Over koreksi dapat menimbulkan ketidakseimbangan
tulang belakang. Hal ini harus dihindari dengan cara
perencanaan perioperatif yang teliti dan perlahan – lahan
dalam hal menseleksi level fusion yang sesuai.
KOMPLIKASI PEMBEDAHAN
• Pseudoarthrosis
Fusion yang incomplete dapat terjadi sekitar 2 % dari
kasus dan mungkin membutuhkan tindakan operasi
lanjutan dan grafting.
• Implant Failure
Hoks dapat terpotong dan rods dapat patah. Jika ini
berhubungan dengan symptomatic pseudoarthrosis, maka
revisi fusion/fixation akan dibutuhkan.