Anda di halaman 1dari 57

PEMBAKARAN DAN

PERHITUNGAN AFR

Ir. Nawawi Juhan, MT


alueraya@gmail.com

KONSENTRASI AUTOMOTIVE
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

TM/OTO/NJ 1
Definisi Pembakaran

Pembakaran adalah reaksi kimia yang sangat


cepat antara oksigen dan bahan bakar. Ketika
udara dan bahan bakar tercampur pada saat
temperatur yang semakin tinggi, oksigen akan
bereaksi dengan karbon, hidrogen dan unsur
lain yang berada di dalam bahan bakar yang
akan menghasilkan panas.

Fuel + Oxidizer  Products of combustion + Energy

TM/OTO/NJ 2
Definisi Pembakaran
Warna kebiruan pada
sisi kerucut dalam dari
nyata pembakar Bunsen
merupakan campuran
antara gas dan udara.
Jika lubang udara
ditutup, nyata api akan
berubah menjadi
kuning cerah.

TM/OTO/NJ 3
Definisi Pembakaran
Ketika disulut, Lilin mudah
meleleh dan membentuk
genangan lilin cair di sekitar
sumbu. Gaya kapiler menarik
cairan lilin naik melalui
sumbu. Panas api menguapkan
lilin, yang kemudian terbakar
ketika bercampur dengan
udara. PartikeL-partikel
karbon yang berpijar
menciptakan nyaLa api
berwarna kuning cerah.
TM/OTO/NJ 4
Tidak ada udara di ruang angkasa, sehingga roket harus membawa
cadangan oksigen sendiri. Oksigen disimpan pada suhu rendah
dalam wujud cair, yang jauh lebih hemat tempat dibanding gas.
Penguapan nitrogen cair secara perlahan menjaga oksigen tetap
dalam wujud cair. Pembakaran campuran bahan bakar dan oksigen
di dalam kamar perapian menghasiLkan
TM/OTO/NJ gaya dorong roket. 5
Neraca Massa Pembakaran
 Pembakaran merupakan reaksi kimia antara bahan
bakar dengan oksigen dari udara yang berlangsung
dalam waktu yang relatif cepat
 Secara skematik neraca massa pada proses
pembakaran dalam sebuah unit pembakaran untuk
1 kg/s laju alir massa gas hasil pembakaran
digambarkan pada berikut :

Bahan bakar
Gas Hasil
mbb (kg/s)
Unit Pembakaran Pembakaran
Udara mhb (kg/s)
mud (kg/s)
TM/OTO/NJ 6
Parameter dan Variabel serta Istilah Dalam
Pembakaran
 Pemahaman dasar-dasar dan teknologi pembakaran
sangat dibantu kalau parameter atau variabel yang
terlibat dipahami.
 Parameter atau variabel itu didifinisikan sbb :
Variabel/parameter Definisi
Burner Burner secara teknologi didefinisikan sebagai
sebuah alat perwujudan, pelokasian, pembentuk
dan penahanan api
Air-Fuel Ratio, RA/F Perbandingan jumlah pasokan udara (air) dengan
jumlah pasokan bahan bakar (fuel) pada kondisi
(P,T) dan satuan yang sama.
Combustion air Udara yang dipasok ke burner untuk pelangsungan
reaksi pembakaran antara bahan bakar dan udara
TM/OTO/NJ 7
Variabel/parameter Definisi
Combustion Gas hasil reaksi pembakaran bahan bakar dan
products udara yang mempunyai kandungan utama CO2,
N2, H2O dan O2 sisa

Efficiency Prosentasi panas yang dapat dimanfaatkan


terhadap panas maksimum yang bisa diberikan
oleh pembakaran bahan bakar

Excess air Porsi dari udara pasokan yang tersisa dalam gas
cerobong karena tidak bereaksi dengan bahan
bakar
Flash-Back Kondisi yang terjadi apabila kecepatan
pembakaran (Flame Speed) campuran bahan
bakar udara melebihi dari kecepatan mengalirnya
gas
TM/OTO/NJ 8
Variabel/parameter Definisi
High Heating Total panas per satuan kuantitas bahan bakar
Value (HHV) yang dibebaskan oleh reaksi pembakaran pada
kondisi 1 atm dan 15 oC dengan H2O berupa cair
Lowe Heating Total panas per satuan kuantitas bahan bakar
Value (LHV) atau yang dibebaskan oleh reaksi pembakaran pada
Net Heating Value kondisi 1 atm dan 15 oC dengan H2O berupa uap

Ignition Temperatur Temperatur minimum dimana campuran bahan


bakar dan udara mulai terbakar

Lean Mixture Campuran bahan bakar dan udara yang


mengandung udara dalam jumlah yang jauh lebih
dari jumlah udara kebutuhan stoikiometrisnya

TM/OTO/NJ 9
Variabel/parameter Definisi
Orsat Analyzer Instrumen untuk mengukur fraksi mol/volume gas
CO2, O2, dan CO dalam gas cerobong atas dasar
kering

Primary Air Udara yang dipasok untuk bertemu pada lokasi


paling hulu semburan bahan bakar dari noselnya

Secondary Air Udara yang dipasok untuk bertemu pada lokasi


kedua bagian hilir pasokan primary air

Rich Mixture Campuran bahan bakar dan udara yang


mengandung bahan bakar dalam jumlah yang
jauh lebih besar dari jumlah bahan bakar
kebutuhan stoikiometris pada jumlah udara
kondisi itu

TM/OTO/NJ 10
Variabel/parameter Definisi
Stoichiometric Campuran bahan bakar dan udara dengan
Mixture proporsi antara keduanya sama dengan proporsi
yang diberikan dalam kesetimbangan unsur pada
reaksi kimianya
Turndown Ratio Perbandingan laju bahan bakar maksimum
dengan minimum yang bisa dioperasikan oleh
burner yang bersangkutan
Perfect Bahan bakar teroksidasi keseluruhan menjadi gas
Combustion CO2, H2O, SO2 (bila bahan bakar mengandung S)
pada pasokan udara stoikiometris
Complete Bahan bakar teroksidasi keseluruhan menjadi gas
Combustion CO2, H2O, SO2 (bila bahan bakar mengandung S)
pada pasokan udara di atas jumlah stoikiometris

TM/OTO/NJ 11
Variabel/parameter Definisi
Incomplete Reaksi pembakaran pada kekurangan udara
Combustion dengan menghasilkan senyawa yang berpotensi
bahan bakar seperti jelaga, gas CO, dan lain
Imperfect Reaksi pembakaran tidak sempurna walaupun
Combustion pasokan udara sudah cukup karena pencampuran
udara dan bahan bakar tidak baik
Ignition Quality Ratio udara dalam batasan nyala

Single Port Burner Burner mempunyai satu lobang semburan

Multiport Burner Burner mempunyai banyak lobang semburan

TM/OTO/NJ 12
Istilah dalam Pembakaran
Flaming point adalah temperatur terendah uap minyak
bakar yang terbentuk, dapat dibakar.
Pour point adalah temperatur minyak bakar menjadi
padat atau sebagian besar menjadi padat, sehingga sulit
untuk dipompa.
Flash Point / Titik Didih adalah temperatur minimum
dimana bahan bakar akan menyala ketika nyala api berada
didekatnya. (Gasoline ≈ 28oC, Diesel = 52oC) atau dalam
istilah yang lain Flash point adalah kemampuan suatu zat
cair terhadap panas. Jadi pada angka berapa zat cair tsb
mulai mendidih. Contoh : air mendidih pada suhu 100oC.
Sedangkan pelumas Enduro 4T angka Flash pointnya
234oC (berdasarkan typical test)
Autoignition temperatur adalah temperatur terendah
suatu bahan bakar dapat menyala
TM/OTO/NJ sendiri tanpa ada 13
sumber api didekat bahan bakar.
TM/OTO/NJ 14
TM/OTO/NJ 15
Bilangan Oktan
 RON (Range Octane Number) atau lebih dikenal dengan angka
oktan adalah nilai/angka yang menunjukkan kemampuan bensin
untuk menahan agar tidak terjadi detonasi (pembakaran
serempak) di dalam proses pembakaran mesin bensin.
 Makin tinggi angka oktan menunjukkan bahwa jenis bensin
tersebut akan lebih terhindar dari timbulnya detonasi (knocking)
 Contoh bensin dengan angka oktan tinggi :
Pertamax (92) dan Pertamax Plus (>92), Premix (94)
 Waktu pembakaran hingga mencapai pembakaran sempurna
untuk bensin beroktan tinggi akan lebih lama dibanding bensin
beroktan rendah [Premium _(88)]
 Bensin beoktan rendah (premium) belum terbebas dari timbal
(Pb) & cocok untuk mesin bensin dengan angka kompresi < 9 : 1
 Bensin beoktan tinggi (pertamax) sudah terbebas dari timbal (Pb)
cocok untuk mesin bensin dengan angka kompresi > 9 : 1
TM/OTO/NJ 16
Knocking
 Knocking adalah penyalaan secara spontan bagian
campuran bahan bakar (charge) pada bagian atas
ruang bakar sehingga menyebabkan terjadinya
kenaikan temperatur dan tekanan.
 Knocking menyebabkan kerusakan komponen mesin.

TM/OTO/NJ 17
Knocking
Surface ignition disebabkan oleh pemanasan lokal (hot
spots) dari dinding ruang bakar sehingga menyebabkan
terjadinya penyalaan awal atau akhir (pre-or-post ignition).

TM/OTO/NJ 18
Bilangan Oktan
Bilangan oktan dari suatu bahan bakar adalah bilangan
yang menyatakan berapa persen volume iso-oktana
dalam campuran yang terdiri dari iso-oktana dan
heptana normal.

Misal: Bilangan Oktan 87  campurannya terdiri dari


87% isoaktana dan 13% heptana normal.
TM/OTO/NJ 19
Angka Oktan
Angka oktan merupakan ukuran kecenderungan
gasoline untuk mengalami pembakaran tidak normal
yang timbul sebagai ketukan mesin. Semakin tinggi
angka oktan suatu bahan bakar, semakin berkurang
kecenderungannya untuk mengalami ketukan dan
semakin tinggi kemampuannya untuk digunakan pada
rasio kompresi tinggi tanpa mengalami ketukan.
Angka oktan diukur dengan menggunakan mesin baku,
yaitu mesin CFR (Cooperative Fuel Reseach) yang
dipoerasikan pada kondisi tertentu, di mana bahan
bakar dibandingkan dengan bahan bakar rujukan yang
terbuat dari n –heptana (angka oktan 0) dan isooktana
(angka oktan 100). Angka oktan bensin yang diukur
didefinisikan sebagai persentase isooktana dalam bahan
bakar rujukan yang memberikan intensitas ketukan
yang sama pada mesin uji.TM/OTO/NJ 20
Angka Oktan

Ada dua macam angka oktan,


 RON (angka oktan riset) yang memberikan
gambaran mengenai unjuk kerja dalam
kondisi pengendaraan biasa
 MON (angka oktan motor) yang memberikan
gambaran mengenai unjuk kerja dalam
kondisi pengendaraan yang lebih berat.

TM/OTO/NJ 21
Bilangan Oktan
 Salah satu cara untuk menaikkan bilangan
oktan suatu bahan bakar adalah dengan
menambahkan Pb(C2H5)4 atau Tetra Ethyl
Lead (TEL) ke dalam bahan bakar tsb.
 Penggunaan TEL menyebabkan gas buang
mengandung timah hitam (Pb) yang beracun
dan merusak lingkungan.
 Pengganti TEL : etanol, t-butil alkohol, metil
tersier-butil eter (MTBE), etil tersier-butil eter
(ETBE), tersier-amil metil eter (TAME), dll.
TM/OTO/NJ 22
Gasoline
 Premix dengan angka oktan 94. Proses produksinya
ditempuh dengan cara pencampuran premium
dengan 15% MTBE (Methyl Tertiery Butyl Ether)
sehingga kandungan timbalnya sama dengan
premium.
 Jenis gasoline dengan kandungan timbalnya.

TM/OTO/NJ 23
Nilai oktan gasolin Indonesia

TM/OTO/NJ 24
Bilangan Cetane (C16H34)
 Motor diesel komersial diperdagangkan mempunyai
bilangan setana antara 35 ~ 55.
 Pengujian Bilangan Setana  CFR (Coordinating Fuel
Research-Engine)  perbandingan kompresi diubah-
ubah.

TM/OTO/NJ 25
Angka Setana
 Angka setana menunjukkan kemampuan bahan
bakar untuk menyala sendiri (auto ignition). Skala
untuk angka setana biasanya menggunakan referensi
berupa campuran antara normal setana (C16H34)
dengan alpha methyl naphtalene (C10H7CH3). Normal
setana memiliki angka setana 100, alpha methyl
naphtalene memiliki angka setana 0.
 Angka setana suatu bahan bakar biasanya
didefinisikan sebagai %volume dari normal setana
dengan campurannya tersebut.
 Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan
bakar dapat menyala pada temperatur yang relatif
rendah, dan sebaliknya angka setana rendah
menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada
temperatur yang relatifTM/OTO/NJ
tinggi. 26
Metane Number (MN)
 Mesin berbahan bakar gas juga perlu
ketahanan terhadap knocking. Kualitas
nyalanya di definisikan dengan angka
Metane Number (MN)
 Range MN antara 0 ~ 100

TM/OTO/NJ 27
Perhitungan
Kebutuhan Bahan Bakar
dan Udara Pembakaran
?
Bahan bakar
?
Gas Hasil
mbb (kg/s)
Unit Pembakaran Pembakaran
Udara mhb (kg/s)
mud (kg/s)

? TM/OTO/NJ 28
Persamaan Umum Reaksi
Pembakaran
Reaksi pembakaran sempurna pada kondisi
stoikiometris 1 mol bahan bahan bakar
CxHyNzSpOq dengan membebaskan panas
sebanyak qc kcal/mol digambarkan dalam
persamaan reaksi kimia berikut

C x H y N z S pOq + α(O2 + 3.762N 2 )


 xCO2 + 2y H 2 O + pSO2 + (3,762α + Z
2 )N 2 + qc

TM/OTO/NJ 29
Komposisi Bahan Bakar

Komposisi Udara
Udara di atmosfir mangandung :
 23,3 % massa Oksigen (O2)
 76,7 % massa Nitrogen (N2)

TM/OTO/NJ 30
Berat Jenis
ρ bensin g
SG bensin =
ρ H2O g
ρ bensin
0,840 =  ρ bensin = 0,840x1000
ρ H2O
= 840kg/m3 = 840 kg/1000 liter
ρ bensin = 0,840 kg/literÞdengan kata lain 1 liter = 0,840 kg
3
1 liter = 1000 CC = 1000cm = 1000 10 m  -6 3
 = 10 -3
m 3

TM/OTO/NJ 31
Komposisi Udara (1 O2 + 3,762 N2)
Untuk 100 kg Udara terdiri dari :
 23,3 kg O2
 76,7 kg N2
Diketahui Berat Melekul (Mr)
O2 = 32 kg/kmol massa (kg)
Mol (kmol) =
N2 = 28 kg/kmol BM
23,3 kg O2
Dalam 100 kg udara terdapat   0,7281 kmol O 2
32 kg/kmol O2
76,7 kg N 2
  2,7393 kmol O2
28 kg/kmol N 2
Jika dilakukan perbandingan O2 : N 2  0,7393 :2,7393
 1 : 3, 762
TM/OTO/NJ 32
TM/OTO/NJ 33
Berat Molekul (Mr)

TM/OTO/NJ 34
Persamaan Umum Pembakaran
Cx Hy NzSpOq  (O2  3.762N2 )  xCO2  2y H2O  pSO2  (3,762  Z2 )N2

Contoh :
Bensin  C = 85,9% ,H = 12,6 % ,N = 0,4% ,S = 0,7% ,O = 0,4%

maka untuk 100 kg Bensin :


85,9 12,6
x=  7,16 ; y=  12, 60
12 1
0,4 0,7
z=  0, 029 ; p=  0, 022
14 32
0,4
q=  0, 025 Maka Rumus Kimia Bensin :
16
C7,16H12,60N0,029S0,022O0,025
TM/OTO/NJ 35
x = 7,16 ; y = 12, 60 ; z = 0, 029 ; p = 0, 022 ; q = 0, 025
Untuk menentukan kebutuhan udara
pembakaran 1 kg bensin adalah : “”
  {x  ( y / 4)  p  (q / 2)}
  {7,16  (12, 6 / 4)  0, 022  (0, 025 / 2)}
= 10,31 kmol
Cx Hy NzSpOq  (O2  3.762N2 )  xCO2  2y H2O  pSO2  (3,762  Z2 )N2

C7,16 H12,6 N 0,029S0,022O0,025  10,31(O 2  3.762N 2 )


 7,16CO2  6,3H 2O  0,TM/OTO/NJ
22SO 2  (38, 78  0, 0145)N 236
Kebutuhan Udara Stoikiometrik untuk
pembakaran 100 kg Bensin
(O2  3.762N2 )

10,31 kmol(O2  3.762N2 )

massa (kg)
Mol (kmol) =
BM

massa (kg) = Mol (kmol) xBM


= 10,31 x 137,33
= 1415,93 kg udara /100kg bensin
TM/OTO/NJ 37
= 14,16 kg udara /kg bensin
Air-Fuel Ratio (AFR)

m udara 14,16
AFR ben sin    14,16
mfuel 1

to Calculate
NEXT
CO2

TM/OTO/NJ 38
CO2 Hasil Pembakaran
Dari persamaan hasil reaksi, untuk 100kg
pembakaran bensin diperoleh :
7,16 kmol CO2

massa (kg)
Mol (kmol) =
BM

massa (kg) = Mol (kmol) xBM


= 7,16 x 44
= 315, 04 kg CO2 /100kg bensin
TM/OTO/NJ 39
= 3,15 kg CO2 /kg bensin
Tugas Anda - 1
(sifat tugas : Wajib dikerjakan)
Diketahui komposisi
Solar  C = 85,2% ,H = 12,2 % ,N = 0,8% ,S = 1,0% ,O = 0,8%
Tentukan :
 Jumlah udara stokiometrik pembakaran 1 kg solar ?
 Air Fuel Ratio (AFR) stoikiometrik
 Jumlah CO2 yang dihasilkan dari pembakaran 1 kg
solar?

TM/OTO/NJ 40
Perhitungan Kebutuhan Udara
Aktual (sebenarnya)
 Pada prakteknya, udara yang dipasok lewat
burner/nozel hampir selalu lebih besar dari
udara kebutuhan udara stoikiometrik
 Kelebihan udara dari kebutuhan
stoikiometris dinyatakan juga dalam persen
udara ekses [%excess air] didefinisikan sbb :
CCx HHy NNz SSpOOq ++( α( α++ββ)(O
)(O2 ++ 3.762N
3.762N2)) ++ash
ash
x y z p q 2 2
 y
 xCO2 +2 H2 O + pSO2 + (3, 762α +2 Z)N
xCO + H
y O + pSO + (3, 762 α + Z
)N2 ++ββ(O
(O2 ++3,3,762N
762N2 ) )++ash
ash
2 2 2 2 2 2 2 2
β
%excess air  =
α TM/OTO/NJ
41
Contoh : Perhitungan Kebutuhan Udara Aktual
C x H y N zSp Oq  (  )(O 2  3.762N 2 )
 xCO 2  2y H 2 O  pSO 2  (3, 762  Z2 )N 2  (O 2  3.762N 2 )
Bensin  C = 85,9% ,H = 12,6 % ,N = 0,4% ,S = 0,7% ,O = 0,4%
Misal udara berlebih 20% dari udara stoikiometrik.
maka untuk 100 kg Bensin :
85,9 12,6
x=  7,16 ; y=  12, 60
12 1
0,4 0,7
z=  0, 029 ; p=  0, 022
14 32
0,4
q=  0, 025 Maka Rumus Kimia Bensin :
16
C7,16HTM/OTO/NJ
12,60N0,029S0,022O0,025 42
x = 7,16 ; y = 12, 60 ; z = 0, 029 ; p = 0, 022 ; q = 0, 025
Untuk menentukan kebutuhan udara aktual
pembakaran 1 kg bensin adalah : “+”
  {x  (y / 4)  p  (q / 2)} dan  = 20% 
  {7,16  (12, 6 / 4)  0, 022  (0, 025 / 2)}
= 10,31 kmol
 = 0,2  0, 2(10,31)  2, 06kmol

C x H y N zSp Oq  (  )(O 2  3.762N 2 )


 xCO 2  2y H 2 O  pSO 2  (3, 762  Z2 )N 2  (O 2  3.762N 2 )

C7,16 H12,6 N 0,029S0,022O 0,025  12,37  O 2  3.762N 2 


 38, 78  0, 0145  N 2  2, 06  O 2  3.762N
 7,16CO 2  6,3H 2O  0, 22SO 2 TM/OTO/NJ 43
2
Kebutuhan Udara Aktual untuk pembakaran
100 kg Bensin
(  )(O2  3.762N2 )

12,37 kmol(O2  3.762N2 )

massa (kg)
Mol (kmol) =
BM

massa (kg) = Mol (kmol) xBM


= 12,37 x 137,33
= 1698, 77kg udara /100kg bensin
TM/OTO/NJ 44
= 16,98 kg udara /kg bensin
Air-Fuel Ratio (AFR)

m udara 16,98
AFR ben sin    16,98
m fuel 1

NEXT to Calculate
CO2

TM/OTO/NJ 45
CO2 Hasil Pembakaran Udara Aktual
Dari persamaan hasil reaksi, untuk 100kg
pembakaran bensin diperoleh :
7,16 kmol CO2

massa (kg)
Mol (kmol) =
BM

massa (kg) = Mol (kmol) xBM


= 7,16 x 44
= 315, 04 kg CO2 /100kg bensin
TM/OTO/NJ 46
= 3,15 kg CO2 /kg bensin
Tugas Anda - 2
(sifat tugas : Wajib dikerjakan)
Diketahui komposisi
Solar  C = 85,2% ,H = 12,2 % ,N = 0,8% ,S = 1,0% ,O = 0,8%
Tentukan :
 Jumlah udara aktual pembakaran 1 kg solar ?
 Air Fuel Ratio (AFR) kondisi aktual
 Jumlah CO2 yang dihasilkan dari pembakaran 1 kg solar?

TM/OTO/NJ 47
Energi Pembakaran

TM/OTO/NJ 48
Nilai kalor bahan bakar
Nilai kalor pembakaran menunjukkan energi
kalor yang dikandung dalam tiap satuan
massa bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur
dengan bomb kalorimeter.

TM/OTO/NJ 49
Bahan bakar yang berbeda akan melepaskan jumlah
energi yang berbeda selama pembakaran ini dibuat
dengan mendata jumlah energi. Perbandingan yang
dilepaskan pada saat pembakaran
TM/OTO/NJ 1 gram bahan bakar.
50
Prestasi Motor Bakar Torak
Pada motor torak, daya yang berguna ialah daya
poros karena daya tersebut yang menggerakkan
beban. Daya poros itu sendiri dibangkitkan oleh
daya indikator yang merupakan daya gas
pembakaran yang menggerakkan torak. Sebagian
daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi
gesekan mekanik, seperti gesekan torak dengan
dinding silinder, gesekan poros dengan bantalan.
Di samping itu daya indikator juga digunakan
untuk menggerakkan aksesoris tambahan seperti
pompa pelumas, pompa air pendingin atau
pompa udara pendingin, pompa bahan bakar,
dan generator.
TM/OTO/NJ 51
Skema Prestasi Motor Bakar Torak
Daya Indikator (Ni )
(Input Panas Pembakaran) Bahan Bakar + Udara

Daya Poros (Ne) Daya Losses (Nlosses)

Rugi Gesekan (Ng ) Rugi Daya Aksesoris (Na )

Torak dengan Dinding Pompa Minyak Pelumas


Silinder

Poros dan Bantalan Pompa Bahan Bakar

N i = N e +  N gesek + N aksesoris  Pompa Air Pendingin

Pompa Udara Pendingin

Daya Generator
TM/OTO/NJ 52
DAYA INDIKATOR, Ni
1
N i  Pi,rata  rata  VL  z  n  a  (PS)
450.000
Pi,rata-rata  Tekanan efektif rata-rata indikator (kg/cm 2 )
VL = A T .L = volume langkah torak (cm3 )
L = panjang langkah torak (cm)
z = jumlah silinder
n = putaran poros engkol per menit
a = jumlah siklus per putaran
1 untuk motor 2-langkah DAYA POROS atau DAYA EFEKTIF, Ne
1/2 untuk motor 4-langkah
T.n
Ne  (PS)
716, 2
T = momen putar (m.kg)
n = TM/OTO/NJ
putaran poros engkol per menit 53
Effisiensi mekanis,m
Daya Indikator (Ni )
(Input Panas Pembakaran) Bahan Bakar + Udara

Daya Poros (Ne ) Daya Losses (Nlosses)

Ni = Ne +  N g + Na 
Untuk mendapatkan Daya indikator Ni yang besar,
maka (Ng + Na) harus dibuat sekecil mungkin.
Besarnya kerugian daya akibat Losses diperhitungkan
dalam efisiensi mekanik, m

m 
Ne
 Ni 
Ne Ni 
Qinput
Sebanding dengan
Ni m TM/OTO/NJ 54
Laju massa bahan bakar
Qinput = m fuel  LHV fuel (kW)
Ni  m fuel  LHV fuel (kW)
Ne
 m fuel  LHV fuel (kW)
ηm
Ne
m fuel  (kg / jam)
ηm  LHV fuel

TM/OTO/NJ 55
Parameter Motor Motor
Bensin Diesel
 Daya efektif, Ne (PS) 1,5 ~ 1500 ~ 40.000
 Kecepatan Poros, n (rpm) 2.500 ~ 14.500 110 ~ 4.200
 Perbandingan kompresi, r 6 ~ 12 12 ~ 25
 Tekanan efektif rata-rata, 4 ~ 25 6 ~ 18
Pe,rata-rata (kg/cm2)
 Diameter silinder, D (mm) 0,2 ~ 0,22 80 ~ 1.050
 Kec. torak rata-rata, c (m/det) 7 ~ 22 5 ~ 15
 Temperatur pembakaran(oC) 2500 2000oC
 Tekanan pembakaran (bar) 40 ~ 70 60 ~ 100
 Berat mesin, kg/PS 0,3 ~ 2,5 2,75 ~ 33,5
 Efisiensi mekanik, m 0,7 ~ 0,85 0,7 ~ 0,9
 Air-Fuel Ratio 0,06 ~ 0,12 ≈ 0,068 56
TM/OTO/NJ
Air Fuel Ratio, 
udara yang disupplai
λ=
udara yang dibutuhkan

 < 1 (excess fuel)  campuran kaya (rich or fat)


 > 1 (excess air)  campuran miskin (lean)
Jika campuran miskin oksigen (<1), maka proses
oksidasi tidak selesai, sehingga menghasilkan CO dan H2.
TM/OTO/NJ 57

Anda mungkin juga menyukai