KELOMPOK 4
Allyska Theressa Putri 193020303125
Amos Amstrong Alusando S 193020303072
Betty Enceline Gultom 193010303049
Bina Erwani 193030303216
Darisah 193020303060
Debora Cornelia A 193030303168
Eki Dwi Raskita Br Ginting 193020303118
Evinda Sari Tumangger BCA 116 012
Florentina 193020303112
Franki Sinaga 193020303104
Grace Debora Br Sembiring 193020303121
Gracia Gabriella Sidauruk 193020303116
Henly Sianturi 193010303038
Lhoisa Elprida Yanti Simanjuntak 193010303050
Dina Ayu Ramadhani 193020303201
BAB 4
DERET
Deret ialah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi kaidah-kaidah tertentu. Bilangan-
bilangan yang merupakan unsur dan pembentukan sebuah deret dinamakan suku. Keteraturan rangkaian
bilangan yang membentuk sebuah deret telihat pada “pola perubahan” bilangan-bilangan tersebut dari satu suku
ke suku berikutnya.
Dilihat dari jumlah suku yang membentuknya, deret digolongkan atas deret berhingga dan deret takterhingga.
Deret berhingga adalah deret yang jumlah suku-suku yang tertentu, sedangkan takberhingga adalah deret yang
jumlah suku-sukuny tidak terbatas. Sedangkan dilihat dari segi pola perubahan bilangan pada suku-sukunya,
deret bisa dibeda-bedakan menjadi deret hitung, deret ukur dan deret harmoni.
4.1.1 Suku ke-n dari DH
Besarnya nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret hitung dapat
dihitung melalui sebuah rumus. Dalam contoh tersebut, nilai suku pertamanya
(a) adalah 7 dan pembedanya (b) adalah 5.
7, 12, 17, 22, 27, 32
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Bedasarkan rumus Sn = a + (n-1)b sebelumnya, maka masing-masing Si dapat diuraikan. Dengan menguraikan
setiap Si maka J4, J5, dan J6 dalam ilustrasi diatas akan menjadi masing-masing sebagai berikut:
J4 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b)
= 4a + 6b
J5 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b)
= 5a + 10b
J6 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b) + (a + 5b)
= 6a + 15b
Masing-masing Ji ini dapat pula ditulis-ulang dalam bentuk sebagai berikut:
J4 = 4a + 6b = 4a + 4/2 (4 – 1)b
J5 = 5a + 10b = 5a + 5/2 (5 – 1)b Jn = na + n/2 (n – 1)b
J6 = 6a + 15b = 6a + 6/2 (6 – 1)b atau Jn = n/2 {2a + (n – 1)b}
Rumus Jn = n/2 { 2a + (n – 1)b} ini masih bias disederhanakan lagi menjadi seperti berikut:
Jn = n/2 { 2a + (n – 1) b}
= n/2 { a + a + (n – 1) b}
Sn
= n/2 (a + Sn)
1. Dengan demikian, untuk menghitung jumlah
sebuah deret hitung sampai dengan suku 3. Sedangkan untuk kasus deret hitung dalam contoh
tertentu n, terdapat empat bentuk rumus yang 2, jumlahnya sampai dengan suku ke-10 adalah:
bisa digunakan:
Contoh:
4.2.2. Jumlah n suku
Seperti halnya dalam deret hitung, jumlah sebuah deret
ukur sampai dengan suku tertentu adalah jumlah nilai suku-sukunya
sejak suku pertama sampai dengan suku ke-n yang bersangkutan.
Rumus diatas mengandung anggapan tersirat bahwa bunga diperhitungkan dibayarkan satu
kali dalam setahun. Apabila bunga diperhitungkan dibayarkan lebih dari satu kali (misalnya m kali,
masing-masing i/m per termin) dalam setahun, maka jumlah dimasa datang menjadi:
Majemuk” (compounding interest factor), yaitu suatu bilangan
lebih besar dari 1 yang dapat dipakai untuk menghitung jumlah
dimasa datang dari suatu jumlah sekarang.
Dari rumus di atas, dengan sedikit manipulasi
matematis, dapat pula dihitung besarnya nilai sekarang apabila
yang diketahui jumlahnya dimasa datang. Nilai sekarang
(present value) dari suatu jumlah uang tertentu dimasa datang
adalah:
Kasus 3
Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta jiwa pada tahun 1991,
tingkat pertumbuhannya 4 persen per tahun. Hitunglah jumlah penduduk kota
tersebut pada tahun 2006 pertumbuhannya menurun menjadi 2,5% berapa
jumlahnya 11 tahun kemudian?
TERIMA KASIH