Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI DATANG DENGAN KELUHAN PUSING


SEPERTI MELAYANG-LAYING DAN SAKIT PADA TENGKUK

Disusun Oleh:
Septia Pinartin, S.Ked
71 2017 061

Pembimbing:
dr. Yudi Fadillah, Sp.PD, KKV, FINASIM, MARS.
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah.
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan
gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Pengobatan yang baik
dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama Tn. S

Tanggal Lahir/ Usia 01 Mei 1959/ 59 tahun

Jenis Kelamin Laki-Laki

Alamat Jl. Banten

Pekerjaan Swasta

Status Perkawinan Sudah Menikah

Agama Islam

Dokter Pemeriksa Dokter Pemeriksa : dr. Budiman, Sp.S

No. RM 54.18.89

MRS 15 Agustus 2018


• Keluhan Utama
Pusing seperti melayang-layang dan sakit pada tengkuk (di belakang kepala bagian bawah).
• Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RS Muhammadiyah Palembang dengan keluhan pusing seperti melayang-
layang dan sakit pada tengkuk. Os juga mengeluh matanya terasa bengkak dan penglihatan
kabur. Pasien merasa sulit menggerakkan tangan dan kaki kiri serta bibir sebelah kiri juga
sulit untuk digerakan, tanpa disertai dengan muntah, dan tanpa penurunan kesadaran. 1
tahun yang lalu os pernah mengalami kelemahan pada kaki dan tangan kiri, keluhan ini
berlangsung selama 1 bulan lalu bisa digerakkan kembali.
Keluhan sesak nafas disangkal (-), sesak nafas dipengaruhi aktivitas (-), sesak nafas
dipengaruhi cuaca (-). Keluhan nyeri dada disangkal (-), Os mengeluh pusing (+), pusing yang
dirasakan hilang timbul, pusing dirasakan dibagian belakang kepala saja. Keluhan mual tidak
ada (-), muntah tidak ada (-),demam (-).
Riwayat adanya darah tinggi diakui pasien sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku hanya
berobat ke dokter sebanyak 2 kali, pasien berobat apabila timbul keluhan namun tidak rutin
kontrol, pasien tidak ingat nama obat dan jumlah obat yang diminum.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Riwayat hipertensi (+) baru diketahui 1 tahun yang lalu.


• Riwayat dengan gejala jantung berdebar yang sama (-)
• Riwayat Asma (-)
• Riwayat TBC (-)
• Riwayat diabetes melitus (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-)


• Riwayat Asma disangkal (-)
• Riwayat diabetes melitus disangkal (-)
• Riwayat hipertensi disangkal (-)
RIWAYAT KEBIASAAN

• Riwayat merokok : ada, berhenti sejak 1 tahun terakhir


• Riwayat minum kopi : setiap hari
• Riwayat minum alcohol : disangkal
• Riwayat olahraga : disangkal
• Riwayat makan : 3 kali sehari, sebanyak 1-2 piring setiap makan. Sering makan
makanan yang berlemak.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA
Riwayat sosial ekonomi termasuk dalam ekonomi sedang.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan umum tampak sakit sedang

Kesadaran compos mentis

Tekanan Darah 180/120 mmHg

Nadi 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup


Pernapasan 22x/menit, reguler, thoracal, kussmaul (-)

Suhu Axila 37,0 oC

BB 70 kg
TB 165 cm
IMT 25,71
PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS
Kepala Normocephali, deformitas (-)

Mata conjunctiva anemis (-), hiperemis (-/-), sclera ikterik (-), mata cekung (-),edema palpebra
(+/+), sekret (-/-), pupil isokor, refleks cahaya(+/+)

Telinga sekret (-/-)

Hidung NCH (-), sekret (-)

Mulut sianosis (-)

Leher pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O


Thoraks
 Paru

- Inspeksi simetris, retraksi (-/-)

- Palpasi stem fremitus kanan dan kiri simetris

- Perkusi sonor pada kedua lapang paru kanan dan kiri, batas paru hepar ICS VI

- Auskultasi vesikuler (+/+) normal, ronchi (-/-), wheezing(-/-)


-
 Jantung

- Inspeksi ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi ictus cordis tidak teraba

- Perkusi batas atas jantung ICS II parasternal sinstra,


batas jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra, batas jantung kanan ICS IV parasternal dextra.

- Auskultasi BJ I/II (+) normal, murmur (-), gallop (-)


Abdomen

- Inspeksi Datar

- Palpasi lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba

- Perkusi timpani (+), asites (-) massa tidak ada

- Auskultasi bising usus (+) normal

Genitalia eksterna Tidak diperiksa

Ekstremitas akral hangat, edema (-/-), deformitas (-), clubbing finger (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN EKG

Deskripsi:
 Sinus rhytm
 HR 66x/menit
 Aksis: Lead I dan II negatif
Kesan: Left Aksis Deviasi
PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA

• Multiple infark cerebri pada ganglia basalis kanan, kortikal oksipital kanan, kortikal parietal
kiri,
• Kortikal temporal kanan
• Aging atrophy cerebri
ANALISIS KASUS

Pasien datang ke RS Muhammadiyah Palembang dengan keluhan pusing seperti


melayang-layang dan sakit pada tengkuk. Os juga mengeluh matanya terasa bengkak dan
penglihatan kabur. Pasien merasa sulit menggerakkan tangan dan kaki kiri serta bibir
sebelah kiri juga sulit untuk digerakan dalam waktu beberapa jam, tanpa disertai dengan
muntah, dan tanpa penurunan kesadaran.
Keluhan sesak nafas disangkal (-), sesak nafas dipengaruhi aktivitas (-), sesak
nafas dipengaruhi cuaca (-). Keluhan nyeri dada disangkal (-), Os mengeluh pusing (+),
pusing yang dirasakan hilang timbul, pusing dirasakan dibagian belakang kepala saja.
Keluhan mual tidak ada (-), muntah tidak ada (-),demam (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan
darah 180/120mmHg, nadi 80x/menit reguler isi dan tegangan cukup, pernapasan 22x/menit.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 14,2 g/dl, leukosit 6,600, hitung
jenis 1/8,7/0/53,8/28,5/8, trigliserida 223 mg/dl, kolesterol total 206 mg/dl, kolesterol HDL
35 mg/dl, kolesterol LDL 126 mg/dl, Na 140 mmol/dl, K 3,8 mmol/dl, GDS 149 mg/dl,
ureum 23 mg/dl, kreatinin 1,0 mg/dl.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan Sinus rhytm, HR 66x/menit, Lead I dan II
negatif : Left Aksis Deviasi.
Pada pemeriksaan CT Scan Kepala didapatkan Multiple infark cerebri pada ganglia
basalis kanan, kortikal oksipital kanan, kortikal parietal kiri, Kortikal temporal kanan, Aging
atrophy cerebri.
Diagnosis Kerja

Hipertensi Emergency
DIAGNOSIS BANDING

• Hipertensi Emergency
• Stroke Non Hemoragic
• Transient Ischaemic Attack (TIA)
TATALAKSANA

• IVFD RL gtt 20/menit


• Spironolakton 1x25 mg
• Aspilet 1x 80 mg
• Captopril 1x 12,5 mg
• Simvastatin 1x20 mg
PEMERIKSAAN ANJURAN

• Rontgen thorax
• Funduscopy
• Pemeriksaan Urin
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : dubia ad bonam


• Quo ad functionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI KRISIS HIPERTENSI

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadinya kelainan organ
target.
Krisis hipertensi meliputi dua kelompk yaitu: 3,4,6
1. Hipertensi emergensi (darurat) dimana selain tekanan darah yang sangat tinggi terdapat
kelainan/kerusakan target organ yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera ( dalam menit sampai jam) agar dapat mencegah/membatasi
kerusakan target organ yang terjadi.
2. Hipertensi urgensi (mendesak), dimana terdapat tekanan darah yang sangat tinggi tetapi
tidak disertai kelainan/kerusakan organ target yang progresif, sehingga penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
EPIDEMIOLOGI

Secara statistik, bila seluruh populasi hipertensi (HT) dihitung, terdapat sekitar 70%
pasien yang menderita HT ringan, 20% HT sedang dan 10% HT berat. Pada setiap
jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi yang merupakan suatu kegawatan medik dan
memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Angka kejadian krisis HT menurut laporan dari hasil penelitian dekade lalu di negara
maju berkisar 2 – 7% dari populasi HT, terutama pada usia 40 – 60 tahun dengan
pengobatan yang tidak teratur selama 2 – 10 tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi
dalam 10 tahun belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di
Amerika hanya lebih kurang 1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi. Di
Indonesia belum ada laporan tentang angka kejadian ini.
PATOFISIOLOGI

Arteri normal pada individu normotensi akan mengalami dilatasi atau kontriksi dalam
merespon terhadap perubahan tekanan darah untuk mempertahankan aliran (mekanisme
autoregulasi) yang tetap terhadap vascular beeds sehingga kerusakan arteriol tidak terjadi.
Pada krisis hipertensi terjadi perubahan mekanisme autoregulasi pada vascular beeds
(terutama jantung, SSP, dan ginjal) yang mengakibatkan terjadinya perfusi.
Akibat perubahan ini akan terjad efek local dengan berpengaruhnya prostaglandin, radikal
bebas dan lain-lain yang mengakibatkan nekrosis fibrinoid arteriol, disfungsi endotel,
deposit platelet, proliferasi miointimal, dan efek siskemik akan mempengaruhi renin-
angiotensin, katekolamin, vesopresin, antinatriuretik kerusakan vaskular sehingga terjadi
iskemia organ target. Jantung, SSP, ginjal dan mata mempunyai mekanisme autoregulasi
yang dapat melindungi organ tersebut dari iskemia yang akut, bila tekanan darah mendadak
turun atau naik. Misalkan individu normotensi, mempunyai autoregulasi untuk
mempertahankan perfusi ke SSP pada tekanan arteri rata-rata.
DIAGNOSIS

Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung
kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang
menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosa suatu
krisis hipertensi.
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
DIFERENSIAL DIAGNOSIS

• - Hipertensi berat
• - Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.
• - Ansietas dengan hipertensi labil.
• - Oedema paru dengan payah jantung kiri.
PENGOBATAN KRISIS HIPERTENSI


• Penurunan tekanan darah
• Pengobatan target organ
• Pengelolaan khusus
PENANGGULANGAN HIPERTENSI EMERGENSI

• Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume intravaskuler.
• Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik.
• - tentukan penyebab krisis hipertensi
• - singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis HT
• - tentukan adanya kerusakan organ sasaran
• Tentukan TD yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
• Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak kurang dari 160
mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis
hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25%
dari MAP ataupun TD yang didapat.
• Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal pengobatan dapat
menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari
pada beberapa hari permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma
aorta.
• TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.

PEMAKAIAN OBAT-OBAT UNTUK KRISIS
HIPERTENSI
• Sodium Nitroprusside : merupakan vasodilator direkuat baik arterial maupun venous.
Secara IV mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit.
Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
• Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis
tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of action 3
– 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus IV. Efek samping : sakit kepala, mual,
muntah, hipotensi.
• Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara IV bolus.
Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 – 12 jam.
Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD
yang diinginkan.Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll.
• Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam, IV :10 –
20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m.
Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi
refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efek samping :
refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI
akut dll.
• Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 – 60 menit.
Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
• Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk
mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg secar i.v bolus atau i.m.
Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.
• Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem
simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action : 1 – 5
menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine,
respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
• Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg secara i.v.
bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 – 10 menit Efek
samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia
dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping
hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.
• Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf simpatis.
Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60 menit, duration of
action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino,
with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak
konsisten,obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
• Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan
dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis.
Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam.
Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, pusing, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila
dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
PENANGGULANGAN HIPERTENSI URGENSI
• Nifedipine : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit). Buccal (onset 5 –10 menit),
oral (onset 15-20 menit), duration 5 – 15 menit secara sublingual/ buccal). Efek samping :
sakit kepala, takhikardi, hipotensi, flushing, hoyong.
• Clondine : Pemberian secara oral dengan onset 30 – 60 menit Duration of Action 8-12 jam.
Dosis : 0,1-0,2 mg,dijutkan 0,05mg-0,1 mg setiap jam s/d 0,7mg. Efek samping :
sedasi,mulut kering.Hindari pemakaian pada 2nd degree atau 3rd degree, heart block,
brakardi,sick sinus syndrome.Over dosis dapat diobati dengan tolazoline.
• Captopril : pemberian secara oral/sublingual. Dosis 25mg dan dapat diulang setiap 30 menit
sesuai kebutuhan. Efek samping : angio neurotik oedema, rash, gagal ginjal akut pada
penderita bilateral renal arteri sinosis.
• Prazosin : Pemberian secara oral dengan dosis 1-2mg dan diulang perjam bila perlu. Efek
samping : first dosyncope, hiponsi orthostatik, palpitasi, takhikaro sakit kepala.
TERIMAKASIH
WASSALAMUALAIKUM, WR.WB

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Cody Pterygium
    Case Cody Pterygium
    Dokumen29 halaman
    Case Cody Pterygium
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Malaria Serebral
    Cover Referat Malaria Serebral
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat Malaria Serebral
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Jurnal VIVI Rizki
    Jurnal VIVI Rizki
    Dokumen17 halaman
    Jurnal VIVI Rizki
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Referat Vivi
    Referat Vivi
    Dokumen32 halaman
    Referat Vivi
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Status Stase Mata + Gambar Rs Bari
    Status Stase Mata + Gambar Rs Bari
    Dokumen25 halaman
    Status Stase Mata + Gambar Rs Bari
    Livia Hanisamurti
    Belum ada peringkat
  • Louy 7
    Louy 7
    Dokumen9 halaman
    Louy 7
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Telinga
    Pemeriksaan Telinga
    Dokumen48 halaman
    Pemeriksaan Telinga
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • BST VIVI
    BST VIVI
    Dokumen23 halaman
    BST VIVI
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • KJHG
    KJHG
    Dokumen11 halaman
    KJHG
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Kugyjh
    Kugyjh
    Dokumen28 halaman
    Kugyjh
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Lkuiyut
    Lkuiyut
    Dokumen21 halaman
    Lkuiyut
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Jhkug
    Jhkug
    Dokumen12 halaman
    Jhkug
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Klih 8 H
    Klih 8 H
    Dokumen36 halaman
    Klih 8 H
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Kugyjh
    Kugyjh
    Dokumen28 halaman
    Kugyjh
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Cover Case
    Cover Case
    Dokumen1 halaman
    Cover Case
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Pada Telinga
    Kelainan Pada Telinga
    Dokumen10 halaman
    Kelainan Pada Telinga
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Hidung
    Pemeriksaan Hidung
    Dokumen41 halaman
    Pemeriksaan Hidung
    ShintaAnggiaPrawesti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Tumor Payudara
    Bab Ii Tumor Payudara
    Dokumen33 halaman
    Bab Ii Tumor Payudara
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Tumor Payudara
    Bab Ii Tumor Payudara
    Dokumen33 halaman
    Bab Ii Tumor Payudara
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Virus Dengue
    Infeksi Virus Dengue
    Dokumen27 halaman
    Infeksi Virus Dengue
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Format Laporan 2019
    Format Laporan 2019
    Dokumen8 halaman
    Format Laporan 2019
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • JKHGF
    JKHGF
    Dokumen14 halaman
    JKHGF
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Tumor Payudara
    Bab Ii Tumor Payudara
    Dokumen33 halaman
    Bab Ii Tumor Payudara
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Dokumen50 halaman
    Demam Tifoid
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • HCGFX
    HCGFX
    Dokumen14 halaman
    HCGFX
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • JKHGF
    JKHGF
    Dokumen14 halaman
    JKHGF
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Kuiyf
    Kuiyf
    Dokumen16 halaman
    Kuiyf
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • FAM
    FAM
    Dokumen36 halaman
    FAM
    Vivi Rizki Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Jurnal VIVI Rizki 702014052
    Jurnal VIVI Rizki 702014052
    Dokumen5 halaman
    Jurnal VIVI Rizki 702014052
    Nabilah Ananda
    Belum ada peringkat