Disusun Oleh:
Septia Pinartin, S.Ked
71 2017 061
Pembimbing:
dr. Yudi Fadillah, Sp.PD, KKV, FINASIM, MARS.
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah.
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan
gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Pengobatan yang baik
dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama Tn. S
Pekerjaan Swasta
Agama Islam
No. RM 54.18.89
BB 70 kg
TB 165 cm
IMT 25,71
PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS
Kepala Normocephali, deformitas (-)
Mata conjunctiva anemis (-), hiperemis (-/-), sclera ikterik (-), mata cekung (-),edema palpebra
(+/+), sekret (-/-), pupil isokor, refleks cahaya(+/+)
- Perkusi sonor pada kedua lapang paru kanan dan kiri, batas paru hepar ICS VI
- Inspeksi Datar
Ekstremitas akral hangat, edema (-/-), deformitas (-), clubbing finger (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN EKG
Deskripsi:
Sinus rhytm
HR 66x/menit
Aksis: Lead I dan II negatif
Kesan: Left Aksis Deviasi
PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA
• Multiple infark cerebri pada ganglia basalis kanan, kortikal oksipital kanan, kortikal parietal
kiri,
• Kortikal temporal kanan
• Aging atrophy cerebri
ANALISIS KASUS
Hipertensi Emergency
DIAGNOSIS BANDING
• Hipertensi Emergency
• Stroke Non Hemoragic
• Transient Ischaemic Attack (TIA)
TATALAKSANA
• Rontgen thorax
• Funduscopy
• Pemeriksaan Urin
PROGNOSIS
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadinya kelainan organ
target.
Krisis hipertensi meliputi dua kelompk yaitu: 3,4,6
1. Hipertensi emergensi (darurat) dimana selain tekanan darah yang sangat tinggi terdapat
kelainan/kerusakan target organ yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera ( dalam menit sampai jam) agar dapat mencegah/membatasi
kerusakan target organ yang terjadi.
2. Hipertensi urgensi (mendesak), dimana terdapat tekanan darah yang sangat tinggi tetapi
tidak disertai kelainan/kerusakan organ target yang progresif, sehingga penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
EPIDEMIOLOGI
Secara statistik, bila seluruh populasi hipertensi (HT) dihitung, terdapat sekitar 70%
pasien yang menderita HT ringan, 20% HT sedang dan 10% HT berat. Pada setiap
jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi yang merupakan suatu kegawatan medik dan
memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Angka kejadian krisis HT menurut laporan dari hasil penelitian dekade lalu di negara
maju berkisar 2 – 7% dari populasi HT, terutama pada usia 40 – 60 tahun dengan
pengobatan yang tidak teratur selama 2 – 10 tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi
dalam 10 tahun belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di
Amerika hanya lebih kurang 1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi. Di
Indonesia belum ada laporan tentang angka kejadian ini.
PATOFISIOLOGI
Arteri normal pada individu normotensi akan mengalami dilatasi atau kontriksi dalam
merespon terhadap perubahan tekanan darah untuk mempertahankan aliran (mekanisme
autoregulasi) yang tetap terhadap vascular beeds sehingga kerusakan arteriol tidak terjadi.
Pada krisis hipertensi terjadi perubahan mekanisme autoregulasi pada vascular beeds
(terutama jantung, SSP, dan ginjal) yang mengakibatkan terjadinya perfusi.
Akibat perubahan ini akan terjad efek local dengan berpengaruhnya prostaglandin, radikal
bebas dan lain-lain yang mengakibatkan nekrosis fibrinoid arteriol, disfungsi endotel,
deposit platelet, proliferasi miointimal, dan efek siskemik akan mempengaruhi renin-
angiotensin, katekolamin, vesopresin, antinatriuretik kerusakan vaskular sehingga terjadi
iskemia organ target. Jantung, SSP, ginjal dan mata mempunyai mekanisme autoregulasi
yang dapat melindungi organ tersebut dari iskemia yang akut, bila tekanan darah mendadak
turun atau naik. Misalkan individu normotensi, mempunyai autoregulasi untuk
mempertahankan perfusi ke SSP pada tekanan arteri rata-rata.
DIAGNOSIS
Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung
kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang
menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosa suatu
krisis hipertensi.
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
• - Hipertensi berat
• - Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.
• - Ansietas dengan hipertensi labil.
• - Oedema paru dengan payah jantung kiri.
PENGOBATAN KRISIS HIPERTENSI
•
• Penurunan tekanan darah
• Pengobatan target organ
• Pengelolaan khusus
PENANGGULANGAN HIPERTENSI EMERGENSI
• Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume intravaskuler.
• Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik.
• - tentukan penyebab krisis hipertensi
• - singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis HT
• - tentukan adanya kerusakan organ sasaran
• Tentukan TD yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
• Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak kurang dari 160
mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis
hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25%
dari MAP ataupun TD yang didapat.
• Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal pengobatan dapat
menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari
pada beberapa hari permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma
aorta.
• TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
•
PEMAKAIAN OBAT-OBAT UNTUK KRISIS
HIPERTENSI
• Sodium Nitroprusside : merupakan vasodilator direkuat baik arterial maupun venous.
Secara IV mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit.
Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
• Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis
tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of action 3
– 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus IV. Efek samping : sakit kepala, mual,
muntah, hipotensi.
• Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara IV bolus.
Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 – 12 jam.
Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD
yang diinginkan.Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll.
• Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam, IV :10 –
20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m.
Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi
refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efek samping :
refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI
akut dll.
• Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 – 60 menit.
Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
• Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk
mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg secar i.v bolus atau i.m.
Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.
• Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem
simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action : 1 – 5
menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine,
respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
• Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg secara i.v.
bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 – 10 menit Efek
samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia
dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping
hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.
• Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf simpatis.
Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60 menit, duration of
action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino,
with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak
konsisten,obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
• Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan
dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis.
Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam.
Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, pusing, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila
dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
PENANGGULANGAN HIPERTENSI URGENSI
• Nifedipine : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit). Buccal (onset 5 –10 menit),
oral (onset 15-20 menit), duration 5 – 15 menit secara sublingual/ buccal). Efek samping :
sakit kepala, takhikardi, hipotensi, flushing, hoyong.
• Clondine : Pemberian secara oral dengan onset 30 – 60 menit Duration of Action 8-12 jam.
Dosis : 0,1-0,2 mg,dijutkan 0,05mg-0,1 mg setiap jam s/d 0,7mg. Efek samping :
sedasi,mulut kering.Hindari pemakaian pada 2nd degree atau 3rd degree, heart block,
brakardi,sick sinus syndrome.Over dosis dapat diobati dengan tolazoline.
• Captopril : pemberian secara oral/sublingual. Dosis 25mg dan dapat diulang setiap 30 menit
sesuai kebutuhan. Efek samping : angio neurotik oedema, rash, gagal ginjal akut pada
penderita bilateral renal arteri sinosis.
• Prazosin : Pemberian secara oral dengan dosis 1-2mg dan diulang perjam bila perlu. Efek
samping : first dosyncope, hiponsi orthostatik, palpitasi, takhikaro sakit kepala.
TERIMAKASIH
WASSALAMUALAIKUM, WR.WB