TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Payudara
2.1.1 Anatomi Payudara
Payudara merupakan organ seks kunder yang merupakan symbol
femininitas perempuan. Batas payudara yang normal terletak antara iga 2 di
superior dan iga 6 di inferior (pada usia tua atau mamma yang besar bisa
mencapai iga 7), serta antara taut sternocostal di medial dan linea akselaris
anterior bilateral. Pda bagian lateral atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari
bulatannya kea rah aksila; disebut penonjolan sponce atau ekor payudara.
Dua per tiga bagian atas mamma terletak di atas otot pectoralis mayor,
sedangkan sepertiga bagian bawahnya terletak di atas otot seratus anterior,
otot oblikus eksternus bdominis, dan otot rectus abdominis. Setiap payudara
terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar, masing-masing mempunyai saluran
bernama duktus laktiferus yang akan bermuara ke papilla mamma.1
Proses perkembangan mammae dimulai pada janin berumur 6
minggu dimana terjadi penebalan lapisan epidermis pada bagian ventral,
superfisial dari fasia pektoralis serta otot-otot pektoralis mayor dan minor.
Penebalan yang terjadi pada venteromedial dari regio aksila sampai ke regio
inguinal menjadi ‘milk lines’ dan selanjutnya pada bagian superior
berkembang menjadi puting susu dan bagian lain menjadi atrofi.8
Mammae lazimnya terletak di antara tulang sternum bagian lateral
dan lipatan ketiak, serta terbentang dari iga ke 2 sampai iga ke 6 atau 7. Pada
bagian puncak dari mammae terdapat struktur berpigmen dengan diameter
2-6 cm yang dinamakan areola. Warna areola itu sendiri bervariasi mulai
dari merah muda sampai coklat tua. Warna areoala ini bergantung pada
umur, jumlah paritas, dan pigmentasi kulit.8
Mammae adalah organ yang kaya akan suplai pembuluh darah yang
berasal dari arteri dan vena. Cabang dari arteri torakalis interna menembus
ruang antara iga 2, 3, dan 4 untuk memperdarahi setengah dari bagian
3
4
2.2.2 Epidemiologi
Tidak ada perbedaan dalam frekuensi Phyllodes Tumor yang terlihat
muncul diantara pasien-pasien dari Amerika Serikat dan pasien-pasien dari
negara lain. Phyllodes Tumor diperkirakan sekitar 1% dari total neoplasma
payudara.9
Karena data yang terbatas, persentase Phyllodes Tumor jinak
dibanding ganas tidak terdefenisi dengan baik. Laporan yang ada
mengindikasikan bahwa sekitar 80-95% Phyllodes Tumor adalah jinak dan
itu sekitar 10-15% adalah ganas.9
Predileksi tampaknya tidak ada untuk Phyllodes Tumor. Phyllodes
Tumor muncur hampir secara eksklusif pada wanita. Laporan kasus jarang
telah dijelaskan pada pria. Phyllodes Tumor dapat terjadi pada segala usia;
namun usia pertengahan adalah dekade kelima kehidupan. Tumor bilateral
sangat jarang. Usia mayoritas antara 35 dan 55 tahun. Phyllodes Tumor
jarang pada pasien dibawah usia 20 tahun. Beberapa fibroadenoma juvenil
pada remaja dapat terlihat seperti Phyllodes Tumor secara histologis;
namun, mereka berperilaku jinak sama seperti fibroadenoma lainnya.9
8
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang
bisa digunakan untuk mendiagnosa Phyllodes Tumor.1
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada mammogram, Phyllodes Tumor akan memiliki tepi yang
berbatas jelas dan radioopak. Baik mammogram
ataupun ultrasonografi (USG) mammae dapat membedakan secara
jelas antara fibroadenoma dan filoides jinak atau tumor ganas. Jenis
tumor mammae ini biasanya tidak ditemukan di dekat mikro
kalsifikasi.3
13
c. Biopsi
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) untuk pemeriksaan
sitologi biasanya tidak memadai untuk diagnosis Phyllodes Tumor.
Biopsi jarum lebih dapat dipercaya, namun masih bisa terdapat
kesalahan pengambilan sampel dan kesulitan dalam membedakan
lesi dari sebuah fibroadenoma.1,8
Biopsi mammae eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi
insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk
mendiagnosis Phyllodes Tumor. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji
di laboratorium tapi jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena
sel-sel dapat menyerupai karsinoma dan fibroadenoma. Pada Biopsi
bedah akan menghasilkan potongan jaringan yang akan memberikan
sampel sel lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat
untuk sebuah Phyllodes Tumor.1
d. Temuan histopatologi
Semua Phyllodes Tumor mengandung komponen stroma yang dapat
bervariasi dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya.
Umumnya, tumor filoides jinak memperlihatkan peningkatan jumlah
mencolok pada fibroblas fusiformis reguler dalam stroma.
Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan perubahan miksoid
yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan
selularitas stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu
diamati pada bentuk maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-
struktural, pada Phyllodes Tumor bentuk jinak dan ganas, nukleolus
dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar dan
sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma.1,9
16
2.2.6 Penatalaksanan
Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20,
semuanya harus diterapi dengan enukleasi, karena mereka hampir selalu
bersifat jinak.1,9
Sitologi aspirasi dapat memberi kesan diagnosis Phyllodes Tumor
namun histologi yang lebih tepat pada biopsi jarum inti dibutuhkan sebelum
merencanakan pengobatan. Berbeda pada pasien yang lebih tua. Haagensen
merekomendasikan eksisi lokal luas sebagai pendekatan primer pada
penanganan Phyllodes Tumor jinak. Data yang dimiliki yaitu angka
rekurensi lokal sebesar 28% diantara 43 pasien yang ditangani dengan
eksisi lokal, dengan follow-up minimal 10 tahun. Namun hanya 3 dari
rekurensi tersebut yang membutuhkan mastektomi sekunder, dan tak
satupun yang meninggal akibat tumor ini. Hanya 1 dari 21 pasien yang
diterapi dengan mastektomi (simpel atau radikal) mengalami rekurensi
lokal; ini adalah sarkoma filoides (maligna) yang dengan cepat
menimbulkan metastasis lokal dan sistemik. Angka rekurensi lebih tinggi
untuk tumor filoides jinak dibandingkan ganas telah dilaporkan dalam
sejumlah studi.1,9
Jelas bahwa eksisi yang tidak tuntas merupakan penentu utama
rekurensi pada lesi jinak dan menengah. Ada dua alasan utama yang
mungkin, yaitu: kegagalan untuk mendiagnosis kemungkinan Phyllodes
Tumor dan kegagalan untuk menentukan teknik operasi. Eksisi
makroskopik komplit, dengan usulan batas 1 cm, dapat dipastikan adalah
teknik yang tepat. Untuk lesi besar dan lesi rekuren, pembersihan yang baik
pasti melibatkan mastektomi mendekati-total dan mastektomi sederhana
dengan rekonstruksi. Terdapat beberapa bukti meningkatnya insiden
karsinoma mammae yang berhubungan dengan pasien dengan Phyllodes
19
Tumor dan hal ini merupakan alasan untuk follow-up jangka panjang yang
teliti terhadap pasien-pasien yang demikian.1,9
o Pasien obesitas, bila disertai leher pendek dan besar, sering timbul
gangguan sumbatan jalan napas atas sesudah dilakukan induksi
anestesia. Pilihan anestesia adalah regional, spinal, atau anestesi
umum endotrakeal.
Posisi pembedahan
o Posisi seperti miring, tungkurap, duduk, atau litotomi memerlukan
anestesis umum endotrakea untuk menjamin ventilasi selama
pembedahan.demikian juga pembedahan yang berlangsung lama.
Keterampilan dan kebutuhan dokter pembedah
o Memilih obat dan teknik anestesi juga disesuaikan dengan
keterampilan dan kebutuhan dokter bedah antara lain teknik
hipotensif untuk mengurangi perdarahan, relaksasi otot pada
laparotomi, pemakaian adrenalin pada bedah plastik dan lain-lain.
Keterampilan dan pengalaman dokter anestesiologi
Keinginan pasien
Bahaya kebakaran dan ledakan
o Pemakaian obat anestesia yang tidak terbakar dan tidak eksplosif
adalah pilah utama pada pembedahan dengan alat elektrokauter.2 5
Induksi intramuscular
Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan
secara intramuskulardengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit
pasien tidur. 2 5
Induksi inhalasi
N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen
monoksida) berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak
terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian harus disertai O2
minimal 25%. Bersifat anastetik lemah, analgesinya kuat, sehingga
sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada
anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tapi dikombinasi dengan
salah satu cairan anastetik lain seperti halotan
Halotan (fluotan)
Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan
anestesinya cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan
analgesi semprot lidokain 4% atau 10% sekitar faring laring.
Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya
tonus simpatis, terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer,
depresi vasomotor, depresi miokard, dan inhibisi refleks
baroreseptor. Merupakan analgesi lemah, anestesi kuat. Halotan
menghambat pelepasan insulin sehingga mininggikan kadar gula
darah. Halotan meningkatkan insiden aritmia pada prosedur
laparoskopi, khususnya bila terjadi hiperkarbia penggunaan
halotan sudah digantikan oleh obat obat inhalasi yang baru seperti
29
Induksi mencuri
Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi
biasa hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien,
tetapi kita berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur
baru sungkup muka kita tempelkan.
1 + + +
2 - + +
3 - - +
4 - - -
2.2.10 Ekstubasi
1) Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika:
a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
b. Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi
2) Ekstubasi dikerjakan pada umumnya pada anestesi sudah ringan dengan
catatan tak akan terjadi spasme laring.
3) Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret dan
cairan lainnya. 2 5
35