Anda di halaman 1dari 20

PENGAMALAN NILAI-NILAI

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA

Nama Anggota Kelompok :

1.Ahmad Fatwa Zufar 1800020101


2.Devi Yogi Noviana 1800020096
3.Dwi Putri N 1800020117
4.Syahrani Pramia Lestari 1800020106

PRODI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2018
• Pentingnya merevitalisasi 5 prinsip dasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara:
1. NILAI KETUHANAN: bangsa yang religius
2. NILAI KEMANUSIAAN:mengakui harkat dan
martabat manusia secara berkeadilan dan beradab
3. NILAI PERSATUAN:perbedaan yang menyatukan
4. NILAI KERAKYATAN : demokrasi kerakyatan dengan
hikmat dan kebijaksanaan
5. NILAI KEADILAN SOSIAL:pemenuhan rasa keadilan
bagi rakyat Indonesia dalam berbagai bidang
kehidupan;

REVITALISASI NILAI PANCASILA


ARTI PENTING SILA-SILA
FUNDAMEN
MORAL
Sila 1 sbg NEGARA
MORAL NEGARA (FMN)

Sila 2 sbg FUNDAMEN


MORAL NEGARA POLITIK
NEGARA
Sila 3 sbg DASAR (FPN)
NEGARA
Sila 4 sbg
Sila 2 SISTEM NEGARA
Sila 1 Sila 4
Sila 3 Sila 5 Sila 5 sbg
TUJUAN NEGARA

Fundamen Moral Negara (FMN) menjiwai


Fundamen Politik Negara (FPN)
SILA Pertama
1. Setiap warga negara wajib berketuhanan YME;
2. Saling menghormati dan bekerjasama antar umat
beragama;
3. Saling menghormati dan kebebasan menjalan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya;
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
kepada orang lain;

PROBLEM BESAR:
mengapa tidak disebutkan sebagai negara agama tetapi
negara beragama?
Sila kedua
1. Pengakuan atas harkat dan martabat kemanusiaan;
yakni kedudukan dan derajat yang sama;
2. Saling mencintai sesama manusia (rasa memiliki dan
berkorban untuk kemanusiaan);
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa;

PROBLEM BESARNYA:
dalam peradaban kemanusiaan mengapa justru
melahirkan situasi yang biadab dengan kekerasan
dimana-mana?
Sila ketiga
1. Menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan
sendiri/golongan;
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara;
3. Cinta tanah air dan bangsa (nasionalisme);
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air
Indonesia
5. Mengedepankan ke-Bhinekaan Tunggal Ika

PROBLEM BESARNYA: mengapa dalam konteks


pluralitas, kehidupan kebangsaan kita gagal membuat
nyaman bangsa Indonesia lainnya?
Sila keempat
1. INTINYA: pengarusutamaan rakyat dalam kekuasaan;
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama (demokrasi
dengan musyawarah);
3. Mengedepankan keputusan bersama sebagai sebuah
konsensus;

PROBLEM BESARNYA: dalam demokrasi kita lebih


mengutamakan kepentingan mayoritas dengan
memarginalisasikan minoritas..politik tanpa civic
education
Sila kelima
1. Pengarusutamaan pada prinsip keadilan yang tidak
berpihak;
2. Mengedepankan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan;
3. Menjaga keseimbangan natar hak dan kewajiban;
4. Menghormati hak-hak orang lain;

Problemnya:
bagaimana dengan sistem politik dan sistem ekonomi
di Indonesia..sudahkan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia?
• Pada bagian inilah yang merupakan bentuk revitalisasi
prospektif nilai-nilai Pancasila dalam menajwab problem,
Upaya yang dapat ditempuh pada akhirnya adalah
pengamalan Pancasila yang objektif dan subjektif.
• Yaitu berupa pelaksanaan pancasila dalam wujud tingkah
laku, tindak tanduk, ataupun perbuatan-perbuatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam negara Indonesia.
• Pengamalan Pancasila sebagai dasar negara mempunyai
sanksi hukum.

Pengamalan Pancasila Sebagai Dasar Negara


• Pelaksanaan/pengamalan Pancasila dibedakan dalam dua
bentuk pelaksanaan, yaitu:
1. Pelaksanaan objektif, yaitu pelaksanaan yang dilakukan
oleh penguasa negara yang berwenang dengan cara
menjabarkan Pancasila tersebut kedalam peraturan
perundang-undangan.
2. Pelaksanaan subjektif, yaitu pelaksanaan yang harus
dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia dan
penduduk dengan cara mematuhi dan melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang ada.

Bentuk Pelaksanaan Pancasila


• Pengertian penjabaran Pancasila yang objektif adalah
pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif,
eksekutif maupun yudikatif dan semua bidang kenegaraan
dan terutama realisasi dalam bentuk peraturan perundang-
undangan negara Indonesia.

Penjabaran Pengamalan Pancasila Secara


Objektif
• Perinciannya adalah sbb :
Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari
sudut dasar filsafat negara Pncasila sebagaimana
tercantum dalam pebukaan UUD 1945 alinea IV,
• Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-
undang harus mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang
tercantum dalam filsafat negara Indonesia.
• Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang yang tidak
dapat diganggu gugat, interpretasi pelaksanaannya harus
mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam filsafat
negara.
• Pelaksanaan Undang-Undang harus lengkap dan
menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan di
bawah Undang-Undang dan keputusan-keputusan
administrasi dari semua tingkat penguasa negara.
• Pokok kaidahnegara serta pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD1945 dan UUD 1945
juga didasarkan atas kerohanian Pancasila.
• Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah pelaksaan
pada setiap pribadi perseorangan, setiap warga negara,
setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa setiap
orang Indonesia. Dalam inilah pelaksanaan Pancasila
yang subjektif yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan
dimana kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi
kesadaran wajib moral.

Penjabaran Pengamalan Pancasila Secara


Subjektif
• Dalam hal ini nilai yang berkaitan pada diri seseorang
adalah sikap dan tingkah laku dalam realisasi Pancasila
secara subjektif yang disebut moral Pancasila. Jadi
aktualisasi Pancasila yang bersifat subjektif ini lebih
berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu berkaitan dengan
norma-norma moral.
• Realisasi dan pengamalan Pancasila secara objektif
berkaitan dengan pemenuhan wajib hukum yang memiliki
norma-norma yang tertuang dalam suatu sistem hukum
positif. Hal ni dimaksudkan agar memiliki daya imperatif
secara yuridis. Walaupun aktualisasi objektif tertuang
dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan
namun dalam implementasi pelaksanaan Pancasila secara
optimal justru realisasi subjektif yang memiliki kekuatan
daya imperatifmoral yang merupakan suatu prasyarat bagi
keberhasilan pelaksanaan Pancasila secara objektif.

Realisasi dan Pengamalan Pancasila


• Dengan kata lain aktualisasi subjektif lebih menentukan
keberhasilan aktualisasi Pancasila yang objektif, dan
tidak sebaliknya. Dapat juga dikatakan bahwa aktualisasi
secara objektif itu akan berhasil secara optimal bilamana
didukung oleh aktualisasi atau pelaksaan Pancasila secara
subjektif.
1. Pengetahuan : Yaitu, suatu pengetahuan yang benar
tentang Pancasila, baik aspek nilai, norma maupun
aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan dan kemampuan individu. Tanpa
pendidikan yang cukup maka dapat dipastikan bahwa
pemahaman tentang ideology bangsa dan dasar filsafat
Negara hanya dalam tingkat-tingkat yang sangat
pragmatis, dalam hal ini sangat berbahaya terhadap
ketahanan ideology penerus bangsa.
2. Kesadaran : Yaitu, selalu mengetahui pertumbuhan
keadaan yang ada dalam diri sendiri.

Hal yang didapatkan bila Pancasila di


realisasikan
3. Ketaaatan : Yaitu, selalu dalam keadaan kesediaan untuk
memenuhi wajib lahir dan batin, lahir berasal dari luar
misalnya pemerintah, adapun wajib batin dari diri
sendiri.Kemampuan kehendak : Yaitu, yang cukup kuat
sebagai pendorong untuk melakukan perbuatan
berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
4. Watak dan hati nurani : Yaitu, agar seseorang selalu
mawas diri dan dapat menilai diri sendiri dengan baik.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai