Intra Uterine Fetal Death
Intra Uterine Fetal Death
DEATH
P E MBI MBI NG:
DR . I .G . N. MA DE W E DAG AMA
PENDAHULUAN
Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal death (IUFD),
sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah
kehamilan 20 minggu. Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah
besar, khususnya di Negara berkembang sekitar 98-99%, sedangkan Negara maju
hanya 1-2%.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 kematian perinatal
adalah 400 per 100.000 orang atau sekitar 200.000 ribu orang pertahun
sehingga kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit
Diperkirakan AKP di rumah sakit berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000
kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi terdapat
sedikitnya 3483 kasus kematian janin dari 119437 kelahiran hidup. (DinKes
Provinsi, 2008).
DEFINISI IUFD
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009).
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak
diobati (Saifuddin, 2008).
ETIOLOGI IUFD
1. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
2. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus)
3. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta)
4. Abnormalitas kromosom
5. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju
ibu)
6. Sindrom antibodi antifosfolipid.
7. Infeksi intra-amnion
PREDISPOSISI IUFD
1. Faktor maternal antara lain adalah post term(>42 minggu), diabetes mellitus
tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia,
eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri,
antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
2. Faktor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan
congenital, kelainan genetic, infeksi.
3. Faktor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, KPD, vasa
previa.
Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intra uterine
meningkat pada usia >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi
pada ibu, riwayat premature, bayi dengan berat badan lahir rendah,
infeksi ibu (ureplasma urelitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
PATOFISIOLOGI IUFD
1. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati
kemudian lemas kembali.
2. Stadium maserasi I: timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini
mula-mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah
coklat.
3. Stadium maserasi II: timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III: terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati.
Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang
sangat longgar edema di bawah kulit.
MANIFESTASI KLINIS IUFD
1. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan
semakin mengecil.
2. Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
3. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan
normal.
5. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan
krepitasi, yakni akibat penimbunan gas dalam tubuh.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau
gerakan janin sangat berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil
atau kehamilan tidak seperti biasanya.
c. Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan
merasakan sakit seperti mau melahirkan.
d. Penurunan berat badan.
e. Perubahan pada payudara atau nafsu makan
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
1) Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu.
2) Terhentinya perubahan payudara
Palpasi
1) Tinggi fundus uteri lebih rendah dari usia kehamilan
2) Tidak teraba gerakan- gerakan janin.
3) Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun dopler tidak terdengar denyut jantung janin.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati.
Hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati.
Pemeriksaan Radiologi
USG
a) Gerak anak tidak ada
b) Denyut jantung anak tidak ada
c) Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
X-Ray
Spalding’s sign (+): tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih, pencairan
otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
Nanjouk’s sign (+): tulang punggung janin sangat melengkung.
Robert’s sign (+): tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah
besar. Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam.
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
Gejala dan Tanda yang Selalu Ada Gejala dan Tanda yang Kadang- Kadang Ada Kemungkinan Diagnosis
Gerakan janin berkurang atau hilang, Syok, uterus tegang/kaku, gawat janin atau Solusio Plasenta
nyeri perut hilang timbul atau DJJ tidak terdengar
menetap, perdarahan pervaginam
sesudah hamil 22 minggu
Gerakan janin dan DJJ tidak ada, Syok, perut kembung/ cairan bebas intra Ruptur Uteri
perdarahan, nyeri perut hebat abdominal, kontur uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-bagian janin teraba,
denyut nadi ibu cepat
Gerakan janin berkurang atau hilang, Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat Janin
DJJ abnormal (<100/mnt/>180/mnt)
Status Obstetri
Abdomen:- TFU: 4 jari dibawah prosesus xipoideus, MCD: 28cm
(TBJ: 2635 gram)
His (+) 1 x/10’ ~ 10”
Gerak janin (-)
DJJ (-)
Vagina :
Vaginal Toucher (VT) (pk 17.00 WITA):
Pembukaan serviks 2 cm, ketuban (+) merembes, teraba kepala,
penurunan H1, blood slym (-)
Status Obstetri
Abdomen:- TFU: 4 jari dibawah prosesus xipoideus, MCD: 28cm
(TBJ: 2635gram)
His (+) 1 x/10’ ~ 10”
Gerak janin (-)
DJJ (-)
Vagina :
Vaginal Toucher (VT) (pk 22.45 WITA):
Pembukaan serviks lengkap, ketuban (+) merembes, teraba kepala,
penurunan H5, blood slym (+)
- Bayi lahir spontan (BBL 1750gr) JK: Laki-laki P2002 + IUFD - Injeksi Oksitosin 10 IU IM
- Lahirkan
placenta
Status General
Mata : Anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks
Jantung : S1S2 normal, reguler, murmur (-)
Paru : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : ~ status obstetri
Ekstremitas :
Akral hangat : Ekstremitas atas +/+
Ekstremitas bawah +/+
Oedema : Ekstremitas atas -/-
Ekstremitas bawah -/-
Status Obstetri
Abdomen : TFU 3 jari di
bawah pusat, stolsel (+), kontraksi (+) baik, perdarahan aktif (-)
Status Obstetri
Abdomen : TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi (+) baik, perdarahan aktif (-)
Status General
Mata : Anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks
Jantung : S1S2 normal, reguler, murmur (-)
Paru : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : ~ status obstetri
Ekstremitas :
Akral hangat : Ekstremitas atas +/+
Ekstremitas bawah +/+
Oedema : Ekstremitas atas -/-
Ekstremitas bawah -/-
Status Obstetri
Abdomen : TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi (+) baik, perdarahan aktif (-)
• PenyebabIUFDbisakarenafaktormatern • Faktorfetalbelumdapatkitasingkirkanka
al, fetaldanplasental. renasebaiknyadilakukanpemeriksaana
• Sedangkanfaktorresikoterjadinyakema utopsiapakahterdapatkelainankongeni
tianjaninintra talmayorpadajanin.
uterinemeningkatpadausia>40tahu • Pasienmengakuiriwayatanakpertamala
n,padaibuinfertil,kemokonsentrasipad hirpremature,meskipuntidakadateoriy
aibu,riwayatpremature,bayidenganber angmenjelaskanhubungantersebutden
atbadanlahirrendah,infeksiibu(ureplas gankematianjanin,namunhaltersebutm
maurelitikum),kegemukan, enjadisalahsatufaktorrisikodariIUFD.
ayahberusialanjut.
PEMBAHASAN
Teori Kasus
• MenurutNugroho(2012),Janinyangmatidala • Penatalaksanaanpadapasieninisesuaidenga
mrahimsebaiknyasegeradikeluarkansecara: nliteratur,yaituinduksipersalinandilakukand
• 1)Lahirspontan: enganpemberianinduksioksitosin5
75%akanlahirspontandalam2minggu. IUmelaluiinfusRL
• 2)Persalinananjuran 10tpmyangkemudianselang10menitdinaika
nmenjadi20tpmkarenaservikscukupmatang.
• Dilatasiserviksdenganbatanglaminaria
• Dilatasiserviksdengankateterfolley.
• Infusoksitosin
• Induksiprostaglandin
Setelah persalinan pasien diberikan amoxicilin 500 mg 3x1 tab untuk mengatasi infeksi dimana
amoxcicilin anti bakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid efektif terhadap sebagian bakteri
gram-positif dan beberapa gram-negatif yang patogen.
Diberikan juga asam mefenamat 500mg 3x 1 tab untuk mengurangi rasa nyeri dimana
mekanisme kerja asam mefenanmat adalah dengan menghambat enzim COX.
Selain itu, pasien juga diberikan metilergometrin 3x200mcg untuk mencegah perdarahan
postpartum dan diberikan sulfat ferrous 2x300mg untuk mencegah kadar zat besi rendah dalam
darah.
Setelah persalinan dilakukan USG dan hasilnya tidak terdapat sisa janin maupun plasenta dalam
uterus pasien.
KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin (IUFD) berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan
antenatal care yang teratur dan efektif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kesejahteraan janin
untuk mendeteksi penurunan kesejahteraan janin dan komplikasi lebih lanjut pada ibu dapat
dihindari.
Penanganan IUFD dibagi menjadi penanganan ekspektatif dan aktif. Penanganan aktif lebih baik
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada ibu dan mengurangi gangguan psikologis keluarga
terutama ibu. Dukungan moril/psikologis dari pihak dokter dan keluarga sangat berperan
penting pada kasus IUFD.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD ialah faktor fetal, yaitu faktor IUGR. Selain itu ibu
juga memiliki risiko IUFD dikarenakan riwayat kelahiran premature. Namun, penyebab pasti
dapat ditegakkan bila pada bayi dilahirkan dilakukan autopsi.
TERIMA KASIH