Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN

KEPERAWATAN
STEVEN JHONSON
Disusun oleh:
Lilis sari 1610711022
Ester ronauli 1610711045
Siti hidayatun nazza 16107110 37
Definisi
• Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau sindrom
Stevens-Johnson dan toxic epidermal
necrolysis (TEN) atau nekrolisis epidermal
toksik adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh alergi atau infeksi. Sindrom tersebut
mengancam kondisi kulit yang mengakibatkan
kematian sel-sel kulit sehingga epidermis
mengelupas dan memisahkan dari dermis.
Etiologi

Menurut (Porth & Maffin, 2009 dalam Brunner


& Suddarth, 2010) sindrom steven johnson
dipicu oleh reaksi obat. Etiologinya tidak
diketahui, tetapi kemungkinan berhubungan
dengan sistem imun dan bisa berupa suatu
reaksi terhadap obat atau kelainan sekunder
akibat infeksi virus. Antibiotik, antikonvulsan,
butazon dan sulfonamid merupakan obat yang
paling sering terlibat.
Terdapat tiga derajat klasifikasi yang
diajukan menurut (Kusuma & Nurarif,
2015):
1. Derajat 1 : erosi mukosa SSJ dan
pelepasan epidermis kurang dari 10% 4
2. Derajat 2 : lepasnya lapisan
epidermis antara 10-30% 3. Derajat
3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari
30%
Beberapa penyebab sindrom steven johnson menurut
(Kusuma & Nurarif, 2015):

Efek
samping
Infeksi dari obat- Faktor
obatan idiopatik

Keganasan penggun
(karsinoma aan
dan penggunaan kokain
limfoma) antibiotik dan
sulfametoksaz
ole
Manifestasi Klinis
• Menurut (Brunner & Suddarth, 2013)
tanda-tanda awal sindrom steven johnson
antara lain konjungtiva terasa panas atau
gatal, nyeri tekan kutaneus, demam, sakit
kepala, batuk, sakit tenggorokan, malaise
ekstrem, dan mialgia (nyeri dan sakit).
Menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), pada sindroma ini
terlihat adanya kelainan berupa :

• Kelainan kulit
• Kelainan selaput lendir di orifisium
• Kelainan mata
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Histopatologi

Imunologi
Penatalaksanaan
• Menurut (Brunner & Suddarth, 2013)
sasaran penanganan antara lain mengontrol
keseimbangan cairan dan elektrolit,
mencegah sepsis, dan mencegah komplikasi
pada mata
• Cairan intravena diberikan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
• Penggantian cairan diberikan melalui NGT dan
oral secepat mungkin.
• Kortikosteroid sistemik diberikan di awal proses
penyakit
• Pemberian imunoglobulin melalui intravena (IVIG) dapat
mempercepat perbaikan kondisi dan penyembuhan kulit.
• Kulit dilindungi dengan agens topikal; antibakteri topikal
dan agens anestesi digunakan untuk mencegah sepsis
pada luka.
• Balutan biologis sementara (pigskin, membran amnion)
atau balutan plastik semipermeabel (vigilon) dapat
digunakan.
TINJAUAN KASUS

• Seorang anak usia 17 Tahun di bawa ke RS. Sari


Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala, batuk,Pilek
dan demam dengan Temperatur 390C, sulit
menelan dikarenakan adanya lesi di bibir dan nyeri
tenggorokan, muncul bintik-bintik merah,timbul
eritema di seluruh tubuh dan wajah,serta bula di
beberapa bagian tubuh konjungtiva terasa panas &
gatal,myalgia ( nyeri & sakit),tidak selera makan,
mual dan muntah.Nyeri tekan
Kutaneus,Peradangan akut pada conjunctivitis.N :
130x/mnt TD : TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor
Kulit >2 dtk. Ibu mengatakan BB anak menurun
dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan
anak tidak selera makan.

Anda mungkin juga menyukai