Anda di halaman 1dari 66

Kelompok 1:

Miftah Saiful ‘Arifin (18-81)


Fadhila Isma Huwaida (18-82)
Nova Munikasari (18-83)
Firdausi Zahrah (18-84)
Dian Sa’idah (18-85)
Ersella Ayu Nuramita (18-86)
Sonia Aulia Rakhmah (18-87)
Denise Nur Kholida (18-88)
MATERI DI SINEMA
FITOMEDIKA
(24 JUNI 2019)
Pengenalan Saintifikasi Jamu
Oleh: dr. Fajar Novianto

Latar Belakang

√ SJ mulai semangat tahun 2007, jamu tuan rumah di negeri sendiri


√ Perlu pembuktian ilmiah agar para ilmuan, pendidik, tenaga kesehatan jamu
tidak berdasarkan sekedar katanya dan testimoni – jamu berlandaskan
ilmiah/evidence based medicine
√ Indonesia negara sangat kaya akan sumber daya alam dan
manusia/kebudayaan – dilakukan RISTOJA untuk mengunggulkan
keanekaragaman hayati yg berpotensi sbg tanaman obat untuk dikembangkan
√ Banyak ragam ramuan jamu turun temurun lebih dari 3 generasi (empiris) dan
ramuan baru (berdasarkan RCT), sudah terbukti khasiat (dipercaya berkhasiat
sejak lama) dan keamanan (secara turun temurun aman) perlu dilestarikan.
Dilakukan riset secara ilmiah agar khasiat terbukti secara kuantitatif dan
kualitatif.
Tujuan (Permenkes 003 tahun 2010 ttg SJ)

 Memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu


 Mendorong jejaring peneliti (dr. apt SJ) dlm memberikan
pelayanan jamu.
 Meningkatkan penyediaan jamu yang aman bermutu
berkhasiat yg dapat dipakai pada pelayanan kesehatan

Merupakan landasan melaksanakan pelayanan


jamu/payung hukum.
RRJ Hortus Medicus SDM RRJ
 Klinik SJ tipe A (satu2nya di  8 dokter dengan kompetensi SJ
Indonesia) ada 6 ruang  3 apoteker dengan kompetensi SJ

periksa  1 sarjana farmasi dg kompetensi

 Griya Jamu (apotek SJ) SJ


 6 D3 farmasi
 Lab klinik, USG, EKG  4 perawat
 Stone Therapy  2 analis kesehatan

 Kebun Sayur Organik  4 medical record


 1 orang sarjana gizi
Kegiatan di RRJ
1. Penelitian
Desain penelitian:
a. Pre-post Design ( Before-After )
 Dilaksanakan di RRJ Hortus Medicus B2P2TOOT Tawangmangu

 Tanpa control

 Mulai tahun 2010

b. Uji Klinik Multi center *Setelah jamu


 Multi center, without blinding, dibanding obat standar
terbukti aman
 Dilaksanakan di praktek dr SJ alumni pelatihan 50jam
dan berkhasiat
 Mulai tahun 2012
sama/atau
lebih bagus
Parameter Penelitian SJ:
drpd obat
konvensional,
√ Safety : Px. Darah, Fungsi Hati, Fungsi Ginjal, SAE
diterbitkan
√ Efficacy : Sesuai yang diteliti (kuantitatif dan kualitatif)
sertifikat jamu
√ Patient Report Outcome (PRO)Penilaian Quality of Life
saintifik.
2. Jumlah pasien dati tahun ke tahun semakin meningkat.
Ruang Lingkup Praktek Klinik :
√ Pendaftaran dan Rekam Medis (Informed consent, request consent,
pasien umum atau subyek penelitian)
√ Pemeriksaan dokter (menentukan diagnosis  terapi jamu dan
konsultasi gizi)
√ Pemeriksaan penunjang (Kimia darah, EKG)

3. Pelatihan
√ Pelatihan Dokter SJ
√ Pelatihan Apoteker SJ
√ Magang/Praktek Mahasiswa/Peneliti

4. Wisata Ilmiah
Griya Jamu
Interpretasi Resep
Peracikan Jamu

Penyerahan Jamu (KIE)


KIE di RRJ Hortus Medicus
Oleh: Tyas Friska Dewi, Apt

 Merupakan penyampaian informasi dari apoteker kepada


pasien/keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman agar pasien yakin akan kemampuan dlm
penggunaan obat yg benar  meningkatkan kepatuhan
pasien dalam penggunaan jamu.
 Tujuan KIE : mencegah kegagalan terapi, toksisitas, kambuh,
peningkatan biaya
Kebutuhan Kompetensi:

1. Keterampilan klinis untuk menyelesaikan masalah terapi jamu


untuk pasien.
2. Pengetahuan tentang pasien (informasi pribadi, sosial, dan
fisiologis).
3. Pengetahuan tentang penyakit (karakteristik penyakit, niat
pengobatan, dan tujuan terapi) dan pengetahuan tentang terapi
jamu (karakteristik jamu dan hasil dari terapi jamu).
4. Pengetahuan llmu dasar seperti berkaitan dengan sifat jamu,
biologi manusia.
5. Farmakologi, farmakoterapi.
6. Asuhan Kefarmasian (bagaimana kita menerapkan pengetahuan
untuk membantu pasien).
Konseling  Merupakan suatu
pelayanan farmasi yang Mengapa pasien RRJ Hortus
mempunyai tanggung
jawab etikal serta Medicus membutuhkan konseling?
medikasi legal untuk
memberikan informasi dan  Merupakan pasien kronis dan
edukasi mengenai hal-hal menjalani pengobatan jangka
yang berkaitan dengan
obat. panjang.
 Mendapatkan obat dengan
bentuk sediaan tertentu dan
Tujuan konseling:
dengan cara pemakaian yang
1. Meningkatkan keberhasilan terapi.
khusus. Misal : rebusan.
2. Memaksimalkan efek terapi  Mendapatkan obat dengan
meminimalkan resiko efek samping.
cara penyimpanan yg khusus.
3. Meningkatkan cost effectiveness.
4. Menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi
Monitoring:
 Anamnesis saat kontrol
 Pro aktif (dalam kerangka riset)

Follow up melalui CM lengkap


 Menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING JAMU Kode Sumber Data :

PASIEN
Nama (singkatan) : Tgl Lahir : Suku : Berat Badan : Pekerjaan :
Kelamin (beri tanda X) :
Tujuan tercapai
RUMAH RISET JAMU “HORTUS MEDICUS” Pria
Tujuan tidak tercapai
Wanita
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT & OBAT TRADISIONAL Hamil
‘ Kondisi memburuk
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Tidak Hamil Kondisi membaik
KEMENTERIAN KESEHATAN RI Tidak tahu
Tidak tahu
Meninggal
RAHASIA MONITORING EFEK SAMPING JAMU

Penyakit yang ada sebelum penggunaan (beri tanda X) :


Gangguan ginjal Kondisi medis lainnya, sebutkan
Gangguan hati

Contoh
Alergi
Kepada Yth :
Rumah Riset Jamu “Hortus Medicus” Riwayat efek samping yang pernah dialami :
Balai Besar Litbang Tanaman Obat Dan Obat Tradisional
JL. Raya Lawu No.11 Tawangmangu
EFEK SAMPING JAMU
KARANGANYAR, JAWA TENGAH - 57792
Bentuk / manifestasi efek samping yang terjadi : Tanggal mula menggunakan Akhir efek samping (beri tanda X)
Telp. (0271) 697410

formulir
Jamu : Tanggal :
Sembuh
Meninggal
Sembuh dengan gejala sisa
Tanggal terjadinya kasus :
Belum sembuh
Tidak tahu

pelaporan
PENGIRIM
Jamu dan semua dikonsumsi pada hari kejadian*
Nama : Beri tanda X untuk
Waktu Tanggal Tanggal Indikasi Penggunaan
Nama Jamu Bentuk Jamu/Obat jadi Cara Dosis
Keahlian : yang dicurigai
(Jam) Mula Mula

Alamat :
1.

MESJA di
2.
Nomor Telepon :
3.

4.

5.

RRJ
6.

7.

PENJELASAN : 8.

9.
1. Monitoring Efek Samping Jamu dimaksudkan untuk memonitor semua efek samping jamu yang
10
dijumpai pada penggunaan jamu.

2. Hasil evaluasi dari semua informasi yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan untuk * : Atau termasuk Obat Jadi
melakukan penilaian kembali jamu yang beredar serta untuk melakukan tindakan pengamanan
atau penyesuaian yang diperlukan. Rincian Kejadian Timbulnya Efek Samping (harus diisi) : Data Laboraturium (bila ada)

3. Umpan balik akan dikirim kepada pengirim.


……………....., Tgl……………….. 20…….
Tanda Tangan Pelapor

(……….……………….. ..…….)
Compounding dan Dispensing Jamu
Oleh: Saryanto, Apt

PP 51/ 2009
Apoteker bertanggung jawab terhadap bahan,
penyediaan, dan pelayanan jamu
Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Dapat membaca dan mengkaji resep dokter SJ
3. Mampu menterjemahkan resep dokter
4. Menapis profil pengobatan penderita
5. Mampu menyiapkan, membuat dan peracikan jamu
6. Monev hasil peracikan
7. Penyerahan (mendistribusikan) hasil racikan pd pasien
8. KIE Jamu
Contoh Telaah Resep

R/ AAI  TML, kunyit, meniran


A. DC
A. HT  Digitalis
Gastritis  Seledri, kumis kucing
MR  Sembung, kapulaga
Mfla inf. Ad
300 ml  pegagan
S2dd 150
ml.
Mengenal Tanaman Obat
 Tanaman Obat telah digunakan sejak lama namun tidak ada bukti sejak
kapan TO dimanfaatkan oleh manusia
 Diketahui terdapat TO berusia 4000 tahun pada koin liat bangsa Sumerian
 Indonesia memiliki 940 tumbuhan berkhasiat, yang telah digunakan sejak
lama secara turun temurun dengan bentuk ramuan disebut Jamu
 Bukti : Relief Karmawibhangga Candi Borobudur, naskah kuno, naskah jamu
(Serat Centhini tahun 1814, Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi tahun 1831)
 Arahan Presiden menyatakan bahwa Jamu adalah “Brand” Indonesia
 Distribusi penggunaan TO berdasar famili  10 famili secara mandiri maupun
industri
 Jenis TO sebagai sumber bahan baku didominasi oleh famili zingiberaceae

 Mengenali TO  10 famili TO memiliki ciri pohon, daun, bunga, serta buah


yang khas
 Contoh:

Apiaceae Bunga majemuk bentuk payung, bunga


kecil, berbilangan 5, daun kelopak
kadang bertoreh, daun mahkota
ujungnya melengkung ke dalam
Benang sari 5, berseling dengan daun
mahkota
Lamiaceae Bunga majemuk, tandan atau
bulir/verticillaster
Bunga zigomorf, daun kelopak 4 atau 5,
berbibir 2; daun mahkota 4-6, biasanya
5, berbibir 2
Benang sari 4, 2-2 tidak sama panjang
Putik terdiri atas 2 daun buah
QC dalam Saintifikasi Jamu
Oleh: Rohmat Mujahid

Jalur Pengembangan
Obat Herbal

Herbal Non- Herbal


Tradisional tradisional

Ekstrak Fraksi isolat

Toksisitas
Uji pre-klinik
khasiat
Fase 1

Fase 2 Uji Klinik


Fase 3
Yan-kes
Kontrol Kualitas (FHI, 2008):
 Zat aktif/ Senyawa Penanda
 Pola kromatografi
 Susut pengeringan
 Kadar Abu Total
 Kadar Abu tidak Larut Asam
 Kadar Sari Larut Air
 Kadar Sari Larut Etanol
 Angka Jamur dan Angka lempeng total
Pemeriksaan Mikrobiologi
“Cemaran mikroba menjadi parameter keamanan”

No. Parameter Sediaan Rajangan Sediaan Jadi

1 AJ Max 1x104 Max 1x104

2 ALT Max 1x107 Max 1x106

3 Mikroba patogen Negatif

4 Aflatoksin Max 300 ppm


Kadar Air

FHI = Metode Destilasi Toluen


Tidak >10%
B2P2TOOT = susut pengeringan
Kadar Abu
Merupakan indikator derajat kebersihan dalam
penanganan simplisia
Kadar Sari
 Digunakan untuk penentuan konstituen zat aktif
 Kadar sari
 Kadar sari larut air

 Kadar sari larut alkohol


Senyawa Aktif dan Senyawa Penanda

Zat aktif Merupakan senyawa yang bertanggung


jawab terhadap aktifitas farmakologi

Senyawa Penanda Merupakan senyawa yang


bertanggung jawab terhadap
aktifitas namun tidak/belum
terdidentifikasi zat aktifnya
Kadar Kurkuminoid Simplisia (%)
No
Refluks Sonikasi
1 1,23 0,95
2 1,15 1,17
3 1,12 1,27
Rata-rata + SD 1,17 + 0,05 1,13 + 0,16
400 nm

420 nm
KUNJUNGAN
LAPANGAN
(25 JUNI 2019)
Tlogodlingo
Merupakan taman edukasi dimana hasil tidak
Kebun Koleksi Tanaman digunakan untuk produksi, tetapi hanya untuk
pembelajaran. Sehingga tanaman dalam jumlah
yang sedikit, dan jaraknya berdekatan antar
tanaman

Dimana hasil dari tanaman yang ditanam,


Kebun Penelitian diambil untuk kepentingan penelitian rutin
tiap tahun

Kebun Produksi Merupakan kebun produksi skala besar,


untuk memenuhi kebutuhan RRJ
Kebun Penelitian
 Adas
Sebagai penghangat badan,
tambahan di minyak telon,
dan campuran ramuan obat
batuk

 Rheum Officinale
Sebagai ramuan pelangsing,
penurun kolesterol dan
antidiabetes
32
Kebun Koleksi Tanaman
 Sembung Kuwuk  Iler
Sebagai obat batuk, asma Sebagai campuran obat wasir

33
Kebun Produksi
 Camomile
Sebagai campuran kosmetik,
meningkatkan kesuburan, relaksasi
untuk tidur

34
Rumah kaca
Tempat pembibitan
Stasiun tlogodlingo

 Stevia
Sebagai pemanis
alami.
Mengandung gula
steroid. Memiliki
tingkat kemanisan
20-30x lipat Terdapat simplisia
dibandingkan gula kering, herbarium,
hasil destilasi
35
Kalisoro
Pelestarian dan adaptasi
Tanaman yang didapat dari luar kota, di
adaptasi terlebih dahulu kemudian di
tanam
Tanaman narkotika
 Catha edulis  Erythroxylon coca
Sebagai hipnotif sedatif Sebagai hipnotif sedatif
Kandungan : zat katinon

38
Kebun Semi Produksi
Tanaman ditanam dalam jumlah sedikit, tetapi lahan yg
digunakan besar –> untuk memenuhi kebutuhan RRJ

 Ekinase
 Daun Ungu
Sebagai obat wasir Sbg
imunomodulator

39
Lantai 1
Laboratorium galenika, laboratorium proteksi hama
dan penyakit tanaman, laboratorium benih dan
pendidikan, laboratorium fitokimia.
Lantai 2
Laboratorium formulasi, laboratorium farmakognosi
dan sistematika.
Lantai 3
Laboratorium mikrobiologi, laboratorium kultur
jaringan, laboratorium biomolekuler.
01 Lab. Galenika
• kegiatan pembuatan sediaan galenika
khususnya yang berasal dari tanaman
obat.
• untuk melakukan quality control
seperti cek kadar sari larut air dan
kadar etanol dengan metode
maserasi, perkolasi, infus, soxhlet dan
destilasi air.

Lab. Fitokimia 02
• Skrining Fitokimia Kualitatif
dengan KLT seperti uji senyawa
flavonoid, saponin, alkaloid, dan
sebagainya
• QC kadar abu dengan inserator,
cemaran logam, pengecekan
warna, penggojokan
03 Lab. Instrumen
• Pengujian secara kuantitatif
menggunakan TLC Scanner,
HPLC, GC, IR, Sonikator, dsb
• QC kadar/total kandungan
zat aktif,

Lab. Formulasi 04
• Penelitian dan Pegembangan bentuk
Sediaan Obat Tradisional skala Lab
• Padat (tablet, kapsul), cair (sirup jahe,
kencur, jeruk), semi padat u/ kometika
(cream, salep, balsem), perawatan
tubuh (sabun, shampoo, lotion), lilin
aroma terapi
05 Lab. Biologi Molekuler
• Penelitian & pengembangan
tanaman obat tradisional skala
molekuler
• Pengecekan DNA tanaman, Riset
RISTOJA, Uji In Vitro, Uji Anti
Cancer

Lab. Mikrobiologi 06
• QC Aktivitas Anti Mikroba,
Uji Cemaran Mikroba, Angka
ALT, angka jamur, uji
alfatoksin
• Penelitian dan pengembangan
tanaman obat dan obat-obat
tradisiona
• Skala laboratorium untuk skala
produksi dilakukan di daerah
Karang Pandan
• Untuk ujii Kontrol Kualitas Bahan
dan Ramuan Jamu yang digunakan
dalam Rumah Riset Jamu
• Jam Kerja dari Pagi sampai Sore
• Setiap ruangan ada PJ
Laboratoriumnya seorang Laboran
• Bentuk ruangan dibuat Grey Area
(Tidak ada siku untuk memudahkan
pembersihan ruangan
Klinik Saintifikasi Jamu
Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
 Alur pelayanan Klinik Jamu “Hortus Medicus” secara
umum sama dengan prosedur pelayanan pada
klinik medis dengan standar pelayanan
konvensional
 Dimana alur pelayanan di klinik jamu dimulai dari
pendaftaran pasien, pemeriksaan oleh perawat
dan dokter, pelayanan resep, dan penyerahan
jamu yang disertai KIE
 Alur pendaftaran dilakukan di loket pendaftaran. Pasien yang
baru pertama kalau datang mengumpulkan kartu identitas
(KTP) di loket. Kemudian petugas akan membuat rekam medis.
Setelah itu pasien menandatangani informed consent dan
request consent dan mendapatkan nomor antrian

 Sedangkan untuk pendaftaran pasien lama hanya


mengumpulkan kartu berobat pasien ke loket selanjutnya
petugas akan mengambil RM pasien yang berada di ruang
RM. Setelah itu pasien dipanggil berdasarkan nomor antrian.
Adapun informasi untuk pasien Baru & Lama
 Untuk pasien baru :

1. Pasien baru (pertama kali) wajib datang sendiri


2. Pasien baru dapat diwakilkan hanya apabila membawa ; surat rujukan
keterangan dari dokter sebelumnya mengenai diagnosa dan
pengobatan yang sedang di jalani maksimal 3 bulan terakhir

 Untuk pasien lama:


1. Pasien lama sebaiknya datang sendiri
2. Pasien lama dapat diwakilkan maksimal 3 kali kunjungan
3. Pada kunjungan ke 4 harus datang sendiri atau dapat diwakilkan
apabila membawa; surat rujukan keterangan dari dokter sebelumnya
mengenai diagnosa dan pengobatan yang sedang di jalani maksimal 3
bulan terakhir, hasil pemeriksaan lab, rontgen/usg terbaru maksimal 3
bulan dari tanggal pendaftaran
 Pasien yang telah mendaftar mendapat nomor antrian untuk
menuju ke ruang pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan
dengan dokter saintifikasi jamu yang ada di klinik jamu, pasien
akan mendapatkan resep yang ditebus di griya jamu. Resep
yang ditulis oleh dokter di klinik jamu berbeda dengan resep
yang ditulis oleh dokter yang menggunakan obat konvensional.

 Format peresepan secara administratif sama antara keduanya.


Namun, yang membedakan hanya dalam penulisan nama obat
yang diganti dengan diagnosa pasien. Resep yang didapatkan
kemudian diserahkan ke dalam loket antrian pengambilan jamu.
Resep akan diterima oleh apoteker dan dilakukan skrining resep
untuk menentukan formula jamu dengan memilih jenis simplisia
yang akan digunakan untuk terapi pasien tersebut.
 Setelah itu Pasien akan mendapatkan satu kantong
herbal beserta keterangan cara meminum nya. Minimal
dapat 8 kantong jamu untuk pemakaian 1 minggu dan
maksimal dapat 28 kantong jamu untuk pemakaian 1
bulan.
 Apabila dokter menginginkan bentuk sediaan kapsul
maka asisten apoteker dapat langsung mengambil
sediaan simplisia dalam bentuk kapsul berdasarkan
diagnosa yang dituliskan dokter karena simplisia
tersebut sudah tersedia dalam bentuk kapsul.
 Apoteker juga menjelaskan kepada pasien terkait cara
meminum jamu, aturan pakai, khasiatnya, dan cara
memasak atau merebus jamu yang benar.
 Adapun aturan pakai simplisia rebusan yaitu:
1. Didihkan 5 gelas air

2. Masukan 1 kemasan ramuan jamu

3. Tunggu selama kurang lebih 15 menit (dengan nyala


api kecil dan sesekali di aduk)
4. Diamkan hingga hangat/dingin

5. Saringlah dan minum 3x1 gelas tiap hari


Etalase Tanaman Obat
• Etalase tanaman obat merupakan wahana
pembelajaran dan peningkatan pengetahuan wisata
alamiah berupa tanaman obat dengan ketinggian
sekitar 800 mdpl
• Difungsikan sebagai wahana edukasi
• Pupuk untuk hama berupa artifisial sehingga tidak
terbuat dari bahan alam
• Tanaman tidak untuk produksi di klinik
• Terdapat berbagai macam tanaman yang disertai
nama,fungsi dan bagian tumbuhan yang digunakan
sebagai pengobatan
Instalasi Pasca Panen
1. Persiapan 2. Sortasi Basah

Tujuan: Memisahkan kotoran (tanah, kerikil,


rumput, dll) atau bahan asing serta
bagian tanaman lain yang tidak
diinginkan dari simplisia
3. Pencucian
Tujuan: dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang
melekat pada bahan simplisia.

4. Penirisan
Tujuan: Untuk mengurangi
atau menghilangkan
kandungan air di
permukaan bahan.
Dilakukan sesegera
mungkin setelah
proses pencucian
untuk menghindari
pembusukan
5. Perajangan/Pengubahan Bentuk
Tujuan: Untuk memenuhi standar kualitas (terutama keseragaman ukuran),
memudahkan dalam pengeringan, serta meningkatkan
kepraktisan dan ketahanan dalam penyimpanan.
6. Pengeringan
Tujuan: Untuk mengurangi kadar air agar simplisia tidak rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu
yang lama, menghentikan reaksi enzimatis, dan mencegah pertumbuhan kapang, jamur, dan
jasad renik lain.

a. Pengeringan menggunakan Sinar Matahari


• Umumnya dilakukan 3-4 hari tergantung pada bahan
simplisia
• Menggunakan alas kain hitam karena tidak menyerap
panas

b. Pengeringan menggunakan Udara Panas


• Terdapat pompa untuk mengalirkan udara panas dari
bawah (prinsip seperti disangrai)
• Simplisia harus dibolak-balik agar tidak hangus
• Ketika kadar air sudah mencapai <10%, proses pengeringan
dihentikan (dengan cara di sampling dan diuji menggunakan
moisture content)
c. Pengeringan menggunakan Oven

• Suhu yang digunakan + 40-


50oC tergantung pada
bahan simplisia

Hal-hal yang perlu


diperhatikan selama proses
pengeringan buatan adalah:
• suhu pengeringan,
• aliran udara,
• lama pengeringan, dan
• luas permukaan bahan
7. Sortasi Kering
Tujuan: Untuk menjamin simplisia benar-benar
terbebas dari bahan asing yang tidak
diinginkan dan memenuhi standar mutu

8. Pengemasan

Tujuan: Untuk menjaga agar simplisia tidak rusak


dan mutunya tetap terjamin saat proses
distribusi dan penyimpanan agar
terhindar dari gangguan luar seperti
suhu, kelembaban, sinar matahari,
cemaran mikroba, dan gangguan seperti
serangga.

Wadah pengemas diberi label sebagai identitas


simplisia yang meliputi nama simplisia, bagian
tanaman yang digunakan, tanggal simpan, berat
bahan, asal bahan, dan kadar air.
9. Penyimpanan 10. Pulverizing
Tujuan: Untuk mempertahankan kualitas fisik • Dilakukan apabila ada permintaan dari
dan kestabilan kandungan senyawa pasien untuk mengubah simplisia
aktif sehingga tetap memenuhi menjadi sediaan kapsul
persyaratan mutu yang ditetapkan
Tahap penyimpanan mengikuti kaidah FIFO
yaitu simplisia yang disimpan lebih
awal maka digunakan terlebih
dahulu dengan tetap melakukan
sampling apakah simplisia masih
layak digunakan atau tidak
 Menyimpan benda-benda
(artefak) yang menggambar-kan
aktivitas permuseuman jamu
dalam kerangka Saintifikasi Jamu
(SJ)
 Selain benda, juga terdapat
sarana dan fasilitas dalam
kerangka SJ
 Museum jamu Hortus Medicus
digunakan untuk bahan studi oleh
kalangan akademik maupun
masyarakat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai