Anda di halaman 1dari 16

Tugas Fisika Bangunan

Fenomena Alam yang


Mempengaruhi Suatu Bangunan

Disusun Oleh : Vera Rohmadoniati


A. Pengertian Fenomena Alam dan
Gempa Bumi

• Fenomena alam adalah peristiwa non-artifisial


dalam pandangan fisika, dan kemudian tak
diciptakan oleh manusia meskipun dapat
memengaruhi manusia misalnya, penuaan dan
bencana alam, atau dengan kata lain adalah hal
yang luar biasa yang terjadi dalam kehidupan di
dunia dan dapat terjadi dengan tidak terduga dan
tampak mustahil dalam pandangan manusia.
Salah satu dari fenomena alam adalah peristiwa
gempa bumi.
• Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi
akibat pelepasan energi di dalam bumi secara
tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi
penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari
pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi
yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah
berupa gelombang gempabumi sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan
bumi yang dampaknya dapat terlihat seperti
rusaknya bangunan, jalan raya, putusnya
jaringan telekomunikasi,dll.
B. Getaran gempa bumi
Ada 3 getaran gempa :
• Gelombang Longitudinal yaitu gelombang yang
menggerakkan bahan yang dilaluinya, bergetar
maju-mundur atau kian kemari berhimpitan
dengan arah rambatan gelombang. Disebut juga
gelompang P (primary wave).
• Gelombang Transversal yaitu gelombang yang
bergerak tegak lurus terhadap arah rambatan
gelombang. Disebut juga gelombang S
(secondary wave).
• Gelombang yang berjalan pada permukaan
tanah. Disebut gelombang L (large wave).
C. Contoh gambar fenomena alam gempa
bumi yang mempengaruhi kondisi suatu
bangunan
D. Efek Gempabumi Terhadap Struktur

• Efek Deformasi Struktur


Inertia Force adalah gaya yang menyebabkan kita jatuh
terlempar ke belakang, yang dialami oleh atap kemudian
disalurkan ke fondasi melalui kolom, sehingga
mengakibatkan kolom mengalami perubahan bentuk
sepanjang kolom tersebut hingga ujung bawah kolom
mengalami deformasi relatif sebesar u, yang merupakan
selisih antara bagian atas (atap) dan bagian bawah (tanah).
Bisanya kolom akan kembali tegak sebagaimana bentuknya
yang semula, karena ada gaya internal kolom yang disebut
stiffness forces. Besar stiffness forces = kekakuan kolom x
deformasi relatif (u). Semakin besar ukuran kolom, maka
semakin besar kekakuannya, dan semakin besar pula
stiffness forces-nya. Demikian juga semakin besar
deformasi relatif, akan semakin besar pula stiffness forces-
nya.
• Aliran Inertia Force ke Fondasi

Inertia force akan ditransfer melalui plat lantai ke dinding


dan kolom hingga fondasi dan akhirnya sampai ke tanah.
Pertemuan antara elemen tersebut(plat lantai, dinding,
kolom, dan fondasi) harus dirancang sehingga aman untuk
transfer Inertia force.
Dinding dan kolom adalah elemen yang sangat kritis dalam
mentransfer Inertia force ini. Tetapi dalam bangunan
tradisional, terkadang justru plat lantai dan balok yang
mendapatkan perhatian khusus. Bahkan terkadang dinding
yang dibuat sangat tipis dengan material yang rapuh seperti
batu bata, tidak akan mampu melawan gaya gempa
horisontal yang mempunyai arah tegak lurus dengan
dinding tersebut.
E. Kerusakan bangunan akibat gempabumi
Apabila bangunan diguncang oleh gempabumi maka
kerusakan yang terjadi akan bertingkat sesuai dengan
kekuatan gempa yang dikeluarkan. Kekuatan bangunan
tersebut juga ditentukan oleh tingkat kerusakan
komponen struktur dan komponen non struktur
bangunan.

Komponen struktur bangunan menentukan kestabilan


(stability) bangunan tersebut, dan bisa menyebabkan
timbulnya kerusakan non struktur yang berpengaruh
pada tingkat kelayakan bangunan (serviceability).
Kekuatan bangunan setelah dilanda gempabumi dibagi
menjadi lima, yaitu:
1. Operational. (O)
Setelah terjadi gempabumi, bangunan tidak
mengalami kerusakan struktur dan langsung bisa
beroperasional. Bangunan penting seperti rumah
sakit seharusnya memiliki kekuatan Operational
ini, sehingga setelah adanya gempabumi, rumah
sakit tetap bisa melayani pasien dan menjadi
pusat pertolongan bagi yang mengalami luka-
luka. Ciri kinerja ini adalah bangunan yang
setelah gempa tidak mengalami kerusakan
struktur sama sekali, dan listrik/line tetap
menyala. Biasanya ditandai dengan warna Hijau.
2. Immediate Occupancy (IO)
Setelah terjadi gempabumi, bangunan tidak mengalami
kerusakan struktur dan bisa segera ditempati, tetapi
fasilitas pelayanan yang bisa digunakan kurang memadai
seperti listrik mati, telpon/jaringan mati, dll. Sehingga
rumah sakit tidak bisa melakukan pengobatan dengan
optimal, bank tidak bisa mencairkan uang, dsb. Biasanya
ditandai dengan warna kuning.

3. Life Safety (LS)


Setelah terjadi gempabumi, bangunan boleh mengalami
kerusakan struktur maupun non struktur seperti retak-
retak, tetapi tidak boleh terjadi korban jiwa. Bangunan
tidak bisa langsung ditempati kembali, tetapi harus
diperbaiki terlebih dahulu. Biasanya ditandai dengan
warna orange.
4. Collapse Prevention (CP)
Setelah terjadi gempabumi, bangunan mengalami
kerusakan struktur maupun non struktur yang
banyak seperti dinding pecah, pintu jatuh, tetapi
tidak boleh runtuh, sehingga mengakibatkan
korban jiwa tetapi sedikit. Biasanya ditandai
dengan warna merah.
5. Collapse (O)
Pada kondisi ini bangunan benar-benar runtuh
dan mencederai manusia yang ada di dalamnya,
sehingga bangunan tidak bisa dipakai kembali dan
harus dirubuhkan. Kondisi ini adalah kondisi yang
dilarang.
F. Saran-saran bangunan tahan gempa
Catatan-catatan Tropical building section dari
Building Research Station di garden England
menyarankan sebagai berikut :

• Bangunan-bangunan yang berkerangka kayu,


karena kayu adalah meterial yang kuat dan cukup
elastis.
• Diusahakan agar pintu dan jendela bukaan hanya
sedikit, sebab semakin kecil bukaan pada dinding,
maka daya tahan dinding terhadap gempa
semakin besar.
• Kecenderungan dinding ketika mendapat tekanan
gaya arah weak direction dapat direduksi dengan
meminimalkan rasio panjang-ketebalan dan rasio
tinggi-ketebalan.
• Jangan menggunakan dinding yang terbuat dari
tanah khususnya dari tanah liat sebab selalu
roboh.
• Pilar-pilar atau tiang-tiang dari bata atau batu tak
bertulang seumumnya berbahaya.
• Kekuatan pasangan batu atau bata sebagian
terbesar tergantung dari perekatnya.
• Dalam bangunan-bangunan berkerangka, dinding-
dinding panel mudah lepas dari frame bila tidak
diikat kuat.
• Alas yang baik adalah hal yang penting dan dalam
daerah-daerah kaya gempa mereka harus diikat
kontinyu dengan besi
• Bangunan-banguan yang dibangun dengan tingkat
bawah yang berat, tingkat atas yang ringan
dengan atap yang ringan lebih bertahan dari pada
bangunan-bangunan dengan atap-atap berat dan
dinding-dinding ringan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai