Anda di halaman 1dari 5

REKAYASA GEMPA

KELOMPOK 4

PENGARUH GEMPA TERHADAP BANGUNAN

Gempa bumi adalah salah satu ancaman besar bagi bangunan, dan dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan dan bahkan runtuhnya bangunan. Berikut adalah
beberapa pengaruh gempa terhadap bangunan secara lengkap:

Gerakan Tanah: Gempa bumi dapat menyebabkan gerakan tanah yang kuat dan tidak
terduga. Gerakan ini dapat merusak struktur bangunan, terutama pada fondasi dan dinding.
Bangunan yang tidak dirancang untuk tahan gempa rentan terhadap kerusakan yang parah.

Gaya Inersia: Gaya inersia juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi bangunan
selama gempa bumi. Gaya inersia terjadi saat struktur bangunan mengalami getaran seiring
dengan gerakan tanah. Hal ini dapat menyebabkan beban berlebih pada struktur bangunan
dan menyebabkan kerusakan pada dinding, lantai, dan atap.

Resonansi: Resonansi terjadi ketika getaran tanah yang terus-menerus mencocokkan


frekuensi dengan frekuensi alami bangunan. Ketika ini terjadi, amplitudo getaran akan
meningkat dan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada bangunan.

Kekuatan Bahan Bangunan: Kekuatan bahan bangunan sangat penting untuk


dipertimbangkan saat membangun bangunan yang tahan gempa. Bahan bangunan yang kuat,
seperti beton bertulang, dapat menahan gaya inersia dan gerakan tanah yang kuat. Bahan
bangunan yang lebih lemah, seperti kayu, dapat bergerak terlalu banyak selama gempa dan
bahkan dapat memperburuk kerusakan pada struktur bangunan.

Teknik Konstruksi: Teknik konstruksi juga penting untuk dipertimbangkan saat membangun
bangunan yang tahan gempa. Bangunan yang dirancang untuk tahan gempa memiliki sistem
penahanan yang kuat dan fleksibel untuk menahan gerakan tanah dan gaya inersia. Teknik
konstruksi yang kurang tepat, seperti kurangnya penggunaan beton bertulang, dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada bangunan selama gempa.
Dalam kesimpulannya, gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan
pada bangunan dan mengancam keselamatan penghuninya. Oleh karena itu, sangat penting
untuk membangun bangunan dengan mempertimbangkan faktor-faktor tahan gempa,
termasuk kekuatan bahan bangunan, teknik konstruksi, dan lokasi bangunan. Selain itu,
memasang sistem perlindungan gempa seperti peredam getaran, sistem peringatan dini, dan
evakuasi juga dapat membantu mengurangi risiko kerusakan dan bahaya bagi penghuni
bangunan.

PENGARUH KEADAAN TANAH TERHADAP BANGUNAN

Keadaan tanah dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas, kekuatan,
dan umur bangunan. Berikut adalah beberapa pengaruh keadaan tanah terhadap bangunan
secara lengkap:

Kepadatan Tanah: Tanah yang padat memiliki daya dukung yang baik dan dapat menopang
bangunan dengan baik. Tanah yang longgar atau berpasir cenderung kurang stabil dan rentan
terhadap gerakan tanah. Bangunan yang didirikan di atas tanah yang kurang padat dapat
mengalami penurunan atau sinkronisasi, yang dapat merusak struktur bangunan.

Kandungan Air Tanah: Kandungan air dalam tanah juga sangat penting untuk
dipertimbangkan saat membangun sebuah bangunan. Tanah yang terlalu basah cenderung
tidak stabil dan rentan terhadap penurunan. Penurunan tanah dapat menyebabkan
kerusakan pada struktur bangunan dan bahkan bisa mengancam keselamatan penghuni
bangunan. Tanah yang terlalu kering cenderung lebih padat dan dapat menyebabkan retak
pada bangunan.

Kemiringan Tanah: Kemiringan tanah juga mempengaruhi stabilitas bangunan. Tanah yang
terlalu curam dapat menyebabkan gerakan tanah yang tidak stabil dan bahkan dapat
menyebabkan longsor. Oleh karena itu, penting untuk membangun bangunan dengan
mempertimbangkan kemiringan tanah dan memastikan bahwa struktur bangunan memiliki
daya tahan yang cukup.
Jenis Tanah: Jenis tanah juga mempengaruhi stabilitas bangunan. Ada beberapa jenis tanah
yang kurang ideal untuk membangun seperti tanah liat yang rentan terhadap retakan dan
pembengkokan. Tanah yang berpasir dan berlumpur juga kurang stabil dan dapat
menyebabkan masalah pada bangunan.

Gempa Bumi: Tanah yang berada di daerah rawan gempa bumi sangat penting untuk
diperhatikan. Gempa bumi dapat menyebabkan gerakan tanah yang kuat dan bahkan
menyebabkan runtuhnya bangunan. Oleh karena itu, membangun bangunan dengan
mempertimbangkan faktor tahan gempa sangat penting untuk mengurangi risiko kerusakan
dan bahaya bagi penghuni bangunan.

Dalam kesimpulannya, keadaan tanah dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekuatan, stabilitas, dan umur bangunan. Oleh karena itu, sebelum membangun sebuah
bangunan, sangat penting untuk melakukan studi tanah yang komprehensif dan
mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan keadaan tanah agar dapat
memastikan bahwa bangunan tersebut tahan lama dan aman bagi penghuninya.

KARAKTERISTIK GEMPA BUMI

Berbagai Karakteristik gempa bumi yang biasa terjadi ketika adanya bencana gempa bumi
menyebabkan timbulnya sifat dan kebiasaan yang terjadi, berikut adalah karakteristik gempa
bumi sebagai berikut:

a. Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat atau bisa dihitung dengan satuan detik.
b. Lokasi kejadian tertentu atau random tidak mengenal tempat kejadian, dan biasanya
terjadi diwilayah patahan dan juga jalur sesar tanah.
c. Akibat gempa bumi dapat menimbulkan bencana alam.
d. Gempa bumi berpotensi terulang lagi atau biasa disebut kala ulang dalam gempa bumi
yang menunjukan rentang waktu antara satu gempa dengan gempa berikutnya yang
memiliki skala yang sama.
e. Bencana gempa bumi sampai sekarang belum bisa diprediksi kapan dan dimana akan
terjadi gempa bumi.
f. Bencana gempa bumi tidak dapat dicegah, namun bencana yang timbul akibat gempa
bumi dapat dikurangi.

LOKASI PUSAT GEMPA

Pusat gempa merupakan lokasi gempa di dalam kerak bumi di mana tenaga gempa bumi
dibebaskan. Pusat gempa sendiri dibagi menjadi dua yakni episentrum (titik gempa di
permukaan bumi) dan hiposentrum (titik gempa di bawah permukaan bumi. Gempa Bumi
biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang paling
parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional.

Wilayah Sumatera Barat memiliki tingkat seismisitas yang tinggi. Konvergensi oblique
dari lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia yang menunjam di bawah Sumatera
menghasilkan potensi gempa dangkal dan sedang di wilayah muka busur (fore-arc) Sunda.
Potensi gempa juga berada di darat sepanjang patahan Sumatera serta di laut sepanjang
patahan Mentawai. Di wilayah muka busur diketahui adanya potensi gempa besar yang
berpotensi tsunami. Hasil penelitian terhadap pertumbuhan mikroatol di kepulauan
Mentawai menunjukkan bahwa periode ulang gempa besar di Mentawai adalah sekitar 200
tahun (Hilman, 2005). Namun tidak semua pengulangan gempa besar di daerah fore-arc ini
menimbulkan pengulangan tsunami. Data menunjukkan bahwa gempa Nias 28 Maret 2005
(8, 7 SR) dan gempa Sumatera Barat 30 September 2009 (7, 9 SR) sama-sama tidak
menimbulkan tsunami. Salah satu kemungkinan sebabnya adalah episenternya tidak berada
di daerah megathrust. (Mustafa, Badrul. “Analisis gempa nias dan gempa sumatera barat dan
kesamaannya yang tidak menimbulkan tsunami.” Jurnal Ilmu Fisika 2.1 (2010): 44-50)

Anda mungkin juga menyukai