Anda di halaman 1dari 25

Pertimbangan Pemberian Obat-

Obatan Gigi dan Mulut pada


Penderita Renal Diseases
Kelompok A
• Lia Agustina A. G1G008011
• Maya Gusman G1G009001
• Dinar A. G1G009007
• Devia Annisa H. G1G009013
• Aditya Priagung P. G1G009019
• Inda Yulia W. G1G009029
• Vetria M. G1G009035
• Jatmiko Yudo N. G1G009042
• Dwi Sartika G1G009049
• Rizka Andy Nugroho G1G009055
Renal Disease
Renal diseases adalah suatu penyakit
dimana fungsi ginjal mengalami penurunan,
sehingga tidak lagi mampu bekerja dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh
serta menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia dalam tubuh.
Ginjal merupakan salah satu organ yang
berfungsi untuk mengekskresikan sisa
metabolisme yang berada dalam darah.
Patofisiologi

Bila ginjal mengalami gangguan pada


fungsinya, nefron yang masih utuh akan
mempertahankan kerja filtrasi glomerolus agar
tetap normal. Hal ini menyebabkan nefron harus
bekerja melebihi kapasitasnya, akibatnya timbul
kerusakan yang memperberat penurunan fungsi
ginjal.
Farmakokinetik
1. Absorpsi dan Bioavailabilitas
Tidak ada perubahan dalam absorpsi dan bioavailabilitas obat pada payah ginjal.
2. Ikatan Protein Obat
Ikatan obat-obat asam dengan protein plasma umumnya menurun pada penderita dengan
payah ginjal.
3. Distribusi Pada Obat
Dapat mempengaruhi ionisasi obat yang berupa asam atau basa lemah. Karena yang dapat
berdifusi ke jaringan adalah non-ionik, maka perubahan pada ionisasi obat akan menimbulkan
perubahan dalam distribusinya ke jaringan.
4. Biotransformasi Obat
Biotransformasi obat mungkin normal, dipercepat atau diperlambat pada penderita dengan
payah ginjal, tergantung pada cara biotransformasinya.
5. Metabolit yang Aktif
Akan terakumulasi pada payah ginjal bila ekskresi ginjal merupakan cara eliminasi utama
atau bila biotransformasi selanjutnya terhambat.
6. Ekskresi Obat
Diekskresikan melalui filtrasi glomerulus dan untuk obat-obat tertentu disusul dengan
sekresi aktif di tubuli proksimal dan/atau reabsorpsi pasif di tubuli distal. Terjadi peningkatan intensitas
efek farmakologik dan toksisitasnya, sehingga dosisnya harus dikurangi sesuai dengan penurunan
fungsi ginjal penderita.
Farmakodinamik
Terjadi perubahan-perubahan seperti:
1. Hiperkalemia
2. Hipokalemia
3. Hipervolemia
4. Uremia
5. Retensi Magnesium
6. Penderita payah ginjal kurang responsif terhadap obat-
obat yang bekerja langsung pada ginjal
7. Penderita payah ginjal lebih peka terhadap efek
nefrotoksik
ANALGETIK
1. Paracetamol

Indikasi :
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan
menurunkan demam.

Metabolisme paracetamol terjadi di hati → Paracetamol dapat diberikan pada


penderita payah ginjal, namun dalam waktu yang singkat, untuk menghindari
pengendapan sisa metabolisme pada ginjal yang akan memperburuk keadaan
ginjal.
2. Aspirin
Indikasi:
Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala
dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan
demam.
Mekanisme :
Aspirin → produksi prostaglandin ↓ → vasokonstriktor
arteriol ginjal tidak dikompensasi → ↓ aliran darah ke
ginjal dan LFG → iskemia ginjal → nekrosis tubuler
akut → fungsi ekskresi ureum dan kreatinin serum
terganggu
Dapat digunakan pada penderita payah ginjal dengan
dosis dibawah dosis normal.
ANTIBIOTIK
1. AMOXICILLIN
A. Indikasi
• Infeksi saluran kemih, ISPA, Bronkitis, Pneumonia, abses
gigi dan infeksi rongga mulut lainnya, gonorrhea dan
antrax.
B. Efek samping
• Pada saluran cerna dapat menyebabkan mual, muntah dan
diare. Dapat berakibat gangguan fungsi ginjal terkait
dengan penggunaan dosis yang tinggi.
C. Mekanisme Kerja sehingga Merusak Ginjal
• Penggunaan obat Amoxicillin dalam dosis banyak dapat
menyebabkan penumpukan kalsium yang berakibat batu
ginjal sehingga harus banyak mengkonsumsi air putih.
Tetrasiklin

A. Indikasi
– Untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma, psitakosis,
salpingitis,riketsia)
– Digunakan untuk infeksi saluran nafas
– Penyakit jaringan penyangga gigi yang distruktif (periodontal)
B. Kontra Indikasi
Pasien dengan riwayat penyakit ginjal dengan penggunaan obat
tetrasiklin dapat memicu gagal ginjal.
C. Mekanisme Kerja sehingga Merusak Ginjal
• Tetrasiklin dapat mengendap dalam urin yang bersifat asam
untuk pencegahannya perbanyak minum untuk mencegah
pembentukan batu ginjal.
Sulfonamide (Silver sulfadiazine)
A. Indikasi
• Sulfonamid untuk menghilangkan abses pada gigi yang
terdapat pus.
• Pencegahan dan pengobatan infeksi pada luka bakar
B. Kontra Indikasi
• Pada pasien gangguan hati dan ginjal
• Alergi terhadap sulfa, kehamilan, dan usia di bawah 2 bulan.
C. Mekanisme Kerja sehingga Merusak Ginjal
• Sulfonamid dapat mengendap dalam urin yang bersifat asam
untuk pencegahannya perbanyak minum untuk mencegah
pembentukan batu ginjal.
Antiinflamasi (NSAID)
1. Ibuprofen
A. Kegunaan obat
Menekan rasa nyeri dan radang, misalnya dismenorea primer (nyeri haid), sakit gigi, sakit
kepala, paska operasi, nyeri tulang, nyeri sendi, pegal linu dan terkilir.
B. Hal yang harus diperhatikan
Gunakan obat dengan dosis tepat
Hati-hati untuk penderita gangguan fungsi hati, ginjal, gagal jantung,asma dan
bronkhospasmus atau konsultasikan ke dokter atau Apoteker
C. Mekanisme kerja ibuprofen
Melalui inhibisi sintesis prostaglandin dengan menghambat Cyclooxygenase I (COXI)
dan Cyclooxygenase II (COX II). Inhibisi dari sintesis prostaglandin dapat memperburuk
disfungsi ginjal bila digunakan secara terus menerus dimana prostaglandin diperlukan
untuk mempertahankan aliran darah ginjal. Efek terhadap ginjal dapat berupa gagal ginjal
akut, nefritis interstisialis, dan sindrom nefrotik1

Obat ini dapat digunakan pada penderita payah ginjal atau kelainan ginjal, namun
pemakaian dan dosisnya harus diperhatikan, pemakaian dosis lebih rendah daripada orang
normal.
(www.binfar.depkes.go.id)
2. Mefenamic acid / Asam mefenamat
A. INDIKASI
Nyeri pada kondisi rematik, luka jaringan lunak, kondisi muskuloskeletal lainnya yang terasa
sakit, dismenore (nyeri pada saat haid), sakit kepala, sakit gigi, nyeri sesudah operasi, sakit gigi
yang disertai gusi bengkak

B. EFEK SAMPING
Efek pada ginjal : abnormalitas fungsi ginjal, disuria, hematouria, hiperkalemia, cystitis, nephrotic
sindrom, oligouria/poliuria, proteinuria sampai gagal ginjal.

C. MEKANISME
Kerja Asam mefenamat adalah seperti obat golongan AINS lain yaitu menghambat sintesa
prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase/PGHS (COX-1 & COX-2). Efek
anti inflamasi, analgetik & antipiretik merupakan dipercaya dari kerja menghambat COX-2. Efek
anti inflamasi mungkin juga dihasilkan dari kerja menghambat biosintesis dari mukopolisakarida.
Efek antipiretik diduga akibat hambatan sintesa prostaglandin di CNS.

Sama seperti ibuprofen, asam mefenamat dapat digunakan pada penderita payah ginjal, tetapi
dosis yang diberikan harus lebih rendah daripada dosis ginjal normal
(http://www.diskes.jabarprov.go.id)
3. Diflunisal
A.Indikasi
Bekerja dengan menghilangkan rasa sakit dan mengurangi peradangan.
Dapat digunakan untuk nyeri setelah pencabutan gigi.
B. Mekanisme
Prostaglandin E2 (PGE2) dan I2 (PGI2) yang dibentuk dalam glomerulus
mempunyai pengaruh terutama pada aliran darah dan tingkat filtrasi
glomerulus. PGI1 yang diproduksi pada arteriol ginjal juga mengatur aliran
darah ginjal. Penghambatan biosintesis prostaglandin di ginjal, terutama
PGE2, oleh OAINS menyebabkan penurunan aliran darah ginjal.

Dosis pada orang payah ginjal dalam penggunaan diflusinal diatur lebih
rendah daripada dosis lazimnya agar ginjal pada pasien gangguan ginjal
tidak bekerja terlalu keras seperti ginjal yang normal
Antivirus
(diperbolehkan untuk penderita ginjal)
• Valasiklovir
– Indikasi : Herpes Zooster, Herpes simplex Tipe 1
dan 2, Varicella
– Kontraindikasi: Hipersensitif
• Valganciklovir
- Indikasi : Retinitis CMV, AIDS
- Kontraindikasi : hipersensitif terhadap
valfanciklofir dan gansiklofir
hemostasis
• Tranexsamic (tidak boleh digunakan)
- Indikasi : perdarahan abnormal pasca operasi
gigi pada penderita hemofili A
- Kontraindikasi : pada penderita hematuria
yang disebabkan parenkim renal, akan
memperburuk penyakit.
• Karbazokrom natrium sulfat
- Indikasi : perdarahan kulit membran mukosa
mulut , perdarahan sekitar mata, perdarahan
nefrotik dan metroragia
- Kontraindikasi : -
Anestesi
Indikasi dari obat – obatan ini digunakan
untuk pembedahan dan ekstraksi gigi.
Ada beberapa obat – obat anestesi yang
sering digunakan dalam praktek
kedokteran gigi, antara lain :
Halotan
• Halotan biasa digunakan sebagai anestesi sistemik
pada pasien yag kurang kooperatif.
• Biasa diberikan bersama N2O sebagai anestesi dalam
pembedahan pada pasien yg tidak kooperatif.
• Kontraindikasi : pada pasien penyakit ginjal,
menyebabkan filtrasi yg buruk pada glomerolus.
• Maka bahaya pada pasien sakit ginjal.
• Perlu pertimbangan untuk digunakan  sebaiknya
gunakan obat sejenis lain yang tidak bersifat
nefrotosik, seperti : Isofluran
• Jika tidak ada pilihan lain perhatikan penggunaan
dosis
Midazolam
• Digunakan untuk anestesi lokal pada pembedaha
atau ekstraksi gigi.
• Kontaindikasi : pasien payah ginjal, dapat
menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal.
• Bahaya digunakan pada pasien payah ginjal.
• Hal yang perlu diperhatikan :
– Dapat digunakan, namun penggunaan dosis
seminimal mungkin
– Jika ada pilihan obat lain sejenis ganti dengan obat
yang lebih aman, seperti : lidokain, mepivakain.
ANTI FUNGI ( AMFOTERISIN B )

• Indikasi
Amfoterisin B mempunyai aktifitas spektrum yang luas,
salah satunya untuk mengobati candidiasis oral.
• Mekanisme
Amfoterisin B sangat lambat dan sulit untuk diekskresikan
karena amfoterisin B sukar larut dalam air sehingga terikat
dalam plasma darah,lipoprotein dan dalam jaringan yang
mengandung kolesterol setelah beberapa lama
pemakaian maka terjadi endapan yang menimbulkan
tingkat kretinin tinggi dalam ginjal kemudian menyebabkan
efek nefrotoksik yang menyebabkan kerusakan pada
tubulus ginjal.
• Kontra Indikasi
Pada orang yang memiliki gangguan ginjal
tetapi perlu diperhatikan dosis dan waktu
pemberian amfoterisin B,dosis sehari
maksimal 0,5 mg/kg/BB/hari
• Pertimbangan Obat
Jika kadar kretinin tinggi bisa dilakukan
dengan penurunan dosis.
Pemakaian amfoterisin B bisa diganti
dengan flusitosin.
Jenis Obat Aman Tidak Aman

Analgesik Paracetamol, Aspirin, -


Antalgin,
Antibiotik Amoxicillin Tetrasiklin, Sulfonamid,
Klindamisin
Anti Virus Valasiklovir, Asiklovir
Valganciklovir
Anti Jamur Flusitosin Amfoterisin B

Hemostatik Karbazokrom Na Sulfat Tranexsamic

Anti Alergika Loratadin Setrizin

Anti Inflamasi Ibuprofen, Asam -


Mefenamat, Diflunisal
SSP Isofluran, Lidokain, Halotan, Midazolam
Mepivakain
Pertimbangan Pemberian Obat

Indikator Normal Penderita Renal


Diseases

Ekskresi Kelenjar, hati dan ginjal Kelenjar dan Hati

Dosis Dosis Lazim Dibawah dosis Lazim

Efek Seperti yang diharapkan Efek toksik pada tubuh

Lama Pemberian Obat Sesuai Indikasi Jangka Pendek

Waktu Paruh Sesuai yang diperlukan Cepat


Daftar pustaka
• http://eprints.undip.ac.id/22597/1/detty.pdf
• http://milissehat.web.id/?p=299
• http://08E00891.pdf
• http://www.binfar.depkes.go.id/data/files/12034
26275_PEDOMAN%20OBAT%20BEBAS%20DAN%
20BEBAS%20TERBATAS.pdf
• http://www.scribd.com/doc/43304335/Ibuprofen
• http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?mo
d=pubInformasiObat&idMenuKiri=45&idSelected
=1&idObat=12&page

Anda mungkin juga menyukai