Friska Silviantri PEMBIMBING dr. Wirawan A.sp.M 1. Buta(WHO) • Kategori 1: Rabun atau penglihatan <6/18 • Kategori 2: rabun , tajam penglihatan <6/60 • Kategori 3: Buta, tajam penglihatan <3/60 atau lapang pandangan <10 derajat • Kategori 4: Buta, Tajam penglihatan <1/60 atau lapang pandangan <5 derajat • Kategori 5: buta dan tidak ada persepsi sinar Cacat penglihatan Ringan Berat Penglihatan dimana terdapat Penglihatan kurang yang pada gangguan penglihatan negara tertentu dimasukan ringan dengan tajam kedalam golongan buta, penglihatan kuranh dimana terdapat gangguan 0,3(<5/15,6/18, atau 6/20, penglihatan berat tajam 20/80 atau 20/70) penglihatan kurang dari 0,12(5/40,6/48, atau 20/160) 2. Uji gerak Okuler Gangguan gerak mata bisa disebabkan oleh gangguan neurologik, kelemahan otot ekstraokular primer, atau kendala mekanik di dalam orbita yang membatasi rotasi bola mata. Jika besarnya penyimpangan mata tersebut sama di semua arah pandangan, disebut " comitant." Sebaliknya, disebut "incomitant" jika derajat deviasinya bervariasi pada arah pandangan yang berbeda.
Contoh:
ketika seseorang memandang ke bawah dan ke
kanan, muskulus rektus inferior kanan (Nervus Kranialis III) yang berperan utama untuk menggerakkan mata kanan sementara muskulus oblik superior kiri (N. Kranialis VI) yang berperan utama untuk menggerakkan mata kiri. jika salah satu dari otot-otot ini lumpuh, mata akan berdeviasi dari posisi normalnya pada arah pandangan tersebut dan kedua mata tidak lagi terlihat konjugat atau sejajar. 3. Derajat Heterotropia 4. Test Fluoresens Secarik kertas steril dengan Intepretasi • - Bila terdapat warna hijau pada kornea fluoresein dibasahi saline berarti terdapat defek pada epitel kornea steril atau anastetik lokal • - Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang mengakibatkan kerusakan dan ditempelkan pada pada epitel kornea palpebra konjunctiva untuk memindahkan pewarna kekuningan itu ke dalam lapis air mata. Cahaya dari slitlamp diubah menjadi biru dengan filter, membuat pewarna itu berfluoresensi