Anda di halaman 1dari 51

UPAYA PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN

GIZI BURUK & STUNTING

dr ERNA MULATI MSc-CMFM


Kasubdit Penanggulangan Masalah Gizi
Direktorat Gizi Masyarakat – KEMKES RI
Tanggerang Selatan 26 Oktober 2018
1 Latar Belakang
TREND STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA
(RISKESDAS DAN PEMANTAUAN STATUS GIZI)

Waspada Overweight !!!! TARGET WHA (2030) :


Overweight pada balita < 3%
PERMASALAHAN BALITA GIZI BURUK

Balita Gizi Buruk adalah kondisi kekurangan gizi akut


pada anak balita yang ditandai dengan tubuh yang
sangat kurus atau edema gizi, atau proporsi berat badan
anak menurut tinggi badannya (BB/TB) sangat kurang
dibanding anak normal.

Kekurangan gizi akut disebabkan asupan makan yang


kurang atau menderita penyakit. *

Sebanyak 1 dari 10 anak Balita di Indonesia mengalami Gizi Buruk.

4
* Sumber : Riskesdas Tahun 2013
GIZI BURUK* ADALAH …
BB/TB < - 3 SD**
dan/atau
LiLA < 11,5 cm
tidak menggunakan BB/U
* untuk anak umur 6-59 bulan
** dengan WHO Child Growth Standard 2006
DEFINISI: GIZI BURUK
Indikator <6 6-59 >59
bulan bulan bulan
BB/TB <- 3 √ √
SD*

LLA <11,5 cm √

BMI/U <-3 √
SD*
Edema √ √
bilateral * WHO Child Growth Standard 2006
(WHO, 2013)
KESENJANGAN ANTARA BEBAN AND JUMLAH ANAK
YANG DIRAWAT
Burden severe wasting berdasarkan Riskesdas 2013 & PSG 2017

1,263,959

667,751

19,798

Jumlah anak yang mendapat


perawatan tahun 2017 Beban
DEFINISI STUNTING

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak


akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam


kandungan dan masa awal setelah anak lahir,
stunting baru nampak setelah anak usia 2 tahun.

Sebanyak 1 dari 3 anak Balita di Indonesia mengalami Stunting*

Balita stunting ditandai kondisi fisik panjang badan atau tinggi


badan anak lebih pendek dari anak normal seusianya.

* Sumber : Riskesdas Tahun 2013 8


STUNTING ADALAH
PB/U* < - 2 SD
atau
TB/U** < - 2 SD
* UNTUK ANAK ≤ 2 TAHUN
** UNTUK ANAK > 2 TAHUN
• Hingga saat ini temuan kasus balita gizi buruk sangatlah jauh dari hasil data survey yang
dikeluarkan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan melalui RISKESDAS. Rendahnya temuan
kasus disebabkan kurangnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat yang berdampak pada
masih banyak balita dengan gizi buruk yang tidak tertangani dengan segala resikonya.
• Stunting adalah masalah gizi kronis yang mana keluarga dan masyarakat belum merasa bahwa itu
adalah masalah, hal ini dikarenakan belum banyak yang mengetahui dampak dan pencegahannya
• Rendahnya temuan kasus gizi buruk dan stunting yang dilaporkan ini tentunya berdampak pada
perencanaan penanggulangan gizi buruk dan stunting tidak optimal diberbagai level
administrative.
• Setiap anak berhak untuk hidup dan berkembang secara optimal sehingga semua pihak tanpa kecuali
mempunyai kewajiban sesuai dengan perannya mendukung kebutuhan dasar anak (UU
Perlindungan Kesehatan Anak no 23 tahun 2002).
• Anak bebas dari gizi buruk dan stunting selain hak setiap anak juga menjadi komitmen dunia
internasional, termasuk Indonesia sebagaimana tertuang pada MDG’s dan dilanjutkan dengan SDG’s
SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PADA RPJMN 2015 - 2019

1.Percepat eliminasi Penyakit Menular,


INDIKATOR STATUS AWAL TARGET 2019
2. penurunan Gizi Buruk Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat
3. Utamakan Pencegahan Penyakit 1 Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup 346 (2010) 306
4. Hentikan Merokok 2 Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup 32 (2012/2013) 24
5. Pendekatan Keluarga Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada
3 19,6 (2013) 17
anak balita (persen)
KETETAPAN PIMPINAN NASIONAL Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)
5 PILAR PENANGANAN STUNTING 4
pada anak baduta (bawah dua tahun) (persen)
32,9 (2013) 28
STUNTING BISA DICEGAH DENGAN MEMASTIKAN KESEHATAN YANG
BAIK DAN GIZI YANG CUKUP PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang Optimal


Gizi tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal = Mencegah Stunting
Mencegah Gizi Buruk
PENTINGNYA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
DALAM PRKEMBANGAN ANAK

1st 2nd 3rd


Preconceptio
trim. trim. trim.
n

Conception Birth 3m 6m 9m 12 15 18 21 24
m m m m m

HCP
Points of
Contact
OB-GYN, GP, FP, Midwife, other HCPs Pediatrician, GP, FP, other HCPs

Conception through a child’s 2nd birthday is a highly sensitive window of growth


and development

• Pembentukan fisik, emosional, intelektual dan perilaku


• Kerjasama dokter, pelayanan kes,dengan orang tua berperan dlm
mendukung Tumbuh Kembang anak

1. The 1,000 Days Partnership. Available at: http://www.thousanddays.org/about/. Accessed June 19, 2012.
Human Brain Development
Pertumbuhan cepat otak berbeda pada spesies yang berbeda
Pertumbuhan cepat otak terjadi saat janin

Pertumbuhan Cepat Otak pada:

• Kelinci
terjadi setelah lahir
• Manusia
MULAI 3 bulan terakhir kehamilan
PUNCAK pada saat lahir
BERLANJUT sampai usia 2 tahun
Critical Period: The Concept
Experience-dependent synaptogenesis in critical periods

Bicara & Bahasa

Melihat
Mendengar Kecerdasan yang
lebih kompleks

6 tahun

(Shonkoff, 2007)
DAMPAK GIZI DAN KESEHATAN TERHADAP KUALITAS MANUSIA

Gizi kurang & Gizi cukup &


infeksi
sehat
“tumbuh kembang otak”
Anak cerdas
tidak optimal”
bersifat permanen dan produktif
Tak terpulihkan

MUTU SDM RENDAH MUTU SDM TINGGI

BEBAN ASET
16
Sumber : FKM UI & Unicef, 2002
penting, sensitif, krisis

“WINDOW OF OPPORTUNITY”

Aspek positif Aspek negatif


Plastisitas otak

Sangat terbuka Lebih sensitif


utk pembelajaran utk lingkungan
jelek
• Nutrisi
yang baik
• Stimulasi optimal
• Hindari lingkungan yang jelek
• Deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
2 Dampak Gizi Buruk & Stunting
DAMPAK MASALAH GIZI
JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG

Perkembangan Kecerdasan,
otak penampilan akademik

Pertumbuhan Kekebalan tubuh,


Gizi kehamilan dan massa otot, kapasitas kerja
dan masa komposisi
kanak-kanak tubuh
Diabetes,
Program gemuk (obesitas)
metabolisme penyakit jantung
glukose, lemak, Hipertensi
protein, hormon, kanker
reseptor, gen stroke
20
Penyebab masalah gizi saling berkaitan
21 antara satu dan lainnya
Rendahnya akses POLA ASUH Rendahnya akses
terhadap yang kurang baik terhadap
MAKANAN terutama pada PELAYANAN
perilaku dan
dari segi jumlah KESEHATAN
praktek pemberian
dan kualitas gizi makan bayi dan termasuk akses
anak sanitasi dan air
bersih

AKAR
Politik, sosial dan Kemiskina Kurangnya
MASALAH Degradasi
pemberdayaan Lingkungan
budaya n perempuan
Stunting
Kegagalan seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal
disebabkan dampak dari kekurangan gizi secara kumulative dan terus menerus
Faktor-Faktor Penyebab Stunting, antara lain:
1.Kurangnya asupan makanan dari segi jumlah, kualitas, dan keragaman
2.Status kesehatan dan gizi ibu pada masa kehamilan
3.Pola asuh termasuk pola pemberian makan.
4.Penyakit infeksi yang berulang
5.IUGR/ Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
6.Faktor-faktor ini erat kaitan dengan konteks sosial, ekonomi, politik, termasuk
masalah kemiskinan, ketersediaan pangan, keadaan sanitasi kebersihan
lingkungan anak yang tidak sempurna, kesetaraan dalam akses yankes
PERJALANAN GIZI BAIK MENJADI GIZI BURUK

+ 1,9 SD
BB/TB + 2 SD
+ 1,5 SD “PEMBIARAN”
+ 1, 0 SD
0 SD
GIZI BAIK - 0,5 SD
- 1,0 SD
- 1,9 SD
- 2,0 SD BB/TB - 2 SD
- 2,1 SD
- 2,3 SD
GIZI KURANG - 2,5 SD
- 2,7 SD
- 3,0 SD BB/TB - 3 SD
- 3,1 SD
GIZI BURUK
DAMPAK STUNTING BAGI INDIVIDU DAN NEGARA
Penyebab
Multi Dimensi

BALITA
Stunting ditandai dengan: STUNTING
1. GAGAL TUMBUH – (TB/U)
Pendek (TB/U), Kurus
MENGHAMBAT
(BB/TB) Pembangunan
2. GAGAL KEMBANG – dan Peluang
Gangguan kognitif, lambat Menjadi
menyerap pelajaran NEGARA
3. GANGGUAN MAJU
METABOLISME TUBUH Riskesdas 2013 
37,2 (9 Juta)

potensi untuk terkena
penyakit tidak menular Masalah
(PTM) Kesehatan
(di atas
ambang
batas 20%)
PROSES GIZI BURUK DAN STUNTING MULAI
SECARA BERSAMAAN (PARALEL)

MANIFESTASI
TERPAPAR GIZI BURUK
FAKTOR MANIFESTASI
PENYEBAB STUNTING
3 Masalah Gizi di BANTEN
PETA 4 KATEGORI PREVALENSI UNDERWEIGHT (BB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN, BANTEN
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
PSG 2017 – Underweight
Indonesia: 17.8%
Banten: 19.7%
Kota Serang (18.5%)
Cilegon (15.4%)
Kota Tengerang (17.8%)

Tangerang
Serang (17.8%)
(26.8%)

Ket:

Sangat Tinggi ≥30% Prevalensi Underweight Turun 3 tahun berturut-turut Tangerang Selatan
PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017 (16.7%)
Lebak
Tinggi 20-29% BANTEN KOTA CILEGON 19.1 18.6 15.4 (23.0%)
Pandeglang
Medium 10-19%
Prevalensi Underweight Naik 3 tahun berturut-turut (22.6%)
PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017
Rendah, <10%
BANTEN LEBAK 17.4 19.1 23
PETA 4 KATEGORI PREVALENSI WASTING (BB/TB)
BALITA USIA 0-59 BULAN, BANTEN
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
TIDAK ADA Kab/Kota yang mengalami PENINGKATAN PSG 2017 - Wasting
prevalensi selama 3 tahun berturut-turut Indonesia: 9,5%
Banten 10.3%
Kota Serang (9.7%)
Cilegon (9.0%)
Kota Tengerang (9.8%)

Tangerang
Serang (7.8%)
(19.3%)

Ket: Prevalensi Wasting Turun 3 tahun berturut-turut


Tangerang Selatan
Kritis ≥15% (10.2%)
PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017 Lebak
Serius 10-14% BANTEN LEBAK 11.5 10.2 6.6 (6.6%)
Pandeglang
BANTEN TANGERANG 14.3 9.1 7.8 (12.5%)
Buruk 5-9%
BANTEN KOTA CILEGON 12.4 9.6 9
Ditoleransi <5%
BANTEN KOTA SERANG 15.3 10.1 9.7
PETA 4 KATEGORI PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN, BANTEN
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
TIDAK ADA Kab/Kota yang mengalami
PENURUNAN prevalensi selama 3 tahun berturut- PSG 2017 - STUNTING
turut Indonesia: 29.6%
Banten: 29.6%
Kota Serang (31.7%)
Cilegon (20.8%)
Kota Tengerang (23.3%)

Tangerang
Serang (28.8%)
(34.3%)

Ket:

Sangat Tinggi ≥40%


Tangerang Selatan
(23.9%)
Lebak
Prevalensi Stunting Naik 3 tahun berturut-turut
Tinggi 30-39% (37.3%)
Pandeglang
PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017 (37.8%)
Medium 20-29%
BANTEN PANDEGLANG 29.7 35.3 37.8
Rendah, <20%
BANTEN KOTA TANGERANG 12.4 17.5 23.3
PETA 4 KATEGORI PREVALENSI GEMUK (BB/TB)
BALITA USIA 0-59 BULAN, BANTEN
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
PSG 2017 – Gemuk
Indonesia: 4,6%
Banten: 4,7%
Kota Serang (2.9%)
Cilegon (3.5%)
Kota Tengerang (6.2%)

Tangerang
Serang (5.4%)
(2.4%)

Prevalensi Gemuk Turun 3 tahun berturut-turut


PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017
BANTEN LEBAK 6.9 4.9 3.1 Tangerang Selatan
(6.2%)
Ket: Lebak
Kritis ≥15%
Prevalensi Gemuk Naik 3 tahun berturut-turut (3.1%)
Pandeglang
Serius 10-14% PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017 (4.4%)
Buruk 5-9% BANTEN TANGERANG 4.0 4.7 5.4
Ditoleransi <5% BANTEN KOTA TANGERANG 2.8 5.3 6.2
4 Peran Tenaga Pelaksana Gizi
PERAN PETUGAS GIZI DALAM DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN PREVALENSI GIZI BURUK & STUNTING
1. Meningkatkan Peran Serta Aktif Keluarga & Masyarakat
a) Meningkatnya pengetahuan, deteksi dini masalah tersering dan ketrampilan pratik dalam
pemenuhan gizi (sejak remaja putri, bumil, busui & balita), pola asuh, stimulasi
pertumbuhan & perkembangan anak
b) Meningkatnya keluarga (remaja putri, WUS, bumil, bulin, bufas dan anak balita) dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan dan tindaklanjutnya
c) Meningkatnya upaya keluarga dan masyarakat dalam melakukan deteksi dini gizi
buruk dan stunting serta tindaklanjutnya.
d) Meningkatnya peran aktif dan pemanfaatannya untuk Posyandu, BKB, dan PAUD
e) Mengoptimalnya pemanfaatan alokasi dana insentif daerah, alokasi dana desa dan dana
PKH dalam mendukung peningkatan kesehatan remaja, ibu dan anak balita
SURVEILANS GIZI
DEFINISI: KEGIATAN PENGAMATAN SECARA TERATUR DAN TERUS MENERUS
TERHADAP STATUS GIZI MASYARAKAT SEBAGAI DASAR UNTUK MEMBUAT
KEPUTUSAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN STATUS GIZI MASYARAKAT”. (FAO,WHO,
UNICEF pada Kongres Pangan Sedunia, Roma 1974, dan Publikasi Metodologi Surveilans Gizi, 1976, )

Mengamati secara terus menerus, tepat waktu


dan teratur
TERHADAP:
Keadaan gizi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
UNTUK:
Tindakan Segera, Dasar Perumusan Kebijakan,
Perencanaan Program, Monitoring Dan
Evaluasi Program Gizi Masyarakat
2.KOLABORASI ANTAR PROGRAM ANTAR SEKTOR
INTERVENSI GIZI SPESIFIK : 14 INTERVENSI GIZI BERDAMPAK BESAR
MENGURANGI STUNTING SEBESAR 20% APABILA CAKUPANNYA MENCAPAI 90%
I. Intervensi dengan Sasaran Ibu Hamil
1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis
2. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
3. Mengatasi kekurangan iodium
4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
5. Melindungi ibu hamil dari malaria.

II. Intervensi dengan Sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan
1. Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum)
2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
III. Intervensi dengan Sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi
oleh pemberian MP-ASI
2. Menyediakan obat cacing
3. Menyediakan suplementasi zink
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria
6. Memberikan imunisasi lengkap
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
OPTIMALISASI KEGIATAN GIZI DI POSYANDU
36

LANGKAH-LANGKAH
FLUID REQUIREMENTS
Age Mililiter/kg/day
First week 80-100
Second week 125-150
Three week 140-160
4-6 months 130-155
7-9 months 125-145
PROTEIN REQUIREMENTS
9-12 months 120-135 NRV’s 2005 Age (years) Grams/kg/day Grams/day
1-2 years 115-125 infant 0-0.5 1.43 10
Children 1000-1500 ml/day 0.5-1.0 1.60 14
Children 1-3 1.08 14
4-8 0.91 20
Boys 9-13 0.94 40
14-18 0.99 65
Girls 9-13 0.87 35
14-18 0.77 45
Kebutuhan Nutrisi Sepanjang Usia
6 Bulan 9 bulan 12 bulan 24 bulan 18 tahun > 18 tahun

Lahir
600 kkal 800 kkal 1100 kkal 2000 kkal

120 100 90 30
Kal/kg Kal/kg Kal/kg Kal/kg

100 60–70 30-


% % 40%

200 300 550


kkal kkal kkal

50 30 - 45 % 30- <
% 35% 30%
Bahan makanan (tim)

1 2

Makanan Pokok Zat Pembangun


Beras
ASI
3 4

Zat pengatur Sumber Energi


Berikan kepada anak anda bubur setengah padat dan selalu tambahkan
minyak atau santan
Anak umur 6-12 bl perlu minyak 20 gr/hr = 23 ml/hr = 4½ sendok obat
Umur 12-18 bl perlu minyak 28 ml/hr = 5½ sendok obat

Gambar ini diambil dari Buku WHO 1983, yang menunjukkan bahwa bahan makanan pada anak itu terdiri dari 4
komponen utama (makanan pokok, pembangun, pengatur, dan sumber energi disamping ASI. Disini ditunjukkan
bahwa peran energi pada anak masa penyapihan sangat tinggi kedudukanya (30-45% dari total energi). Hal ini
berbeda dengan anjuran makan pada orang dewasa dimana lemak tidak lebih dari 30% (bukan dengan 3 jari)
KONSEP PERBAIKAN GIZI

Surveilens sosial, kesehatan, pangan dan gizi

1. KELUARGA 2. MASYARAKAT dan LINTAS SEKTOR 3. PELAYANAN


KESEHATAN

SELURUH KELUARGA Sehat, BB Naik (N)


1. Penyuluhan/Konseling Gizi;
a. ASI eksklusif dan MP-ASI
Intervensi jangka b. Gizi seimbang
menengah/ c. Pola asuh ibu dan anak POSYANDU
panjang 2. Pemantauan pertumbuhan anak • Penimbangan balita
3. Penggunaan garam beryodium BGM, Gizi buruk, sakit
4. Pemanfaatan pekarangan emua
(D)
5. Peningkatan daya beli • Konseling
Balita
• Suplementasi gizi BB Tidak naik (T),
Punya
KELUARGA MISKIN • Pelayanan kesehatan
KMS Gizi kurang
6. Bantuan pangan darurat; dasar
Intervensi a. PMT balita, ibu hamil Puskesmas
jangka b. PKH
pendek,
CFC TFC
darurat
• PMT Pemulihan Rumah Sakit
Sehat, BB Naik (N) • Konseling

Sembuh perlu PMT


Sembuh, tidak perlu PMT

Surveilens sosial, kesehatan, pangan dan gizi

CFC: Pemulihan Gizi


Berbasis Masyarakat
TFC: Pusat Pemulihan Gizi
2. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
 Meningkatnya utilisasi pelayanan kesehatan remaja putri & pelayanan kesehatan ibu dan anak
(termasuk pelayanan KB dan imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya) di fasilitas
kesehatan primer & rujukan
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ditandai dengan ketersediaan kelengkapan jenis
dan SDM kesehatan yang kompeten, sarana dan prasarana, obat, vaksin dan bahan habis
pakai yang mendukung pelayanan kesehatan remaja putri, ibu dan anak di fasilitas pelayanan
kesehatan primer atau rujukan
Kuatnya jejaring fasilitas pelayanan KIA dan gizi sehingga mudah terakses sesuai dengan
kebutuhan medis dan status gizi
3. Meningkatnya jumlah keluarga yang memiliki dan memanfaatkan sumber air
bersih, jamban keluarga dan lingkungan yang bersih dan sehat.
4. Adanya kepastian ketersediaan dan keamanan pangan sampai di level tingkat
keluarga
5. Adanya kepastian jaminan kesehatan
PERAN LINTAS SEKTOR DALAM INTERVENSI GIZI SENSITIF
5 Mencegah lebih baik
KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING
45

PENCEGAHAN PENANGANAN

1000 HARI PERTAMA STIMULASI – PENGASUHAN dan


KEHIDUPAN (HPK) PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
DETEKSI SEDINI MUNGKIN
Berat badan
rendah

Berat badan
sangat rendah
SAM LILA < 11,5
Pengukuran
LILA
Chronic
LILA = N
Malnutrition

Riskesda 2013 Prevalensi Gizi Buruk 5%


Balita kurus yang datang ke Posyandu < 1 %
Stefani 2018 : Mengukur LILA di Posyandu  LILA kurang dari 11,5 cm (4 dari 811 Balita)
Rizal 2017 : Mendatangi Posyandu (Sidak)  LILA kurang dari 11,5 cm (3 dari 500 Balita)

Jadi LILA TIDAK DAPAT digunakan untuk Skrining Penderita SAM di Posyandu
NAMA WHO 1999 WHO 2007/2009 WHO 2013

SEVERE
Nomenklatur SA M SA M
MALNUTRITION
Kriteria - Terlihat Sangat Kurus - Terlihat Sangat Kurus
Diagnosis
- Oedema Nutritional - Oedema Nutritional - Oedama Nutritional

- BB/PB <-3 SD - BB/PB <-3 SD - BB/PB < -3 SD

- LILA 11,0 / 11,5 - LILA 11,5

- Keluar 12,5

- Hospital Base - Community based - Community based


Mengatasi
- F100 - F100/RUTF - F100/RUTF
51

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai