LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

• LOGIKA BERASAL DARI KATA YUNANI “LOGOS” YANG BERARTI UCAPAN, KATA, AKAL
BUDI, DAN ILMU.
• LOGIKA MEMILIKI PERAN YANG SANGAT PENTING DALAM PENGEMBANGAN
PENGETAHUAN SERTA PENGKAJIAN-PENGKAJIAN PENGETAHUAN TERTENTU.
 LOGIKA MERUPAKAN SEBUAH ILMU PENGETAHUAN YANG MEMBERIKAN PRINSIP-
PRINSIP YANG HARUS DIIKUTI AGAR DAPAT BERFIKIR VALID MENURUT ATURAN YANG
BERLAKU.
 MENJADI DASAR YANG MENENTUKAN PEMIKIRAN AGAR LURUS, TEPAT DAN SEHAT

DALAM CABANG FILSAFAT UMUM:

• LOGIKA MEMBICARAKAN MASALAH BERPIKIR TEPAT, YAITU MENGIKUTI KAIDAH-KAIDAH BERPIKIR YANG LOGIS
• LOGIKA MEMBICARAKAN ATURAN-ATURAN BERPIKIR AGAR DAPAT MENGAMBIL SIMPULAN SECARA BENAR DAN
TEPAT.
 LOGIKA DIPANDANG DARI ASPEK WAKTU
1. LOGIKA TRADISIONAL ATAU LOGIKA NATURALIS, YAITU CARA BERPIKIR YANG SEDERHANA YANG
BERDASARKAN KODRAT == SEJAK LAHIR SUDAH DILENGKAPI ALAT BERPIKIR.

2. LOGIKA MODERN ATAU LOGIKA ARTIFISIALIS YANG DIPELOPORI OLEH ARISTOTELES DALAM
BUKUNYA “ORGANERI” YANG BERARTI INSTRUMEN ATAU ALAT UNTUK BERPIKIR.

LOGIKA MODERN ATAU ARTIFISIALIS DIBEDAKAN MENJADI DUA MACAM:

(1). LOGIKA FORMAL == MEMPELAJARI CARA-CARA ATAU PEKERJAAN AKAL.
HASIL-HASIL DARI LOGIKA FORMAL DIUJI DENGAN KENYATAAN-KENYATAAN
DALAM PRAKTIK DI LAPANGAN.

(2). LOGIKA MATERIAL MEMPELAJARI SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN, ALAT-ALAT

PENGETAHUAN, PROSES TERJADINYA ILMU PENGETAHUAN, YANG KEMUDIAN
MERUMUSKAN METODE ILMU PENGETAHUAN ITU.
LOGIKA ADALAH ILMU DAN SEKALIGUS KETRAMPILAN BERPIKIR/NALAR
MANUSIA PADA DASARNYA MEMILIKI KEMAMPUAN MENALAR, YAITU MAMPU UNTUK BERPIKIR SECARA
LOGIS DAN ANALISTIS, DAN DIAKHIRI DENGAN KESIMPULAN

PENALARAN ADALAH PROSES BERPIKIR YANG BERAWAL DARI PENGAMATAN INDERA (PENGAMATAN
EMPIRIK) YANG MENGHASILKAN SEJUMLAH KONSEP DAN PENGERTIAN.

SEMUA PENALARAN YANG MENGGUNAKAN PIKIRAN SUDAH TENTU BERPANGKAL PADA LOGIKA.
 LANJUTAN
PENALARAN DALAM FUNGSINYA SEBAGAI KEGIATAN BERFIKIR MEMILIKI
KARAKTERISTIK:
1. ADANYA POLA BERFIKIR YANG SECARA LUAS (LOGIS)  SERING DISEBUT
SEBAGAI LOGIKA.
2. BERSIFAT ANALISTIK,
PENCERMINAN DARI SUATU PROSES BERFIKIR YANG BERSANDAR PADA
SUATU ANALISA DAN KERANGKA BERFIKIR TERTENTU, DENGAN LOGIKA
SEBAGAI PIJAKANNYA == LOGIKA ILMIAH
BUKAN NON ANALISTIK MENGGUNAKAN PERASAAN, INTUISI, ATAUPUN HAL
LAINNYA.
LANJUTAN
• SETIAP ILMU SELALU MENGGUNAKAN LOGIKA TERTENTU
UNTUK MEMPEROLEH KEBENARAN.

• DALAM FILSAFAT  PROBLEMATIKA KEILMUAN DIHADAPI

DENGAN PENGGUNAAN METODE ILMIAH

 DALAM PENGETAHUAN ILMIAH SEMUA KEBENARAN HARUS

DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN, MESKIPUN HANYA ATAS
NAMA LOGIKA.
 HAKEKATNYA SETIAP KEBENARAN ILMIAH SELALU DIPERKUAT
DENGAN ADANYA BUKTI-BUKTI EMPIRIS
 SEHINGGA DALAM PROSES BERFIKIR ILMIAH PERLU DITOPANG
DENGAN LOGIKA.
 FASE PERKEMBANGAN LOGIKA
1. KONSEP ATAU ISTILAH,
SEBUAH TANGKAPAN AKAL MANUSIA MENGENAI SUATU OBYEK, BAIK BERSIFAT MATERIAL, MAUPUN
NON- MATERIAL
PENJELMAAN ATAU ABSTRAKSI TENTANG PENTAFSIRAN, ATAUPUN PEMAKNAAN DARI SUATU OBYEK.

2. PROPOSISI ATAU KALIMAT PERNYATAAN,

SEBUAH PEMIKIRAN YANG DINYATAKAN DALAM BENTUK BAHASA
DINYATAKAN SEBAGAI SEBUAH KALIMAT DEKLARASI TENTANG SUATU OBYEK
MENGANDUNG PILIHAN MAKNA ANTARA BENAR, ATAU SALAH.

3. SILOGISME (PARAGRAF), ATAU SUATU PENALARAN YANG TERBENTUK DARI HUBUNGAN DUA BUAH
PROPOSISI, YANG AKHIRNYA AKAN MENGHASILKAN SEBUAH KESIMPULAN.
 SILOGISME SERING DIMAKSUDKAN SEBAGAI HASIL DARI SUATU PENALARAN, ATAUPUN LOGIKA
BERFIKIR.
 LANJUTAN
 SEBUAH PENJELASAN YANG DALAM PROSESNYA MENGANDUNG UNSUR
“ABSTRAKSI/PREMIS MAYOR” DAN “DIFINISI/PREMIS MINOR” KEDUANYA
DIPERLUKAN UNTUK MEMBANGUN SEBUAH KONSEP YANG BENAR 
MELANGKAH MENJADI PROPOSISI  BERMUARA PADA KESIMPULAN

PENARIKAN KESIMPULAN DALAM BERPIKIR ILMIAH DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA CARA YAITU
DENGAN ARGUMEN DEDUKTIF DAN ARGUMEN INDUKTIF.
• ARGUMEN/LOGIKA ILMIAH MEMERLUKAN STRUKTUR PENALARAN YANG TEPAT ATAU SAHIH (VALID)
SEKALIGUS ISI ATAU MAKNANYA SESUAI DENGAN KENYATAAN.  KEBENARAN SUATU ARGUMEN
DARI SEGI BENTUK DAN ISI ADALAH PRASYARAT MUTLAK-CONDITIO SINE QUA NON DALAM ILMU
PENGETAHUAN.

• SEBUAH ARGUMENT ILMIAH MEMILIKI EMPAT KEMUNGKINAN YAKNI :

(1) VALID DARI SEGI BENTUK TETAPI TIDAK BENAR DARI SEGI ISI : MISALNYA :“MANUSIA ADALAH
BINATANG BERKAKI EMPAT. ALIBABA ADALAH MANUSIA. JADI, ALIBABA ADALAH BINATANG BERKAKI
EMPAT.”

(2) TIDAK VALID DARI SEGI BENTUK, TETAPI BENAR DARI SEGI ISI : MISALNYA :“SEMUA AYAM MEMPUNYAI
KAKI. DADANG BUKANLAH AYAM. JADI, DADANG MEMPUNYAI KAKI.”

(3) VALID DARI SEGI BENTUK DAN BENAR DARI SEGI ISI : MISALNYA :“KOTA YANG TERLETAK DI SEBELAH
UTARA ROMA LEBIH SEJUK DARIPADA ROMA. LONDON ADALAH KOTA YANG TERLETAK DI SEBELAH
UTARA ROMA. JADI, LONDON LEBIH SEJUK DARIPADA ROMA.”

(1) TIDAK VALID DARI SEGI BENTUK DAN TIDAK BENAR DARI SEGI ISI : MISALNYA :“SEMUA YANG LEBIH
RINGAN DARIPADA BATU MENGAMBANG DALAM AIR. AIR LEBIHRINGAN DARIPADA BATU. JADI,
BETUL MENGAMBANG DALAM AIR.”
Deduction Vs. Induction

Deduction: Induction
■ dikaitkan dengan "logika ■ umumnya dikenal sebagai
formal." "logika informal," atau
"argumen sehari-hari“
■ melibatkan penalaran
dari premis yang ■ melibatkan menggambar
diketahui, atau premis kesimpulan yang tidak pasti,
yang dianggap benar, berdasarkan penalaran
hingga kesimpulan probabalistik.
tertentu. ■ kesimpulan yang dicapai
■ kesimpulan yang dicapai adalah kemungkinan
yakin, tak terelakkan, tak
terhindarkan
Sample Deductive and Inductive Arguments

Example of Deduction Example of Induction

■ Premis utama: Semua ■ Bos kepada karyawan: “Biff
kura-kura adalah memiliki tato jangkar di
lengannya. Dia mungkin
vegetarian bertugas di Angkatan Laut. "
■ Premis minor: Bessie
adalah kura-kura
■ Kesimpulan: Oleh karena
itu, Bessie adalah seorang
vegetarian
sample “Venn diagram”
of a deductive argument

vegetarian animals tortoises

Thus, Bessie
All tortoises fall
must be a
in the circle of
vegetarian
animals that are
vegetarians

Bessie falls into the circle

of animals that are
tortoises
Bessie
 PENALARAN DEDUKTIF (RASIONALISME/LOGIKA MINOR)
CARA BERFIKIR YANG BERTOLAK DARI SEBUAH ASUMSI ATAU PERNYATAAN YANG
BERSIFAT UMUM UNTUK MENCAPAI SEBUAH KESIMPULAN YANG BERMAKNA LEBIH
KHUSUS  DISEBUT LOGIKA MINOR

POLA PENARIKAN KESIMPULAN MERUJUK PADA POLA BERFIKIR YANG DISEBUT

SILOGISME:
BERMULA DARI DUA PERNYATAAN ATAU LEBIH DENGAN SEBUAH KESIMPULAN.
KEDUA PERNYATAAN TERSEBUT DISEBUT SEBAGAI PREMIS MINOR DAN PREMIS MAYOR.
SERTA DIIKUTI OLEH PENYIMPULAN YANG DIPEROLEH MELALUI PENALARAN DARI KEDUA
PREMIS TERSEBUT.
 KESIMPULAN HANYA BERNILAI BENAR JIKA KEDUA PREMIS DAN CARA YANG DIGUNAKAN
JUGA BENAR, SERTA HASILNYA JUGA MENUNJUKKAN KOHERENSI DATA TERSEBUT

CONTOH
PREMIS MAYOR: PERBUATAN YANG MERUGIKAN ORANG LAIN ADALAH DOSA.
PREMIS MINOR: MENIPU MERUGIKAN ORANG LAIN.
KESIMPULAN: MENIPU ADALAH DOSA.
 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DEDUKTIF
KELEBIHAN DEDUKTIF:
• KESIMPULANNYA MERUPAKAN SUATU KONSEKUENSI LOGIS DARI PREMIS-PREMISNYA.
SEHINGGA PADA SUATU PENALARAN YANG BAIK, KESIMPULAN DAPAT MENJADI BENAR
MANAKALA PREMIS-PREMISNYA BENAR.

KELEMAHANNYA:
• TERLETAK PADA AKTIFITAS PENARIKAN KESIMPULAN YANG DIBATASI PADA RUANG
LINGKUP TERTENTU.
• JIKA SALAH SATU DARI KEDUA PREMISNYA, ATAU BAHKAN KEDUANYA SALAH MAKA
KESIMPULAN YANG DIDAPAT BERDASARKAN PREMIS TERSEBUT AKAN SALAH PULA.
• KESIMPULAN YANG DIAMBIL TIDAK MUNGKIN LEBIH LUAS DARI PREMIS AWALNYA,
SEHINGGA SULIT DIPEROLEH KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN JIKA HANYA
MENGANDALKAN LOGIKA DEDUKTIF.
• MANAKALA ARGUMENNYA DIUJI KEBENARANNYA, MAKA YANG MUNGKIN TERUJI HANYA
BENTUK ATAU POLA PENALARANNYA TAPI BUKAN MATERI PREMISNYA, JADI BENAR
SALAHNYA PREMIS TERSEBUT TIDAK DAPAT DIUJI.
 PENALARAN INDUKTIF (EMPIRISME/LOGIKA MAYOR)
 CARA BERFIKIR UNTUK MENARIK KESIMPULAN DARI PENGAMATAN TERHADAP HAL
YANG BERSIFAT PARTIKULAR KEDALAM GEJALA-GEJALA YANG BERSIFAT UMUM
ATAU UNIVERSAL. SEHINGGA DAPAT DIKATAKAN BAHWA PENALARAN INI BERTOLAK
DARI KENYATAAN YANG BERSIFAT TERBATAS DAN KHUSUS LALU DIAKHIRI DENGAN
STATEMEN YANG BERSIFAT KOMPLEK DAN UMUM LOGIKA MAYOR
 GENERALISASI ADALAH SALAH SATU CIRI YANG PALING KHAS DALAM METODE
INDUKSI.
BUKAN BERARTI SUATU PROPOSISI YANG DIANGKAT DARI SUATU INDIVIDU DAPAT
DIGENERALISASIKAN TERHADAP SUATU KOMUNITAS YANG LEBIH LUAS.
GENERALISASI DI SINI MUNGKIN BENAR MUNGKIN PULA SALAH, NAMUN YANG
LEBIH PERLU DICERMATI ADALAH AGAR TIDAK TERJADI SEBUAH KECEROBOHAN
GENERALISASI.
CONTOH INDUKTIF TIDAK LENGKAP
: “SARJANA LUAR NEGERI LEBIH BERKUALITAS DARIPADA SARJANA DALAM NEGERI
 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN INDUKTIF
KELEMAHAN:
• TIDAK BISA MENGHINDARI ADANYA ERROR SEPERTI ADANYA KETIDAK TELITIAN DALAM PENGAMATAN. YANG DIPENGARUHI
BANYAK FAKTOR, SEBUT SAJA ALAT ATAU PANCA INDRA YANG TIDAK SEMPURNA.
• MESKIPUN, PREMIS-PREMISNYA SEMUA BENAR, TIDAK OTOMATIS BENAR PADA KESIMPULAN YANG DIPEROLEH, SELALU SAJA ADA
KEMUNGKINAN TERDAPAT SESUATU YANG TIDAK SAMA SEBAGAIMANA DI AMATI.
• KESIMPULANNYA BUKAN MERUPAKAN SUATU KONSEKUENSI LOGIS DARI PREMIS-PREMISNYA. SEHINGGA WALAUPUN
PENALARANNYA BAIK, KESIMPULAN BELUM TENTU BENAR 100% WALAUPUN PREMIS-PREMISNYA BENAR ATAU “MUNGKIN
BENAR”
• ADA KEMUNGKINAN KETIDAKTELITIAN DI DALAM PENGAMATAN ATAU HUMAN ERROR, YANG DIPENGARUHI BANYAK FAKTOR, SEBUT
SAJA FASILITAS ATAUPUN PANCA INDRA  MAKA DI SINI PERLUNYA KETERSEDIAAN TENAGA PEMBIMBING YANG TERAMPIL
• MODEL INI SANGAT BERGANTUNG PADA KONDISI LINGKUNGAN YANG DIAMATI, DENGAN KATA LAIN PERLUNYA SEBUAH KONDISI
YANG BENAR-BENAR KONDUSIF DALAM PROSES OBSERVASI, SERTA PENYIMPULANNYA.
• WAKTU YANG DIBUTUHKAN CENDERUNG LEBIH LAMA DARI PADA MODEL DEDUKTIF, SERTA PERSIAPAN MENUJU PROSES INI
TERKESAN LEBIH BANYAK KARENA HARUS SIAP MENGHADAPI KONDISI SEPERTI APAPUN.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN INDUKTIF
KELEBIHAN:
• KEGIATAN ILMIAH MUTLAK MEMERLUKAN SEBUAH PENGUJIAN ATAS HIPOTESIS YANG ADA. PENGUJIAN
INI DILAKUKAN DENGAN MELIHAT PADA FAKTA ILMIAH YANG ADA. MAKA DISINILAH DIPERLUKAN SEBUAH
METODE INDUKTIF.
• CONTOH, UNTUK MENGUJI HIPOTESIS BAHWA “MAHASISWA KEPERAWATAN SEMESTER 2 LEBIH
ANTUSIAS PADA MATA KULIAH FILSAFAT ILMU, DARI PADA STATISTIKA”
• DIPERLUKAN PENGUMPULAN FAKTA-FAKTA YANG MENDUKUNG HIPOTESIS TERSEBUT. YAITU DENGAN
MENGADAKAN WAWANCARA KEPADA SELURUH ATAUPUN SEBAGIAN MAHASISWA TERSEBUT, SEBAGAI
REPRESENTIF DAN OBYEKTIF DARI KESELURUHAN POPULASI MEREKA.
KEGUNAAN LOGIKA
• LOGIKA MENYATAKAN, MENJELASKAN, DAN MEMPERGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ABSTRAK YANG
DAPAT DIPAKAI DALAM SEMUA LAPANGAN ILMU PENGETAHUAN (BAHKAN SELURUH LAPANGAN
KEHIDUPAN).
• LOGIKA MENAMBAH DAYA BERPIKIR ABSTRAK DAN DENGAN DEMIKIAN MELATIH DAN
MENGEMBANGKAN DAYA PEMIKIRAN DAN MENIMBULKAN DISIPLIN INTELEKTUAL.
• LOGIKA MENCEGAH KITA TERSESAT OLEH SEGALA SESUATU KITA PEROLEH BERDASARKAN
AUTORITAS, EMOSI, DAN PRASANGKA.
• LOGIKA – DI MASA YANG SEKARANG DIKENAL SEBAGAI “ERA OF REASON’”– MEMBANTU KITA UNTUK
MAMPU BERPIKIR SENDIRI DAN TAHU MEMBERAKAN YANG BENAR DARI YANG PALSU.
• LOGIKA MEMBANTU ORANG UNTUK DAPAT BERPIKIR LURUS, TEPAT DAN TERATUR KARENA DENGAN
BERPIKIR DEMIKIAN IA DAPAT MEMPEROLEH KEBENARAN DAN MENGHINDARI KESEHATAN.