Anda di halaman 1dari 23

JOURNAL READING

ALLERGIC RHINITIS: THE“GHOST DIAGNOSIS”


IN PATIENTS WITH ASTHMA

Disusun oleh :
Dutha Patria Huthama
01.211.6369

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL


RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA
ABSTRAK
ABSTRAK
Rhinitis alergi (RA) adalah komorbiditas umum asma
yang memberikan kontribusi untuk keparahan asma.
Lebih dari 80% dari penderita asma memiliki RA,
kondisi ini sering kurang terdiagnosis pada subyek
dengan asma. RA mempengaruhi 10- 30% dari orang
dewasa dan hingga 40% pada anak. RA dikaitkan
dengan peningkatan risiko asma dan keparahan asma.
Mekanisme yang mendasari hubungan ini belum
sepenuhnya dijelaskan, bukti mendukung peran
alergen sensitisasi. Dibandingkan pasien asma saja,
pasien dengan komorbiditas RA dan asma memiliki
kasus lebih sering kunjungan ke dokter umum, IGD &
rawat inap. Terapi farmakologi RA mengurangi gejala.
Imunoterapi RA meningkatkan baik asma & rhinitis
introduction
 AR sering kurang terdiagnosis pada individu dengan
asma. Pengobatan komorbiditas AR dapat mengurangi
kemungkinan asma terkait kesehatan, khususnya
kunjungan ruang gawat darurat dan rawat inap,
hingga 80%. Diagnosis dan pengobatan AR
memperbaiki penyakit dan meningkatkan kualitas
hidup bagi penderita asma. Pada artikel ini, kita
membahas "hantu diagnosis" dari AR pada subyek
dengan asma dengan membahas Presentasi klinis AR,
bukti AR sebagai risiko faktor asma, mekanisme yang
mendasari AR komorbiditas dengan asma, implikasi
klinis untuk diagnosis dan manajemen pada penderita
asma.
PRESENTASI KLINIS
review
 Presentasi klinis dan underdiagnosis RA adalah salah
satu penyakit kronis yang paling umum di seluruh
dunia, yang mempengaruhi 10-30% dari orang dewasa
dan hingga 40% dari anak
 studi pada anak Kosta Rika dengan asma menunjukkan
bahwa RA (didefinisikan oleh gejala dan tes kulit
reaktivitas alergen) memiliki prevalensi 80%,
sementara dokter mendiagnosis RA di hanya 27% dari
studi kohort
 Sebuah penelitian terbaru pada anak Puerto Rico bahwa
dokter mendiagnosis RA hanya 15,3% dari anak-anak
dengan asma dan 3,5% dari anak-anak tanpa asma.
 Underdiagnosis dari RA juga terjadi pada
populasi dewasa. Nolte dkk. dievaluasi usia
subyek 14-44 tahun di Denmark dan
menemukan bahwa rinitis alergi yang kurang
terdiagnosis di 32% dari subyek.
 Harmsen dkk. Mengatakan bahwa pasien asma
bersamaan RA yang menerima perawatan oleh
dokter spesialis memiliki perbaikan asma dan
rhinitis mereka dari hasil (AQLQ-Asthma
Quality of Life Questionnaire and RQLQ-Rhinitis
Quality of Life Questionnaire).
BUKTI AR SEBAGAI FACTOR RESIKO ASMA
Rhinitis alergi sebagai faktor risiko
asma

 RA merupakan faktor risiko untuk asma dan diagnosis RA


dapat mendahului asma.
 Ponte dkk. menunjukkan bahwa keparahan RA berkorelasi
positif dengan tingkat keparahan asma 3,8 kali lipat dalam
kunjungan ke IGD pada pasien dengan moderat hingga
rhinitis parah dibandingkan dengan pasien tanpa rhinitis.
 Sasaki et al. mencatat anak dengan asma tidak terkontrol
lebih sering ke pelayanan kesehatan 9,2% dari mereka
yang tidak rhinitis, 15,3% dari mereka dengan rhinitis
ringan-sedang, dan 29,2% dari mereka dengan berat
rhinitis
 Sebuah cross-sectional Studi di Italia menemukan
hubungan yang lemah antara RA dengan terapi asma
 sebagian besar bukti mendukung bahwa
RA berhubungan dengan keparahan
asma. Mayoritas studi menegaskan
kembali pedoman yg ditetapkan oleh
Joint Task Force yg merekomendasikan
bahwa tes fungsi paru dipertimbangkan
pada pasien dengan RA mengingat tinggi
risiko asma penyerta.
mekanisme yang mendasari RA
komorbiditas dengan asma
Mekanisme komorbiditas: sensitisasi
alergen

 RA dimediasi oleh IgE, menyebabkan


peradangan saluran pernapasan akibat reaksi
oleh alergen. IgE memperbaiki dinding sel,
dan akumulasi sel mast, selanjutnya bersatu
pada mukosa saluran napas dan berkontribusi
pada RA dan asma. Selain itu peradangan
memicu refleks neurogenik hidung melalui
indera, jalur parasimpatis dan simpatis yang
menghasilkan gejala seperti pruritus dan
bersin. Prevalensi sensitisasi alergen inhalan
lebih besar dari 40% di Amerika dan Eropa
 Evaluasi kohort menunjukkan bahwa 90% dari
subyek dengan asma nonallergic berkembang
menuju fungsi paru-paru normal saat
pubertas, dibandingkan dengan 56,2% untuk
atopik wheezers.
 Demikian pula hasil penelitian pada anak di
Kanada, Subyek yang peka terhadap alergen
seperti tungau debu, kucing dan anjing 3-4 kali
lebih mungkin untuk memiliki asma
dibandingkan dengan mereka tanpa bukti
sensitisasi
 Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua penelitian
telah menunjukkan hubungan antara keparahan
asma dan sensitasi alergi. Sekitar 23% dari subyek
dengan RA menunjukkan peningkatan reaktivitas
bronkial ke metakolin, Pasien asma dengan Gejala
AR perennial menunjukkan reaktivitas bronkial lebih
besar dari mereka dengan gejala musiman
 Meskipun hasil ini, masih belum jelas apakah AR
merupakan clinicalmanifestation awal penyakit
pada individu atopik yang kemudian
mengembangkan asma, atau jika AR dan sensitisasi
itu sendiri faktor penyebab asma
implikasi klinis untuk
diagnosis
 The Norwegian Environment and Child Asthma
(ECA) menyatakan keparahan obstruksi saluran
napas obstruksi pada usia 2 tahun & peningkatan
kadar IgE spesifik terhadap alergen inhalan dapat
memprediksi asma pada usia 10 tahun dan
menjelaskan sampai 30% dari varians asma
diamati.
 Penegakan diangonosis dengan Asma prediktif
Index (API), dapat memperkirakan asma pada usia
sekolah berdasarkan faktor-faktor di 3 tahun
pertama kehidupan termasuk diagnosis AR sebagai
kriteria minor
 Namun, National Institutes of Allergy and
Infectious Diseases, National Heart Lung
Blood Institute, and Mechanisms of the
Development of Allergy program
menyatakan lebih dari studi 130
kelompok kelahiran pada penyakit asma
dan alergi menyimpulkan bahwa interaksi
antara asma, AR dan dermatitis atopik
masih memiliki banyak pertanyaan yang
belum terjawab.
Pengobatan AR pada subyek dengan
asma
 kortikosteroid intranasal, anti histamin oral antagonis
reseptor leukotrien, antihistamin hidung, dan ocular
agent.
 Glukokortikoid intranasal dianggap paling efektif untuk
RA musiman.
 Untuk pasien dengan RA bersamaan dan asma,
antagonis reseptor leukotrien (LTRA) khususnya dapat
efektif bila digunakan pada pasien yang lebih dari 6
tahun.
 Montelukast (a LTRA) telah ditemukan untuk
meringankan hidung dan gejala bronkial dengan
pengurangan beta agonist menggunakan pada subyek
dengan komorbiditas RA musiman dan asma.
 imunoterapi alergen (SLIT&SCIT)
diperkirakan berpengaruh dalam terapi.
Penggunaan SLIT baru saja telah
disetujui digunakan di Amerika Serikat.
kesimpulan
 Kebanyakan individu dengan asma memiliki RA.
RA terkait dengan perkembangan dan keparahan
asma. Kemungkinan bahwa pengobatan RA
dengan obat atau imunoterapi alergen dapat
secara signifikan mengurangi morbiditas asma.
Pedoman GINA dan EPR3 merekomendasikan
evaluasi untuk AR pada semua pasien dengan
asma. Hasil penelitian mendukung pedoman
tersebut, seperti pengakuan, diagnosis, dan
pengobatan AR pada subyek dengan asma dapat
mengurangi morbiditas asma dan meningkatkan
kualitas hidup.

Anda mungkin juga menyukai