Anda di halaman 1dari 107

EPIDEMIOLOGI DAN KEBIJAKAN

PENANGGULANGAN HIV-AIDS
SERTA PROGRAM MONITORING
DAN EVALUASI

Presented by :
NISLAWATY, SST, M.Kes
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

SETELAH MEMPELAJARI MATERI INI, PESERTA


MAMPU MENGENAL EPIDEMIOLOGI DAN
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV AIDS
SERTA PROGRAM MONITORING DAN EVALUASI
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

SETELAH MEMPELAJARI MATERI INI, PESERTA


MAMPU MENJELASKAN :
1. EPIDEMIOLOGI HIV AIDS
2. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV AIDS
3. PROGRAMMONITORING DAN EVALUASI
Asal usul HIV & AIDS

 Simpanse ini berasal dari sub kelompok


simpanse yg disebut troglodyte, umumnya
dahulu dari Afrika tengah-barat
 Peneliti menegaskan bahwa simpanse adalah
sumber HIV
 VIRUS ini suatu ketika menyebrang dr spesies
simpanse ke manusia
 HIV & AIDS pertama kali muncul tahun 1920
an di KINSHASA (republik demokratik kongo)

 Menjadi perhatian dunia tahun 1980 (lebih


kurang penderitanya sdh 75 juta oragng

 Di indonesia di bali pada april 1987 oleh orang


kebangsaan Belanda di RS sanglah Bali
1. EPIDEMIOLOGI HIV AIDS

Bahwa HIV-AIDS sudah ada di semua provinsi di


Indonesia.
Berdasarkan estimasi yang dilakukan pada tahun 2012,
diperkirakan terdapat 591.823 ODHA.
Tingkat epidemi HIV di Indonesia adalah epidemi
terkonsentrasi dimana prevalensi HIV tinggi di beberapa
provinsi dan pada beberapa populasi kunci.
Sementara itu di Tanah Papua, epidemi HIV nya adalah
epidemi meluas (generalized epidemic), dimana
prevalensi HIV sudah tinggi di populasi umum.
EPIDEMI AIDS TERKINI PADA SUATU WILAYAH

Menggambarkan fakta dari :


1. Jumlah kasus,
2. Pola Penyebaran,
3. Faktor risiko, Dianalisis dan
Dikembangkan
4. Kelompok Risiko, kebijakan
5. Pengendalian dan
6. Perkembangan AIDS
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN
AIDS
EPIDEMI HIV DI INDONESIA

Total Populasi 240 juta


Prevalensi HIV 0,2% dan jumlah ODHA Dewasa 2012 : 591.823

HIV Prevalence
Estimation PLHIV Estimation
TINGKATAN EPIDEMIOLOGI HIV AIDS

1. LOW ‐ LEVEL HIV EPIDEMIS : Tingkatan epidemi HIV


yang rendah, dengan prevalensi secara tetap tidak
pernah lebih dari 5% yang terbatas pada kelompok
tertentu yang berperilaku berisiko
2. CONCENTRATED HIV EPIDEMIS : Tingkatan epidemi
HIV terkonsentrasi dengan prevalensi lebih dari 5%
secara tetap, namun terbatas pada kelompok tertentu
yang berperilaku berisiko namun prevalensi masih
kurang dari 1% pada ibu hamil di daerah perkotaan.
3. GENERALIZED HIV EPIDEMIS : Tingkatan epidemi HIV
meluas di masyarakat umum, sebagai proksi dinyatakan
apabila ditemukan prevalensi lebih dari 1% secara
menetap pada kelompok ibu hamil.
KONDISI YANG MEMPERCEPAT PENULARAN?
Jumlah Penduduk Indonesia: 240 juta

230,000
Wanita
75.000 Penjaja seks
penasun

6,7 Juta Pria


membeli Sex 4,9 Juta
(2-20% dari Pria Dewasa) menikah
dg pria risiko
tinggi

1,13 Juta
GWL

Anak-anak

Laki-laki Perempuan
Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV Tahun 2012, Kemenkes
JUMLAH KASUS HIV & AIDS DI INDONESIA
2005 – SEPTEMBER 2012

11
PREVALENSI HIV MENURUT KELOMPOK
RESPONDEN,
STBP 2007 AND 2011
Persentase Kumulatif Kasus AIDS
Menurut Kelompok Umur di Indonesia
Tahun 1987-2011

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi, 2011-2012


P E RSE N T A SE KA SU S A I D S M E N UR U T KE L O MP OK U M U R
DI I N D O N E SI A T A H U N 2 0 11
PERKEMBANGAN PREVALENSI IMS (%)

(STBP 2007 & 2011)


GO dan/atau Klamidia 100 Sifilis
100
90 90

80 80
70
70
60
60
50
%

40 50

%
30
40
20
30
10
0 20
Waria WPS Langsung LSL WPS Tidak
Langsung
10

0
Penasun Waria LSL
15
Sumber: Laporan Survei Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) 2011, Kemkes RI
PERILAKU PENGGUNAAN KONDOM PADA SEKS KOMERSIAL
MENURUT KELOMPOK RISIKO TINGGI, TAHUN 2011

Selalu pakai kondom:


WPSL, WPSTL, Waria, LSL: Seminggu terakhir
Pria, Penasun: setahun terakhir
16
PRAKIRAAN PENINGKATAN EPIDEMI HIV KE DEPAN
( D E N G A N DATA P E N C A PA I A N 2 0 0 6 - 2 0 1 0 )

#ODHA
2,000,000
1,817,728
1,800,000

1,600,000 Tanpa peningkatan program


Dengan program 2006-2010
1,400,000
SRAN 2010-2014
1,200,000

1,000,000

800,000 751,816
648,322

600,000

400,000 350,550
244,103
178,911
200,000

-
COST IMPLICATIONS IF DO NOT INVEST
IN PREVENTION NOW:
INCREASING TREATMENT COST IN NON-
1,800,000
PAPUA 600,000,000

Treatment Cost 532,433,042


1,600,000
Number of PLHA 500,000,000
1,400,000 Number of people on ART (60% Coverage for CD4 <

Number of current HIV Infections


350)
1,200,000 400,000,000
Treatment Cost (USD)

363,766,085

1,000,000
300,000,000
800,000
222,472,306

600,000 200,000,000

400,000
104,299,541
100,000,000
200,000

- -
02
04

08
10

16

20
22
24
26
28
00

06

12
14

18

30
20
20

20
20

20

20
20
20
20
20
20

20

20
20

20

20
AIDS menurut pekerjaan 2011
Ibu rumah tangga 622

Tenaga non profesional (karyawan) 587

Wiraswasta/usaha sendiri 544

Buruh kasar 251

Petani/peternak/nelayan 173

Penjaja sex 140

Narapidana 123

Pegawai Negeri Sipil 105

Supir 79

Anak sekolah/mahasiswa 78

Tenaga profesional non medis 47

Anggota ABRI/POLRI 36

Pelaut 26

Seniman/artis/aktor/pengrajin 8

Tenaga profesional medis 4

Turis 2

Pramugara/i/pilot 1

Manajer/eksekutif 1

0 100 200 300 400 500 600 700


Jumlah Kasus
Persentase Kumulatif Kasus AIDS
Menurut Faktor Risiko
Per Periode Lima Tahunan, 1990-2010

Sumber: Dinas Kesehatan Provinis, 2011-2012


Prosentase Kumulatif Kasus AIDS
Menurut Faktor Risiko di Indonesia, 2011

3,3%
2,7% 0,4%
3,9%

Heteroseksual
18,7% Penasun
LSL
71,0%
Dari
DariIbu
IbukekeBayi
Anak
Tidak diketahui
Darah&donor
Darah Produkdan
Darah
produk darah
lainnnya

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi, 2011-2012


Kasus AIDS menurut jenis kelamin

Tahun 1987-2011

Tahun 2011
Case Fatality Rate (CFR) AIDS Menurut Tahun
di Indonesia, 1987-2011

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi, 2011-2012


Prevalensi HIV
Menurut Kelompok Risiko Responden
Tahun 2007 dan 2011*

* Data 2007 dan 2011 membandingkan pada lokasi yang sama


Prevalensi Sifilis (IMS)
pada Waria, LSL dan Penasun, Tahun 2007 dan 2011*

25
Prevalensi Gonore dan Klamidia (IMS)
menurut Kelompok Risiko Responden

STBP 2011
26
Pemakaian Kondom pada Hubungan Seks Komersial
Seminggu Terakhir (Selalu) Pada WPS dan
satu tahun terakhir (Pria Risti dan Penasun),
Tahun 2007 & 2011*

27
Penggunaan Kondom pada
Kelompok Hubungan Seks Berisiko Tinggi,
2011
Persen

*STBP, 2011 28
Trend Perilaku Pencegahan dalam Menyuntik
pada Penasun Tahun 2007 & 2011

29
Perilaku Risiko pada Remaja
Tahun 2011

30
Pengetahuan Komprehensif
Menurut Kelompok Responden
Tahun 2007 dan 2011

31
Persentase Pengetahuan
Prevalensi HIV di Indonesia, Komprehensif HIV-AIDS
2011 Penduduk Usia 15-24 thn,
2011

Pemodelan Matematika, 2009 Rapid Survey, 2011


Persentase Kelompok Penasun Mengakses
LJSS, Program Substitusi dan Detoksikasi, Tahun 2011
2. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV
AIDS
Visi
 Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dalam
Pencegahan - Pengendalian HIV-AIDS dan IMS
Misi
 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani dalam pengendalian HIV-AIDS daan
IMS.
 Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata,
bermutu, dan berkeadilan dalam pengendalian HIV-AIDS
dan IMS
 Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
 Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dalam
1. BEBERAPA PINTU MASUK YANKES PRIMER

i. Pelayanan TB
ii. Pelayanan ANC
iii. Pelayanan IMS
iv. Rujuk timbal-balik
v. Edu-Info Posyandu
vi. Nakes sahabat ODHA
vii. HIV Stop disini (GIPA)
viii.Kualitas Hidup ODHA
TUJUAN PENGENDALIAN HIV-
AIDS DAN IMS
2. GETTING THREE ZEROES
• Menurunkan jumlah kasus baru HIV
• Menurunkan angka kematian
• Menurunkan stigma dan diskriminasi

Meningkatkan kualitas hidup ODHA

3. DESENTRALISASI KESEHATAN
Nilai-nilai, dan Tujuan

 Nilai-nilai
Sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, yaitu:
 Pro rakyat
 Inklusif
 Responsif
 Efektif
 Bersih.
 
Tujuan
Meningkatnya pengendalian HIV-AIDS dan IMS secara berhasil-guna dan
berdaya-guna dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya:
 Menurunnya jumlah kasus baru HIV serendah mungkin (target jangka
panjang: zero new infection)
 Menurunnya tingkat diskriminasi serendah mungkin (target jangka panjang:
zero discrimination)
 Menurunnya angka kematian AIDS serendah mungkin (target jangka panjang:
zero AIDS related deaths)
 Meningkatnya kualitas hidup ODHA.
Sasaran Strategis Tahun 2010-2014

1. Menurunnya prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun


menjadi <0,5%
2. Meningkatnya persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS dari 65% menjadi 95%
3. Meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang
menerima konseling dan tes HIV dari 300.000 Menjadi 700.000
4. Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang melaksanakan
pencegahan penularan HIV sesuai pedoman dari 50% menjadi 100%
5. Meningkatnya penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi
dari 25% (P) dan 20% (L) menjadi 65% (P) dan 50% (L)
6. Meningkatnya persentase ODHA yang mendapatkan ART dari 60%
menjadi 90%.
7. Meningkatnya persentase Rumah Sakit Pemerintah yang
menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA menjadi 100%. 
Kebijakan Tahun 2010-2014

1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan pengembangan


kapasitas.
2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme
dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pengendalian HIV-
AIDS dan IMS.
4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok
masyarakat berisiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil,
perbatasan dan kepulauan serta bermasalah kesehatan
5. Mengutamakan program berbasis masyarakat.
6. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama.
7. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya.
8. Mengutamakan promotif dan preventif.
9. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, komitmen
nasional dan internasional
Target dan Capaian MDG 6 - 2012
TARGET TARGET
No INDIKATOR 2014 2012 CAPAIAN

0,3%
1 Prevalensi HIV <0,5% < 0,5% (Pemodelan
matematika )
Persentase penduduk 15-24
tahun yang mempunyai 21,5%
2 pengetahuan komprehensif 95% 85% (rapid survei
tentang HIV 2011)

Persentase penggunaan kondom


pada hubungan seks berisiko 37,6%
3 65% 45%
tinggi (STBP 2011)

88.4%
Persentase odha yang (30.663 ODHA
4 90% 80% yg mendpt
mendapatkan ART
ARV)
Target / Indikator
Target
Kegiatan Indikator
2010 2011 2012 2013 2014
Pengendalian 1. Prevalensi HIV pada 0,2% <0,5% <0,5% <0,5% <0,5%
HIV-AIDS penduduk usia 15-49 tahun.
2. Persentase penduduk usia 65% 35% 40% 45% 95%
15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan komprehensif
tentang HIV-AIDS
3. Jumlah penduduk usia 15 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000
tahun atau lebih yang
menerima konseling dan tes
HIV
4. Persentase kabupaten/kota 50% 60% 70% 80% 90%
yang melaksanakan
pencegahan penularan HIV
sesuai pedoman,
5. Penggunaan kondom pada 25% (P), 35% (P), 45% (P), 55% (P), 65% (P),
kelompok risiko tinggi 20% (L) 20% (L) 30% (L) 40% (L) 50% (L)
6. Persentase ODHA yang 70% 75% 80% 85% 90%
mendapatkan pengobatan
Antiretroviral
7. Persentase Rumah Sakit 60% 70% 80% 85% 90%
Pemerintah yang
menyelenggarakan
pelayanan rujukan bagi
ODHA .
KONDISI

• Data – data menunjukan epidemi jalan terus


dengan sangat cepat (STBP, laporan kasus
AIDS, laporan ART, layanan KT, layanan PTRM,
layanan PPIA, Riskesdas, Rapid Survey)
• Pengetahuan masyarakat masih rendah
• Layanan kurang optimal
• Cakupan masih rendah
• Akses masyarakat terbatas
A K
H
3. PROGRAM MONITORING DAN EVALUASI
AKSES TERHADAP LAYANAN

 500 UPK yang mampu melakukan layanan Konseling


dan Tes HIV (sebanyak 700an ribu orang pernah
dilakukan K & T)
 235 UPK aktif melakukan PDP dan 68 satelit
(sebanyak 24 ribu ODHA masih melakukan
pengobatan ARV)
 90 UPK melakukan layanan PPIA (1862 wanita
pernah mendapat layanan PPIA
 74 UPK melakukan PTRM (2.484 orang saat ini aktif
mengikuti layanan PTRM)
 600 layanan IMS aktif
Analisa

 HIV dan IMS berhubungan erat seperti ‘pedang


bermata dua’
 Deteksi dini dan penanganan dini
 Upaya yang telah banyak dilakukan perlu penguatan
dan mendekatkan akses masyarakat makin mudah
dan sederhana; cakupan meningkat
 Mengetahui kondisi kesehatan pribadi adalah hak
setiap orang berdasar UU.
 Setelah melalui kajian mendalam dan diskusi dg para
ahli maka dilakukan penguatan jejaring, kemampuan
layanan secara komprehensif-integratif
INDIKATOR PROGRAM
• Beberapa indikator yang harus mendapat
perhatian lebih:
– Pengetahuan komprehensif
– Kondom
– Prosentase orang yang mendapatkan ARV
(gunakan basis hit estimasi baru)
– Prosentase orang yg masih hidup setelah 12 bulan
mendapatkan pengobatan ARV
– Prevalensi IMS (GO & Syphilis)
– Prevalensi HIV
UPAYA PERLUASAN
 Pro rakyat  Informasikan dan layani sepenuh hati
dengan sebenarnya dan seluasnya, perlakuan sama
 Inklusif  HIV sama seperti IMS lainnya, Hepatitis,
TB, Malaria, DM, Hipertensi dll
 Responsif  segera atasi masalah, akses ke layanan
yang dibutuhkan
 Efektif  hindari sumber daya yang sia-sia
 Bersih  niat, perkataan & perbuatan

HIV hanya ditegakkan dengan TES HIV strategi 3


HIV bisa kena siapa saja
HIV masalah bagi semua
Ada 2 pendekatan dalam menegakkan
status HIV

1. Inisiatif Klien  Tes HIV & Konseling atas


inisiatif Klien (CITC) atau Konseling dan
Tes HIV Sukarela (KTS) atau Counselling
and Testing HIV (VCT)

2. Inisiatif Provider  Tes HIV & Konseling


atas prakarsa petugas kesehatan (PITC)
Dasar Hukum Umum
• UUD 45 Pasal 28H, 34 (3)
• UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM (49)
• UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
• UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
• UU No. 11 tahun 2005 tentang Pengesahan Inttentational Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya)
• Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia
• UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
• UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
• PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
• PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Client-initiated Counseling & Testing
=Voluntary Counseling & Testing HIV Provider-initiated Testing & Counseling
VCT PITC
• Belum diperoleh • Permenkes 369 th 2007 ttg Standar
Profesi Bidan
• Permenkes 512 th 2007 ttg Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
• Permenkes 269 th 2008 ttg Rekam Medis
• Permenkes 290 th 2008 ttg Persetujuan
Tindakan Kedokteran
• Permenkes 148 th 2010 ttg Izin & Praktik
Perawat
• Permenkes 411 th 2010 ttg Laboratorium
Klinik
• Permenkes 1438 th 2010 ttg Standar
Pelayanan Kedokteran
• Permenkes 1464 th 2010 ttg Izin & Praktik
Bidan
• Permenkes 28 th 2011 ttg Klinik
• Permenkes 01 th 2012 ttg Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan
VCT PITC

• Kepmenkes NO 1285/THN 2003 Tentang • Kepmenkes No. 241 tahun 2006


Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan tentang Standar Pelayanan
Penyakit Menular Seksual Laboratorium Kesehatan
• Kepmenkes No. 832 / Thn 2006 Tentang Pemeriksa HIV dan Infeksi
Oportunistik
Penetapan Rumah Sakit Rujukan Bagi
• Kepmenkes 782 tahun 2011
ODHA & Standar Pelayanan Rumah Sakit
tentang RS rujukan ODHA
Rujukan ODHA dan satelitnya
• Kepmenkes NO. 1507 / Thn 2005 Tentang
• Kepmenkes 1932 tahun 2011
tentang Pokja HIV-AIDS tahun
Pedoman Pelayanan Konseling & Testing
2012
HIV/AIDS Secara Sukarela
• Kepmenkes No. 1197/2007 Tentang Pokja
Penanggulangan HIV/AIDS Depkes
• Kepmenkes No.060/Menkes/SK/I/2009
Tentang Tim Pelatih VCT Nasional
PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
• Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
• Tenaga kesehatan terdiri dari :
– tenaga medis;
– tenaga keperawatan;
– tenaga kefarmasian;
– tenaga kesehatan masyarakat;
– tenaga gizi;
– tenaga keterapian fisik;
– tenaga keteknisian medis.
• Tenaga kesehatan lain
– Psikolog Klinis
– Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKMRS)
Aspek Operasional
• RJPMN Bidang Kesehatan
• Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014
• Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan
penyehatan Lingkungan 2010-2014
• Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung 2010-2014
• Rencana Kerja Pengendalian HIV/AIDS & IMS di Indonesia
2010-2014
• Tes HIV dan Konseling Terintegrasi di Layanan Kesehatan
(2010)
• Tes HIV dan Konseling atas Inisiasi Petugas Kesehatan (2011)
ASPEK TEKNIS
• KepKKI No. 18 tahun 2006 tentang Praktik
Kedokteran yang Baik di Indonesia
• Komunikasi Efektif Dokter - Pasien
• PerKKI No. 5 tahun 2011 tentang Legalitas STR
Dr & Drg yang sedang proses Registrasi Ulang
Sanding VCT – PITC
Pembanding VCT (KTS) PITC (TKPK)
Pelaku Dokter, Bidan, Perawat, Dokter, Bidan, Perawat
Nakes lain, Non Nakes (Nakes Layanan Kesehatan,
(terlatih) Profesional)
Konsumen / inisiatif KLIEN PASIEN
Konteks Khusus HIV Sesuai Keluhan/klinis & HIV
Relasi Sejajar Tak sejajar
Setting Umum, Masyarakat Fasyankes
Metode Option IN Option OUT
Langkah kerja Konseling Pratest – Komunikasi,Info,Edu –
Consent – Tes – Buka Hasil Consent – Tes – Hasil Lab
– Konseling Pascates (tmsk HIV) – Dukungan
 Rujuk bl perlu pengobatan (akses)
Dasar Inisiasi Pengetahuan Klien Kepentingan Dx Pasien
Pintu Masuk Asimptomatis, Faktor Risiko Keluhan/gejala, DMOM,
SOAP, Kondisi kesehatan :
IMS, TB, ANC, Sindrom HIV,
rujukan masuk
Perbandingan VCT dan PITC
Tolok Perbandingan VCT = CITC PITC
PRINSIP o Client-Centered HIV Services o Patient-Centered Health Services
o Datang ke klinik khusus untuk o Datang ke fasyankes karena kebutuhan
konseling dan testing HIV kesehatan
Pasien/Klien o Berharap konseling/konsultasi o Tidak bertujuan tes HIV
dapat pemeriksaan o Telah ada keluhan/gejala kesehatan
o Pada umumnya asimtomatis
Petugas kesehatan/ o Konselor terlatih baik petugas o Petugas kesehatan yang dilatih untuk
kesehatan maupun bukan memberikan informasi dan edukasi
Konselor
petugas kesehatan
Penekanan pada pencegahan Penekanan pada diagnosis HIV untuk
penularan HIV melalui pengkajian penatalaksanaan yang tepat bagi pasien
Tujuan utama Konseling
faktor risiko, pengurangan risiko, dan rujukan ke PDP
dan tes HIV perubahan perilaku dan tes HIV
serta peningkatan kualitas hidup
Stadium Klinis HIV Aspek Legal
Tambahan yang Rujukan PDP Layanan Komprehensif Integratif
diperlukan Konseling Adherence Eliminasi Stigma & Diskriminasi
Konseling Berpasangan Standar Pelayanan Medis Minimal
Tolok Perbandingan VCT - KTS PITC – KTP2

o Konseling berfokus klien o Pelayanan kesehatan berfokus


o Sukarela Klien pada pasien (patient-centered)
o Secara individual o Kebutuhan Pasien
o Komunikasi, Konseling o Individual (kontraktual)
o Pemeriksaan Lab khusus o Komunikasi, Informasi, Edukasi
HIV pem. penunjang diagnosis
Pertemuan Pra tes
o Hasil positif maupun o Evaluasi pem penunjang Dx,
negatif sama-sama termasuk HIV
pentingnya untuk upaya o Dukungan positif maupun
pencegahan dan negatif
peningkatan kualitas o Disclosure & tracing pasangan
hidup
o Klien dengan hasil HIV o Bila positif tetapkan stadium
positif dirujuk ke layanan klinis, CD4
PDP dan dukungan lain o Akses Pengobatan tmsk HIV
Tindak lanjut yang ada di masyarakat (PMO)
o Akses positif prevention &
rujukan ke KDS
o Chronic Care
Standar Tes HIV & Konseling pada PITC

• Pelayanan kesehatan didasarkan konsep DMOM (Diagnosis


Medis berOrientasi Masalah)
• Langkah Baku Pelayanan Kesehatan tetap dilaksanakan sesuai
SOAP
– Subyektif (Anamnesis)
– Obyektif (Pemeriksaan Fisik)
– Assessment (Pemeriksaan penunjang dll)
– Planning (Rencana tindak lanjut komprehensif)
• Penambahan pengertian tentang :
– Kepedulian dan Risiko HIV/AIDS
– Pengenalan perjalanan klinis dan patologis HIV-AIDS
– Sikap non-diskriminatif, non-eksklusif, suportif-komprehensif
Standar Konseling pada Tes HIV
• Konseling Pra tes
• Penilaian faktor risiko
• Informasi tentang HIV/AIDS
• Mendiskusikan keuntungan& kerugian mengetahui status HIV
• Mempersiapkan klien untuk mengetahui hasil Tes HIV
• Informasi pengurangan dampak buruk
• Rencana memberitahu pasangan bila hasil tes HIV positif (partner
notification)
• Konseling pasca tes
• Mempersiapkan klien untuk menerima & membuka hasil
• Menolong klien untuk memahami dan 'cope' dengan hasilnya
• Memberikan informasi lanjutan
• Informasi rujukan klien ke layanan lain
• Konseling pengurangan dampak buruk
• Mendiskusikan 'partner notification'
Standar Konseling pada Tes HIV (lanj)
• Jika hasil tes HIV negatif
• Yakinkan bahwa klien paham hasilnya
• Menolong klien 'cope'secara emosional
• Mendiskusikan 'window period' dan testing ulang
• Diskusikan pengurangan dampak buruk
• Jika hasil tes HIV positif
• Ulangi pemeriksaan untuk memastikan hasil yang benar
• Berikan waktu kepada klien untuk mengungkapkan emosinya
• Yakinkan bahwa klien paham hasil tes
• Menolong klien 'cope' dengan hasilnya
• Diskusikan pelayanan komprehensif
• Konseling lanjutan dan 'partner notification‘
• Catat dalam Rekam Medis yang sama, Kartu Pasien Nomor Register Nasional,
Register PraART
• Rujuk ke CST (PDP)
Standar Konseling pada Tes HIV (lanj)
• Konseling Adherence
• Memastikan hasil, menolong melewati renjatan psikologis
• HIV-AIDS bukan death sentence
• Memastikan bahwa Klien paham cara memperoleh pertolongan
• Mendorong klien mampu melindungi diri sendiri dan orang di sekitarnya
• Konseling kecukupan Gizi
• Perlunya obat profilaksis, menyingkirkan IO.
• ARV hanya diberikan pada saatnya oleh dokter terlatih dan berpengalaman
• Sekali minum ARV selamanya terus minum ARV
• Efek obat optimal hanya jika kepatuhan 100%
• Mengenali efek samping, sindrom pemulihan kekebalan dan tanda-tanda
penting lainnya
• Tetap sehat, mandiri dan bertanggung jawab
• Diskusikan pengurangan dampak buruk
• Mengatasi stigma dan diskriminasi
Standar Konseling pada Tes HIV (lanj)
• Konseling Berpasangan
• Pola komunikasi pasangan
• “Partner notification”
• Perlindungan pada pasangan
• Pemilihan saat yang tepat
• Mengajak menggunakan Hak atas pemeriksaan kesehatan
• Perencanaan hidup dan cita-cita
• Tetap sehat, mandiri dan bertanggung jawab
• Diskusikan pengurangan dampak buruk
• Mengatasi stigma dan diskriminasi
• Dukungan optimal dan menghidupkan
PITC tidak menggantikan fungsi VCT

SINERGI
VCT tidak menggantikan
fungsi tenaga layanan
kesehatan
WHO consultative meeting 1993
Clinical staging of HIV in resource-limited settings

WHO 1

WHO 2

WHO 3

WHO 4
VCT/ADULTS
KTS
BUMIL KTPK/PITC 65
Tes HIV dan Konseling
oleh tenaga kesehatan
• Pelayanan kesehatan didasarkan konsep DMOM (Diagnosis
Medis berOrientasi Masalah)
• Langkah Baku Pelayanan Kesehatan tetap dilaksanakan sesuai
SOAP
– Subyektif (Anamnesis)
– Obyektif (Pemeriksaan Fisik)
– Assessment (Pemeriksaan penunjang dll)
– Planning (Rencana tindak lanjut komprehensif)
• Penambahan pengertian tentang :
– Kepedulian dan Risiko HIV/AIDS
– Pengenalan perjalanan klinis dan patologis HIV-AIDS
– Sikap non-diskriminatif, non-eksklusif, suportif-komprehensif
PENGENDALIAN HV-AIDS DAN IMS
Visi
Misi
SASARAN 16 Kegiatan TUJUAN
SrategI
Kebijakan (Tahun 2012-2014)

CSO FR – Promotif, Preventif


Kuratif , Rehabilitatif
Gov
ED
PT

Infeksi baru HIV Kasus HIV belum


Community terdiagnosis

Pusat Pengetahuan Diskriminasi


Komprehensif (PK)
Dinkes Prov Kualitas ODHA
Penggunaan Kondom
Dinkes Kab/Kota (PK)

RS
& Puskesmas
fasyankes Wadah
lainnya yang ada
dalam
masyarakat Kerangka Konsep
Pengendalian HIV-AIDS dan IMS Komprehensif
di Kabupaten/Kota
+ + NSPK

Rujukan and Follow-up


HC Puskesmas Petugas Puskesmas/ Puskesmas
Klinik, Polindes ,
KDS/LSM
Poskesdes, Dll
Satelit Layanan
KIE (PK-PK, FR), Rujukan
Komprehensif

Rujukan dan Follow-up


Rujukanl dan Follow-up

LS -up
NSPK
Kader/WM/KDS/LSM

KIE (PK-PK, FR), TK-Lab, PDP, PDBN,

w
llo
PPIA, TB-HIV, IMS, KU, PDP, SE

PK/LSM
Fo
S/
/ W an Lab Pusekesmas : Rapid Test HIV, Sifilis, GO, Klamidia

D
d

/K
n

M
K uka

+
er
uj
R

ad

NSPK





Rujukan dan Follow-up

KDS/LSM RS Kabupaten/Kota Rujukan NSPK


WM/KDS/LSM
Layanan
Komprehensif
KIE (PK-PK, FR), TK-Lab, PD), PDBN, PPIA, TB-HIV, IMS, KU,
KIE (PK-PK, FR), Rujukan
PDD&PD (PMI), SE
Labkesda: Rapid Test HIV, ELISA, Sifilis, GO, Klamidia, CD4, Rujukan VL (BLK)
Gambar : Kerangka kerja
Layanan Komprehensif Berkesinambungan HIV - IMS

Fasyankes
Primer
(Puskesmas) LKB PBM
Ormas/LSM
Fasyankes
Relawan
Sekunder
Org. Agama
(RS Kab/Kota) LKB
ODHA + Keluarga
Konseling
dan Tes HIV


Masyarakat

PBR
Fasyankes
Keluarga,
 Tersier
(RS di Provinsi) LKB ODHA,

 Team PBR

Kelompok
Pendukung
Keterangan:
Fasyankes: Fasilitas Layanan Kesehatan
PBM: Perawatan Berbasis Masyarakat
PBR: Perawatan Berbasis Rumah
Framework Layanan Komprehensif
Berkesinambungan
KOMISICO M M U N IT Y
PENANGGULANGAN
O R G A N IZ E R
AIDS (KPA)

Fa sy a n k e s Fa sy a n k e s
Se ku n d e r P r im e r
PU SKESM A S
R S K a b /K o ta
KA D ER

M a sy a ra k a t

PBM :
LS M , O rm a s ,
K e lo m p o k O r s o s , R e la w a n
Fa sy a n k e s D u k u n ga n
PBR:
T e r s ie r K e lu a r g a O D H A
R S P r o v in s i

C O M M U N IT Y
O R G A N IZ E R
6 PILAR DALAM YANKOMPRE/LKB

• Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan dg semua


pemangku kepentingan di setiap lini
• Pilar 2: Pelayanan terintegrasi dan
terdesentralisasi sesuai kondisi setempat
• Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja
• Pilar 4: Paket layanan HIV komprehensif yang
berkesinambungan
• Pilar 5: akses layanan terjamin
• Pilar 6: Keterlibatan ODHA dan Keluarga
Prioritas Prakarsa Treatment 2.0
• Optimalisasi paduan obat Optimalisasi
ARV paduan
obat ARV
• Mendorong peggunaan Diagnostik
Mobilisasi dan
diagnostik dan
pemantaun
pemantauan laboratorium masyarakat Treatment ditempat dan
di tempat dan sederhana 2.0 sederhana
• Mengurangi biaya
• Adaptasi sistem layanan Adaptasi Mengurangi
• Mobilisasi masyarakat sistem biaya
layanan

Diterjemahkan dari:
The treatment 2.0 framework for action: catalysing the next phase of treatment, care and support,
2011”.
Tujuan
1. Meningkatnya akses dan cakupan upaya promosi,
pencegahan, pengobatan HIV & IMS serta rehabilitasi
berkualitas, serta memperluas layanan hingga tingkat
Fasyankes Primer dan berfokus pada Populasi Kunci.

2. Meningkatnya pengetahuan dan rasa tanggung jawab


dengan memperkuat koordinasi antar pelaksana layanan HIV
& IMS melalui peningkatan partisipasi komunitas dan
masyarakat madani

3. Semakin membaiknya dampak pengobatan ARV dengan


mengadaptasi Treatment 2.0 dalam model layanan
terdesentralisasi dan terintegrasi
Kebijakan
• Kerangka kerja standar
 panduan standar dan dukungan bagi penyelarasan layanan
secara nasional dan bagi para mitra terkait
 panduan yang tepat, efisien dan konsisten dalam
perencanaan di setiap tingkat

• LKB HIV tersedia sedekat mungkin dengan tempat


tinggal masyarakat yang membutuhkan, namun
pengembangan tempat layanan dan jenisnya sangat
tergantung dari tingkat prevalensi HIV di suatu
daerah.
Pengembangan LKB HIV
Pengertian (1/3)
• Layanan Komprehensif:
 upaya yang meliputi upaya promotif, preventif kuratif,
dan rehabilitatif bagi masy yang membutuhkan (
yang blm terinfeksi agar tidak tertular, yang sudah
terinfeksi agar kualitas hidup meningkat)
 melibatkan seluruh sektor terkait, masyarakat
termasuk swasta, kader, LSM, kelompok dampingan
sebaya, ODHA, keluarga, PKK, tokoh adat, tokoh
agama dan tokoh masyarakat serta
organisasi/kelompok yang ada di masyarakat
Pengembangan LKB HIV
Pengertian (2/3)
• Layanan Berkesinambungan:
pemberian layanan komprehensif HIV atau
paripurna sejak dari rumah atau komunitas,
hingga ke Fasyankes (puskesmas, klinik dan rumah
sakit) selama perjalanan infeksi HIV
dimaksudkan sebagai layanan terpadu dan
berkesinambungan untuk memberikan dukungan
baik aspek manajerial, medis, psikologis maupun
sosial untuk ODHA selama perawatan dan
pengobatan untuk mengurangi atau
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Pengembangan LKB HIV
Pengertian (3/3)
Cakupan LKB HIV: semua bentuk layanan HIV dan IMS
 KIE pengetahuan komprehensif
 Promosi penggunaan kondom
 Penilaian/Pengendalian Faktor Risiko
 Layanan Konseling dan Tes HIV (KTS dan KTIP)
 Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP)
 Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA)
 Pengurangan Dampak Buruk NAPZA (LASS, PTRM, PTRB)
 Layanan IMS
 Pencegahan penularan melalui darah donor dan produk darah
lainnya
 Penjangkauan, Pendampingan dan Peningkatan upaya kepatuhan
 Kegiatan monev dan surveilans epidemiologi
Layanan Komprehensif HIV
Komunikasi, Edukasi dan Dukungan psikososial,
Tatalaksana Klinis
Informasi, dan Prevensi ekonomi, dan legal
• KIE • Tatalaksana medis • Dukungan psikososial
• Dukungan kepatuhan berobat dasar Terapi ARV • Dukungan sebaya
(Adherence) • Diagnosis IO dan • Dukungan spiritual
• Ketrampilan hidup (Life skills) komorbid terkait HIV • Dukungan sosial
• Positive prevention serta pengobatannya, • Dukungan ekonomi:
• Ketersediaan Kondom termasuk TB latihan kerja, kredit
• Pengurangan dampak buruk • Profilaksis IO mikro, kegiatan
NAPZA (MMT, NSP, dls) • Tatalaksana Hepatitis peningkatan
• PPIA B dan C pendapatan,, dsb.
• Layanan Layanan IMS, KIA, KB • Perawatan paliatif, • Dukungan legal
dan Kesehatan reproduksi termasuk tatalaksana
remaja nyeri,
• Tatlaksanan IMS • Dukungan gizi
• Vaksinasi Hep-B bagi bayi dan
para penasun (bila tersedia)
• PPP
Pengembangan LKB HIV
Jenis-jenis Layanan
1. KIE bagi masyarakat
2. Pengenalan/Pengendalian Faktor Risiko
3. Konseling dan Tes HIV (KT dan KTIP)
4. Pencegahan Infeksi HIV
a. Diagnosis, pengobatan, dan tata laksana IMS
b. Promosi penggunaan kondom bagi perilaku berisiko
c. Pencegahan infeksi HIV dan lay. Kespro bagi pasangan
diskordan(positif prevention/pencegahan sekunder)
d. Pengurangan dampak buruk bagi Pop. Kunci
e. Pencegahan penularan dari ibu ke anaknya
f. Perawatan dan pengobatan HIV
g. Dukungan ODHA dan keluarganya
5. Pengobatan IO, ARV dan rehabilitasi
Pengembangan LKB HIV
Model Layanan
Pengembangan LKB HIV
Unsur Utama
No. Pilar Utama Maksud dan Tujuan
Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan dengan Mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif
semua pemangku kepentingan di semua pemangku kepentingan
setiap lini

Pilar 2: Layanan terintegrasi dan Tersedianya layanan terintegrasi sesuai


terdesentralisasi sesuai kondisi dengan kondisi setempat.
setempat

Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja Adanya jaminan kesinambungan dan linkage
antara komunitas dan layanan kesehatan.

Pilar 4: Paket layanan HIV komprehensif Tersedianya layanan berkualitas sesuai


yang berkesinambungan kebutuhan individu
Pilar 5: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik dari sisi geografis,
finansial dan sosial, termasuk bagi kebutuhan
populasi kunci

Pilar 6: Keterlibatan ODHA dan Keluarga Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas


layanan, meningkatkan cakupan, dan retensi
pada perawatan dan pengobatan, serta
mengurangi stigma dan diskriminasi.
Pengembangan LKB HIV
Unsur Utama
No. Pilar Utama Maksud dan Tujuan
Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan dengan Mendapatkan dukungan dan keterlibatan
semua pemangku kepentingan di aktif semua pemangku kepentingan
setiap lini

Pilar 2: Layanan terintegrasi dan Tersedianya layanan terintegrasi sesuai


terdesentralisasi sesuai kondisi dengan kondisi setempat.
setempat

Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja Adanya jaminan kesinambungan dan linkage
antara komunitas dan layanan kesehatan.

Pilar 4: Paket layanan HIV komprehensif Tersedianya layanan berkualitas sesuai


yang berkesinambungan kebutuhan individu
Pilar 5: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik dari sisi geografis,
finansial dan sosial, termasuk bagi kebutuhan
populasi kunci

Pilar 6: Keterlibatan ODHA dan Keluarga Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas


layanan, meningkatkan cakupan, dan retensi
pada perawatan dan pengobatan, serta
mengurangi stigma dan diskriminasi.
Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan di setiap lini

Layanan Klinis
Tingkat Dinkes Fasyankes Tersier (RS
Provinsi Provinsi Rujukan Provinsi)

Tingkat ODHA dan Layanan Klinis


Dinkes
populasi kunci Fasyankes Sekunder
Kab/Kota Kab/Kota (RS Kab/ Kota

Forum Koordinasi di Tingkat


Kabupaten Kota
ORMAS, Unsur LSM. Kader,
Pemda terkait Toma, Toga

Fasyankes
Primer
Tingkat (Puskesmas dll.)
Puskesmas

Pencegahan dan Pencegahan dan


Perawatan Berbasis Perawatan Berbasis
komunitas Rumah
Memperkuat Pengelolaan program di
Kab/kota
Pilar 2: Pelayanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai
kondisi setempat

• Integrasi layanan dan desentralisasi pengelolaan sumber daya


diadaptasi sesuai situasi epidemi HIV dan kondisi di
kabupaten/kota (yaitu epidemi terkonsentrasi atau meluas,
kapasitas sistem layanan kesehatan, LSM pemberi layanan,
termasuk layanan bagi kelompok populasi kunci, dsb)

• Banyak layanan PDP yang menuju layanan “satu atap” yang


sebaiknya terus diupayakan secara bertahap, dengan prioritas
integrasi layanan HIV di layanan lainnya seperti di layanan TB,
layanan IMS, KIA, KB, PTRM, LASS dan kesehatan reproduksi
remaja.
Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja
(Bagan Jejaring Kerja)
s Fokus layanan di
s tingkat Kabupaten/
kota, dengan alur
s
rujukan ke/dari RS
Kab/Kota, Puskesmas
atau RS satelit dan LSM
s
s

s
RS Provinsi
s RS Kab/Kota
s
Puskesmas Satelit (PDP)
Puskesmas
LSM/Ormas/KD
Rujukan kasus komplikasi
Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja
(Bagan Sistem Rujukan)

Fasyankes Tersier
(Pusat/Provinsi)
Tatalaksana kasus komplikasi
Layanan dan duungan super spesialistik

Rujukan vertikal dan


Fasyankes Sekunder horisontal timbal
Pemantauan (Pusat LKB) balik,
pasien Layanan komprehensif, Mentoring klinis
koordinasi, pembentukan
kelompok ODHA dan dukungan

Fasyankes Primer
(Puskesmas, klinik LKB)
Layanan kesehatan dasar, kader,
dan dukungan sebaya

Masyarakat
Layanan berbasis komunitas/rumah, PMO,
Kader, dukungan Sebaya
Pintu masuk Layanan HIV
Poliklinik
TB
IMS
Poli Umum Bangsal
Datang sendiri Poli Anak Penyakit Dalam, Anak,
Poli Kebidanan (PMTCT) Bedah, Kebidanan
Poli KIA/KB
Poli mata
Poli Gigi
Penjangkauan Poli Jiwa Rutan dan Lapas
Penasun, Waria, Klinik Rumatan Metadon
LSL, PSK
Unit Transfusi Darah

Keluarga
Pasangan
KTIP atau
Anak Layanan Swasta
KTS Klinik/ Praktek swasta

Organisasi Kemasyarakatan Layanan Kesehatan


Kelompok sebaya, PBR, PKK, Perusahaan
SPSI, Karang Taruna HIV
(+)
• Dokumentasi hasil tes
Pengobat Tradisional • Konseling pasca tes
Dukun • Informasikan pelayanan yang
tersedia

Pasien terdaftar dalam Perawatan Kronis HIV


Pilar 4: Paket layanan HIV komprehensif yang
berkesinambungan

• Diterapkan sesuai strata dari layanan dengan peran


dan tanggung jawab yang jelas
• Isi paket dapat diadaptasi sesuai keadaan, sumber
daya, dan situasi epidemi HIV, dan berkembang
sesuai kebutuhan.
• Implementasi keseluruhan paket di rumah sakit,
puskesmas dan layanan komunitas dapat
dikembangkan bertahap sesuai kondisi sumber daya
(keuangan, tenaga), kapasitas dan prioritas
kebutuhan.
Kebutuhan akan layanan sepanjang waktu dan tahapan
penyakit

Perawatan paliatif
Perawatan berbasis rumah
PPIA Terapi ARV

PPP IO dan penyakit terkait HIV


diagnosis, perawatan, pengobatan, dan profilaksis
Dukungan psikososial dan spiritual
Individual dan keluarga ... perawat.... yatim piatu
Konseling dan Tes HIV
Pencegahan
Tatalaksana IMS, PDB, KPP, KIE, Kewaspadaan Standar
FASE
HIV (-) TERPAJAN HIV (+) AIDS
TERMINAL
Pilar 5: Akses layanan terjamin

• Untuk menjamin bahwa layanan dapat diakses oleh


masyarakat dan kelompok populasi kunci serta sesuai
dengan kebutuhannya maka diperlukan suatu
lingkungan yang mendukung baik yang berupa
kebijakan maupun peraturan perundangan.

• Model perawatan berkesinambungan harus juga


meliputi intervensi terarah, guna memenuhi
kebutuhan spesifik dari kelompok populasi kunci dan
rentan lainnya.
Pilar 6: Keterlibatan ODHA dan Keluarga

• Peningkatan peran serta ODHA dan kelompok dukungan


sebaya secara efektif dalam berbagai aspek termasuk layanan
kesehatan berbasis komunitas maupun Fasyankes telah
terbukti efektif dan dapat memperbaiki kualitas layanan bagi
ODHA secara umum.

• Sistem kemitraan juga harus terus didorong, misalnya


kemitraan dalam perencanaan, penyelenggaraan layanan dan
evaluasi. Kemitraan ini penting dalam memperbaiki rujukan,
dukungan kepatuhan, mengurangi stigma dan diskriminasi di
antara pemangku kepentingan.
Paket Pelayanan HIV-AIDS dan IMS Terintegrasi dalam LKB
(Layanan Komprehensif Berkesinambungan)

Penjangkauan
Penjangkauan
Outreach Rajal
Outreach
IMS
TB KTIP KIA/KB
KTIP KTIP

KTS LKB
PDP KDS

PTRM/LASS LAB/Rad
KTIP Ranap KTIP
KTIP
Eliminasi Stigma & Diskriminasi
• Stigma : Cap buruk yang diberikan pada seseorang
karena perbedaan
• Diskriminasi : Perlakuan berbeda yang diberikan atau
diterima karena adanya perbedaan
• Peran kekuasaan-pengetahuan-informasi dan
kepedulian.
• Latar belakang : keyakinan (beliefs), tata nilai (values)
dan norma
• UUPK, UU Kesehatan, UU HAM, Etika Profesi, Sangsi
Hukum, Sosial Budaya.
Standar Pelayanan Medis Minimal
• pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal
• kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. kesehatan sebagai hak
asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya
kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat
• Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis
• penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga profesional yang
memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada penerima dan pemberi pelayanan kesehatan
• Standar pelayanan medis sesuai strata yaitu berupa pedoman yang harus diikuti
oleh tenaga medis (dokter atau dokter gigi) dalam menyelenggarakan pelayanan
medis.
Aspek penting : PPIA
Pelaku Petugas KIA (Dokter, Bidan, Perawat &/ psikolog-
konselor), kewaspadaan standar
Inisiasi Setiap Ibu Hamil pada K1
Integrasikan pada ANC (bersama pemeriksaan
darah lainnya)
3C 2R (buku KIA, register bumil, SIM)
Hasil Negatif maupun positif : berikan dukungan
Hasil positif Bumil HIV : INDIKASI ARV
ARV diberikan setelah minggu ke 14, seumur hidup
setiap 12 jam. Kepatuhan sangat penting
ARV AZT + 3TC + NVP (EFZ berefek teratogenik)
Aspek penting : Profilaksis IO
Kotrimoksasol  HIV stadium 2, 3 dan 4
Profilaksis  Berikan dua minggu sebelum mulai ARV : ES (-), cara
minum /12 jam, adherence, menurunkan risiko IRIS,
dan interaksi obat

Start ARV  HIV Stadium 3 & 4


 CD4 < 350 sel/mm3, (+/- klinis)

Lini Pertama Harus berisi 2 NRTI + 1NNRTI , dengan pilihan:


 AZT + 3TC + NVP
 AZT + 3TC + EFV
 TDF + 3TC (atau FTC) + NVP
 TDF + 3TC (atau FTC) + EFV

Lini Kedua Harus pakai Protease Inhibitor (PI) yang diperkuat oleh
Ritonavir (ritonavir-boosted) + 2 NRTI, (sesuai lini
pertama dan 3TC).
PI yang ada di Indonesia dan dianjurkan digunakan
adalah Lopinavir/ritonavir (LPV/r)
Aspek penting : Profilaksis IO
Koinfeksi Penjelasan
Koinfeksi HIV-TB TB adalah IO terbanyak penderita AIDS di Indonesia
TB :Stadium 3. Clinical judgement : Obati dulu TB nya
Pilihan terapi : a) OAT lengkap 6 bulan, b) OAT 2 bulan,
c) OAT 2 minggu, d) bersamaan.
Setiap penderita AIDS diskreening verbal TB
Koinfeksi HIV-HBV Stadium tidak bermakna,
Inisiasi Clinical judgement (Ggan Fs Hati)
TDF + 3TC + Emtricitabine (FTC)
Pemantauan Akses pemeriksaan lab CD4 (TLC tdk untuk monitor
Laboratoris Pemeriksaan HIV RNA (viral load) bila risiko gagal
pengobatan.
Toksisitas obat : klinis, gejala, tanda dan hasil
laboratorium
EFEK ARV pada ODHA
Sept 2003
Bagaimana hasil Pengobatan dgn ARV bagi Individu
yang taat ???
Tes HIV
• Tes HIV diintegrasikan pada tes darah rutin pada
pasien di daerah generalized level bersama
dengan tes darah lainnya seperti darah tepi, Ur.
Creat, Hepatitis, Malaria, Sifilis, LFT, dll, sesuai
kebijakan setempat dan/atau keputusan medis
• Tes HIV ditawarkan pada bumil, asal memenuhi
syarat Siap-Adherens-Disiplin-Aktif-Rajin
• Tes apapun ditujukan semata-mata untuk
kepentingan pasien
• Tes apapun harus dilengkapi penjelasan dan
tercatat dalam rekam medis (informed-consent)
• Selalu dilakukan edukasi / dukungan / konseling
Waww.. !!! What is it…???
Do you want to know the answer ???

ll confuse!!, Ok Lets turn this picture to right 180 deg


See. As I told you so.
, This is a picture of a girl holding a glass and her neck
ybe she got injured in her neck and try to massage it with oil in the glas
Berapakah ukuran cup-nya?

A B C D GIVE UP
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai