Anda di halaman 1dari 43

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

(DIMENSI RESPON)

By. Safariah Anggraini, Ners,M.Kep.
Capaian Pembelajaran :

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran komunikasi keperawatan
II, jika berkomunikasi dengan klien, keluarga, kelompok, atau
tenaga kesehatan mahasiswa akan :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi
terapeutik ?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan  dimensi respon ?
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan empati ?
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kongrit ?
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan respek ?
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesejatian?
LATAR BELAKANG

 Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan
keperawatan dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi (nonverbal/verbal).

 Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan


menurut Engel dan Morgen yaitu komunikasi dapat membina
hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi dapat menetapkan
peran dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya
komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat
dan akurat dari klien.

Dari fungsi yang diuraikan, maka
asuhan keperawatan tidak dapat
dipisahkan dengan komunikasi karena
tiap langkah membuat asuhan
keperawatan adalah dengan
komunikasi.

Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak
berhubungan dengan fasilitas di rumah sakit, melainkan
biasanya karena tidak diberitahu penyakitnya, pertanyaan
yang disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil
prosedur yang dilakukan atau pengobatan. Situasi tersebut
dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi perawat-
klien. Perawat perlu menyadari diri sendiri termasuk sikap
dan caranya berkomunikasi sebelum menggunakan
dirinya secara terapeutik untuk membantu kerjasama
dengan klien dalam memecahkan dan mengatasi masalah
kesehatan klien.
Sikap perawat dalam komunikasi

Perawat hadir secara utuh (fisik dan
psikologis) pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup
mengetahui teknik komunikasi dan isi
komunikasi, tetapi yang sangat penting
adalah sikap dan penampilan komunikasi.

Kehadiran fisik, menurut Evans mengidentifikasi 4 sikap
dan cara utk menghadirkan diri secara fisik, yaitu : 
1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap untuk
anda“
2. Mempertahankan kontak mata : berarti menghargai
klien dan menyatakan keinginan untuk tetap
berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan
keinginan atau mendengar sesuatu
4. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam merespon klien.

Kehadiran psikologis dapat dbagi
dalam dua dimensi yaitu dimensi
tindakan dan dimensi respon
Dimensi Respon

 Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan
dengan klien karena berpengaruh pada interaksi
selanjutnya. Dimensi respon ini terdiri dari respon perawat
yang ikhlas,menghargai,empati,dan konkrit.

Dalam hubungan terapeutik perawat seharusnya berespons dengan tulus


ikhlas,tidak berpura-pura,dan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai
klien dengan menerima klien apa adanya.Sikap perawat sebaiknya tidak
menghakimi,tidak mengkritik,tidak mengejek ataupun
menghina.Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama
klien yang menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan
menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.
Empati

Empati merupakan kemampuan untuk masuk
dalam kehidupan klien agar dapat merasakan
pikiran dan perasaannya.Perawat memandang
permasalahan melalui kacamata
klien,merasakan melalui perasaan klien dan
kemudian mengidentifikasi masalah klien serta
membantu klien mengatasi masalah tersebut.
Perawat harus mampu bersikap empati bukan
simpati ??

Melalui penelitian, Mansfield (dikutip oleh Stuart)
mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang
menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
1. Memperkenalkan diri kepada klien.
2. Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
3. Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien
misalnya nada suara, gelisah, ekspresi  wajah
4. Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi
wajah.
5. Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon
verbal.

Sebagai contoh, ketika seorang klien
mengungkapkan kebenciannya pada
seseorang sambil marah-marah,perawat yang
bersikap simpati akan terpancing emosi dan
mungkin jadi ikut membenci,tetapi perawat
yang bersikap empati tidak akan terpancing
emosi,tetapi tenang sambil mendengarkan
semua ungkapan-ungkapan kliennya.

 Ada empat karateristik perawat yang mampu
bersikap empati yaitu : 

Kemampuan melihat permasalahan dari kacamata klien,tidak


bersikap menghakimi,menyalahkan atau
menghina,kemampuan untuk mengerti perasaan orang
lain,dan kemampuan mengkomunikasikan pengertiannya
terhadap permasalahan klien.
Wheeler dan Wolberg yang dikutip oleh stuart Sundeen membagi empati
dalam 2 tipe :


1. Empati Dasar (Basic empaty)
Merupakan respon alamiah dari seseorang
untuk mengerti orang lain.
Contoh empati dasar misalnya ketika ada
anak kecil menangis, secara spontan
seseorang akan bertanya,”Ada apa nak?
kenapa menangis?” sambil mengusap
kepala anak itu.
Empati Terlatih ( Trained Empaty /
Clinical Empaty / Profesional Empaty)

Merupakan kemampuan berempati yang diperoleh
setelah melalui training dalam rangka menolong orang
lain. Seorang perawat yang telah belajar komunikasi
terapeutik atau yang telah memperoleh pelatihan
tentang empati tentu akan mampu berempati secara
tepat pada setiap keadaan kliennya.
Konkrit

Konkrit adalah dalam
berkomunikasi perawat
menggunakan terminologi yang
spesifik bukan abstrak. Hal ini perlu
untuk menghindarkan keraguan dan
ketidakjelasan.

 Misalnya ketika klien menangis menceritakan
tentang kesedihannya ditinggal oleh suaminya,
perawat duduk diam mendengarkan
keluhan,kesedihan atau pengingkaran klien sambil
mengusap-usapkan punggung klien dengan lembut.
Stuart G.W. telah mengidentifikasikan tiga
kegunaannya yaitu :


1. Mempertahankan respon perawat terhadap
perasaan klien. Dengan menunjukkan
ekspresi yang konkrit,bukan berpura-pura
disertai pernyataan yang jelas dan sesuai
perawat akan mampu menunjukkan dan
mempertahankan responnya terhadap
perasaan klien.
2. Memberi penjelasan yang akurat


Pernyataan-pernyataan yang konkrit dan tidak
abstrak dari perawat akan mendukung setiap
penjelasan yang disampaikan nya pada
klien.Perkataan yang penuh keraguan dan
penggunaan istilah yang tidak dimengerti oleh
klien hanya akan membingungkan klien.
Mendorong klien memikirkan masalah yang
spesifik dengan berespons secara konkrit

Perawat dapat mendorong klien untuk
lebih focus pada masalah yang
dihadapinya.Hal ini terjadi karena respons
yang konkrit dari perawat menumbuhkan
rasa percaya klien sehingga klien mau dan
mampu mengungkapkan masalahnya.
Keikhlasan

Perawat menyatakan melalui keterbukaan,
kejujuran, ketulusan dan berperan aktif
dalam berhubungan dengan klien.
Perawat berespon dengan tulus, tidak
berpura-pura, mengekspresikan perasaan
yang sebenarnya dan spontan.
Menghargai

Perawat menerima klien apa adanya. Sikap
perawat harus tidak menghakimi, tidak
mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina.
Rasa menghargai dapat dikomunikasikan
melalui: duduk diam bersama klien yang
menangis, minta maaf atas hal yang tidak
disukai klien dan menerima permintaan klien
untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.
Konfrontasi
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan

perawat tentang perilaku klien ynag tidak
sesuai. Carkhoff mengidentifikasi 3 katagori
konfrontasi, yaitu:
a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien
(ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri
klien (keinginan klien)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal
dan perilaku klien.
c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien
dan pengalaman perawat.

 Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien
terhadap kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan
perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif, bukan marah
atau agresif.

 Sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji


antara lain: tingkat hubungan saling percaya, waktu yang
tepat, tingkat kecemasan klien dan kekuatan koping klien.
Konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang telah
mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.
Kesegeraan

Kesegeraan berfokus pada interaksi dan
hubungan perawat-klien saat ini. Perawat
sensitif terhadap perasaan klien dan
berkeinginan membantu dengan segera.
Keterbukaan

Perawat harus terbuka memberikan
informasi tentang dirinya, ideal diri,
perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya.
Perawat membuka diri tentang pengalaman
yang berguna untuk terapi klien. Tukar
pengalaman ini memberi keuntungan pada
klien untuk mendukung kerjasama dan
memberi sokongan.

Melalui penelitian ditemukan bahwa
peningkatan keterbukaan antara
perawat-klien dapat menurunkan
tingkat kecemasan perawat-klien
Emotional Chatarsis

 Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara
tentang hal yang sangat mengganggu dirinya. Ketakutan,
perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik
diskusi antara perawat-klien.

 Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien


mendiskusikan masalahnya. Jika klien mengalami
kesukaran mengekspresikan perasaannya, perawat dapat
membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika
berada pada situasi klien.
 Bermain Peran

 Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi
tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan
kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan
melihat situasi dari pandangan orang lain. Bermain
peran menjembatani antara pikiran serta perilaku dan
klien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku
baru pada lingkungan yang aman.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KLIEN
ANAK
Cara yang terapeutik dalam berkomunikasi
dengan anak adalah sebagai berikut:

1. Nada suara
Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
Hindari sikap mendesak untuk dijawab dengan
mengatakan “jawab dong”.

2. Mengalihkan aktivitas
Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat
meningkatkan rasa cemas terapis dan
mengartikannya sebagai tanda hiperaktif. Anak lebih
tertarik pada aktivitas yang disukai sehingga perlu
dibuat jadual yang bergantian antara aktivitas yang
disukai dan aktivitas terapi yang diprogramkan.

3. Jarak interaksi
Perawat yang mengobservasi tindakan non verbal dan
sikap tubuh anak harus mempertahankan jarak yang
aman dalam berinteraksi.

4. Marah
Perawat perlu mempelajari tanda kontrol perilaku
yang rendah pada anak untuk mencegah temper
tantrum. Perawat menghindari bicara yang keras dan
otoriter serta mengurangi kontak mata jika respon
anak meningkat. Jika anak mulai dapat mengontrol
perilaku maka kontak mata dimulai kembali namun
sentuhan ditunda dahulu.

5. Kesadaran diri
Perawat harus menghindari konfrontasi secara langsung,
duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak
diletakkan antara perawat dan anak. Perawat secara non verbal
selalu memberi dorongan, penerimaan dan persetujuan jika
diperlukan.

6. Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan stres dan cemas
khususnya pada anak laki-laki.
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Dalam menanggapi pesan yang
disampaikan klien, perawat dapat
menggunakan berbagai teknik
komunikasi terapeutik sebagai berikut :

1. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan
mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri
kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat
harus menjadi pendengar yang aktif.

2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)


Memberi kesempatan untuk memilih, contoh: apakah yang
sedang saudara pikirkan?, apa yang akan kita bicarakan hari
ini?. Beri dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan,
saya mengerti atau oohh .…

3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.
Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan
memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan
klien.

4. Klarifikasi

Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak


mendengar atau klien berhenti karena malu
mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh
tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-
pindah. Contoh: dapatkah anda menjelaskan kembali
tentang …? Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide,
perasaan dan persepsi perawat-klien.
Refleksi

1. Refleksi isi, memvalidasi apa yang didengar.
Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan
pengertian perawat.
2. Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan
klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui
dan menerima perasaannya.
Gunanya untuk:
a. mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b. mengoreksi
c. memberi keterangan lebih jelas.
Kerugiannya adalah:
a. mengulang terlalu sering tema yang sama
b. dapat menimbulkan marah, dan frustasi.

6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih
dan yang penting serta menjaga pembicaraan tetap
menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : Wanita sering jadi bulan-bulanan.
Perawat : Coba ceritakan bagaimana perasaan anda
sebagai wanita.

7. Membagi Persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.
Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi
informasi.
Contoh: Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah kepada saya.

8. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul
selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan
mengeksplorasi masalah yang penting. 
Misalnya: Saya lihat dari semua keterangan yang anda jelaskan, anda telah
disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya? 

9. Diam (Silence)
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah
mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk
memberi kesempatan berpikir dan memotivasi
klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri,
teknik diam berarti perawat menerima klien.
10.Informing
Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan
kesehatan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai