Laporan Kasus Fraktur Femur Fix
Laporan Kasus Fraktur Femur Fix
FRAKTUR FEMUR
Oleh :
Budiman, S.Ked
Intan Mayang Sari, S.Ked
Rama Rafina, S.Ked
Sabrine Dwigint, S.Ked
Preceptor :
dr. Edi Marudut, Sp.OT
SMF BEDAH
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
Laporan Kasus “Fraktur Femur” . Selanjutnya, Laporan kasus ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas perceptor bagian Orthoprdi Stase Bedah. Kepada dr. Marudut, Sp.OT
sebagai pembimbing kami dalam menusun laporan kasus ini, kami ucapkan terima kasih
atas segala pengarahannya sehingga laporan ini dapat kami susun dengan cukup baik.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi
isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami ingin meminta maaf atas
segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan,
wawasan, dan keterampilan kami. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan, guna untuk kesempurnaan laporan selanjutnya dan perbaikan untuk kita
semua.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan
berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.
Tim Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Apriansyah
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Bangsa :
Lampung
Agama : Islam
No. MR : 430619
I. Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis Tanggal : 09-10-2015 Jam : 07.00
WIB
1) Keluhan Utama
Luka terbuka pada paha bagian bawah kanan
2) Keluhan Tambahan
Nyeri pada bagian luka, tungkai tidak dapat digerakkan
3) Riwayat Penyakit
Pasien datang dengan keluhan luka terbuka pada paha kanan bagian
bawah dan terdapat luka-luka lecet pada tumit kanan dan bagian tungki
bawah akibat kecelakaan lalu lintan ± 3 jam SMRS. Kecelakaan bermula
ketika pasien sedang mengendarai sepeda motor tiba-tiba dari arah depan
datang mobil dan menabrak pasien sehingga pasien terjatuh dan pasien
tertimpa sepeda motor dan kaki terbentur aspal. Pasien mengenakan
helm. Pasien pingsan beberapa saat dan lagsung sadarkan diri kembali.
Mual-muntah tidak ada. Riawayat alkohol tidak ada. Riwayat perdarahan
melalui hidung, mulut disangkal. Setelah kejadian pasien langsung
dibawa ke RSAM.
4) Riwayat Keluarga
(-)
5) Riwayat masa
lampau
a) Penyakit terdahulu
Tidak ada
b) Trauma terdahulu
Tidak ada
c) Operasi
Tidak ada
d) Sistem saraf
Tidak ada
e) Sistem kardiovaskular
Tidak ada
f) Sistem gastrointestinal
Tidak ada
g) Sistem urinarius
Tidak ada
h) Sistem genital
Tidak ada
i) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada
II. Status Present
a) Status umum
Keadaan umum : Tampak sakit Sedang
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : ideal
Kulit : sawo matang
b) Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernapasan : 18x/menit
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36,50C
Kepala dan Muka
Bentuk dan ukuran : Normal, simetris
Mata : Normal
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : iktreik -/-
Refleks Cahaya : normal
Pupil : normal
Telinga : normal
Hidung : normal
Tenggorokan : normal
Mulut : normal
Gigi : normal
Leher Kelenjar
getah bening : tidak membesar
Kelenjar Gondok : tidak membesar
JVP : 5 – 2 cmH20
Dada (Thorax)
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, Fremitus
(+)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
BJ I/II reguler murmur (-)
Perut (Abdomen)
Inspeksi : Datar, lemas
Palpasi : NT (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+)
8x/menit
Regio Lumbal (Flank Area)
Dalam batas normal
Ekstremitas
Akral hangat, sianosis (-), Edema
tungkai (+/-).
Genitalia : tidak dilkukan pemeriksaan
Perianal : tidak dilakukan pemeriksaan
Neurovaskular : + Normal
Sensibilitas : + Normal
Refleks fisiologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks patologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Tulang Belakang
Tidak terdapat kelainan
c) Status lokalis
Look :
Deformitas : tidak ada
Edema : ada
Luka : luka terbuka + 1/3 distal os femur dextra.
Pemendekan : Tungkai kanan lebih proksimal dari kiri
Platella kanan lebih proksimal dari kiri
Feel
Nyeri tekan : + 1/3 distal os femur dextra
Nyeri sumbu : + 1/3 distal os femur dextra
Move
Nyeri gerak aktif (+)
Nyeri gerak pasif (+)
: 4,0 /ul
Ht
: 33 %
b) Urin rutin
c) Fases rutin
IV. Resume
Pasien datang dengan keluhan
luka terbuka pada paha kanan
bagian bawah
dan terdapat luka-luka lecet pada tumit kanan dan bagian tungki bawah
akibat kecelakaan lalu lintan ± 3 jam SMRS. Kecelakaan bermula ketika
pasien sedang mengendarai sepeda motor tiba-tiba dari arah depan datang
mobil dan menabrak pasien sehingga pasien terjatuh dan pasien tertimpa
sepeda motor dan kaki terbentur aspal. Pasien mengenakan helm. Pasien
pingsan beberapa saat dan lagsung sadarkan diri kembali. Mual-muntah tidak
ada. Riawayat alkohol tidak ada. Riwayat perdarahan melalui hidung, mulut
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernapasan : 18x/menit
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36,50C
Look :
Deformitas : tidak ada
Edema : ada
Luka : luka terbuka + 1/3 distal os femur dextra.
Pemendek : Tungkai kanan lebih proksimal dari kiri
an Platella kanan lebih proksimal dari kiri
Feel
Nyeri tekan : + 1/3 distal os femur dextra
Nyeri sumbu : + 1/3 distal os femur dextra
Move
Nyeri gerak aktif (+)
Nyeri gerak pasif (+)
Pemeriksaan lain dalam batas Normal
Laboratorium Rutin
Darah rutin
Hb : 11,1 g/dl
Leukosit : 18,680 /ul
Eritrosit : 4,0 /ul
Ht : 33 %
V. Diagnosis Kerja
Fraktur terbuka os femur 1/3 distal simple obliq cominutive ad axim cum
contractionum dextra
Farmakologi
IVFD RL gtt 20/mnt
Ceftriaxon 2 x 1gr
Asam Traneksamat 3 x 1
IX. Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad function : dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris
yang punya
facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya
terdapat cekungan disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri
sebagai collum
femoris yang kemudian disebelah lateral membulat disebut throcantor major
ke arah medial juga membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari
depan, kedua bulatan major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang
disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari belakang, kedua
bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crista intertrochanterica. Dilihat
dari belakang pula, maka disebelah medial trochantor major terdapat
cekungan disebut fossa trochanterica2.
- Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang
merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Mempunyai dataran
yaitu facies medialis, facies lateralis, facies anterior. Batas antara facies
medialis dan lateralis nampak di bagian belakang berupa garis disebut linea
aspera, yang dimulai dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan
kasar disebut tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu
labium mediale dan labium laterale, labium medial sendiri merupakan
lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal membentuk
segitiga disebut planum popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu
garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen
nutricium, labium medial lateral disebut juga supracondylaris lateralis atau
medialis1.
- Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus
lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah
bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis.
Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat
dari depan terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk
bersendi dengan os. patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya
terdapat garis disebut linea intercondyloidea1,2.
2.2 Definisi Fraktur Femur
Fraktur adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik bersifat total maupun parsial2,3. Fraktur femur adalah
terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok. Kebanyakan fraktur
terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan
tarikan akibat trauma yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan sedangkan trauma tidak langsung apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh
dengan tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan
ini biasanya jaringan lunak tetap utuh4.
Tekanan pada tulang dapat berupa: (1) tekanan berputar yang dapat menyebabkan
fraktur bersifat spiral atau oblik, (2) tekanan membengkok yang menyebabkan
fraktur transversal, (3) tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan
fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi, (4) kompresi vertikal dapat
menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya pada vertebra, (5)
trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z, (6) trauma karena tarikan pada
ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang5.
2.3 Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat kecelakaan
lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja,
cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan
fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik tumpu benturan
dengan terjadinya fraktur berjauhan5.
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu:2
a) Cedera traumatik
- Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
- Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
- Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
b) Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
- Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru
yang
tidak terkendali dan progresif.
- Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
- Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
c) Secara spontan : Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran2,3.
Femur adalah tulang terkuat dan terpanjang pada tubuh manusia, fraktur dapat
terjadi baik dari distal sampai ke proksimal femur5,6. Fraktur femur secara umum
dibedakan atas: fraktur leher femur, fraktur daerah trokanter, fraktur subtrokanter,
fraktur diafisis femur, dan fraktur suprakondiler femur3.
Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun
merupakan fraktur leher femur stadium I. Apabila fraktur femur ini tidak
ditatalaksana dengan cepat, maka akan berkembang dengan cepat menjadi fraktur
leher femur stadium IV5. Selain Garden, Pauwel juga membuat klasifikasi
berdasarkan atas sudut inklinasi leher femur seperti yang tertera pada gambar 3
yaitu sebagai berikut: 3
A B
C
Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa konservatif dengan indikasi yang
sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan
baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang
akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk
mencegah komplikasi. Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin,
pemasangan plate dan screw, dan artroplasti yang dilakukan pada penderita umur
di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti, herniartroplasti, dan artroplasti total3.
Fraktur intertrokanter
Fraktur intertrokanter menurut definisi bersifat ekstrakapsular3,5. Seperti halnya
fraktur leher femur, fraktur intertrokanter sering ditemukan pada manula atau
penderita osteoporosis. Kebanyakan pasien adalah wanita berusia 80-an5.
Fraktur terjadi jika penderita jatuh dengan trauma lansung pada trokanter mayor
atau pada trauma yang bersifat memuntir. Fraktur intertrokanter terbagi atas tipe
yang stabil dan tak stabil. Fraktur yang tak stabil adalah fraktur yang korteks
medialnya hancur sehingga terdapat fragmen besar yang bergeser yang
mencakup trokanter minor; fraktur tersebut sangat sukar ditahan dengan fiksasi
internal3,5.
Gambaran klinik fraktur intertrokanter biasanya pada pasien tua dan tak sehat.
Setelah jatuh, pasien tidak dapat berdiri. Pada pemeriksaan didapatkan
pemendekkan anggota gerak bawah dan berotasi keluar dibandingkan pada
fraktur servikal (karena fraktur bersifat ekstrakapsular) dan pasien tidak dapat
mengangkat kakinya. Fraktur tanpa pergeseran yang stabil pada foto polos dapat
terlihat sebagai tidak lebih dari retakan tipis di sepanjang garis intertrokanter5.
Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan terapi konservatif dengan traksi.
Pemasangan fiksasi interna dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh fiksasi
yang kuat dan untuk memberikan mobilisasi yang cepat pada orang tua3.
Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur,
tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur sehingga
bergeser. Femur dapat pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor
ganas. Fraktur femur sering disertasi dengan perdarahan masif yang harus selalu
dipikirkan sebagai penyebab syok. Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat
tertutup atau terbuka, simpel, komunitif, fraktur Z, atau segmental3.
Gambaran klinik sebagian besar pasien adalah orang dewasa muda. Terjadi syok
hebat, dan pada fraktur tertutup emboli lemak sering ditemukan. Ditemukan
deformitas pada tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekkan tungkai.
Paha membengkak dan memar3,5. Pada foto polos fraktur dapat terjadi pada setiap
bagian batang, tetapi yang paling sering terjadi adalah sepertiga bagian tengah.
Fraktur dapat berbentuk spiral atau melintang. Pergeseran dapat terjadi pada
setiap arah. Pelvis harus selalu difoto dengan sinar X untuk menghindari
terlewatkannya cedera panggul atau fraktur pelvis yang menyertai5.
Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi fragmen fraktur ke kulit
yang menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma pembuluh darah besar, dan
trauma saraf. Komplikasi lanjut dapat berupa malunion dan kekakuan sendi
lutut2.
Fraktur subtrokanter
Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma yang hebat.
Gambaran klinisnya berupa anggota gerah bawah keadaan rotasi eksterna,
memendek, dan ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai
nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur
yang terjadi di bawah trokanter minor. Garis fraktur bisa bersifat tranversal,
oblik, atau spiral dan sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam
keadaan posisi fleksi sedangkan distal dalam keadaan posisi abduksi dan bergeser
ke proksimal. Pengobatan dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan
menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering timbul adalah nonunion
dan malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan osteotomi atau bone
grafting2.
5. Diagnosis
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
- Syok, anemia atau pendarahan
- Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan
abdomen
- Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis2.
c. Pemeriksaan lokal
Inspeksi (Look)
Pembengkakan,
memar dan
deformitas
(penonjolan yang
abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting
adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan
dengan fraktur, cedera terbuka
Palpasi (Feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal
dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera
pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
Pergerakan (Movement)
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian
distal cedera3,5.
d. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan
motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis
atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik
karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita
serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya3.
e. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan
untuk
menetapkan kelainan tulang dan sendi :
Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang
bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologis2.
6. Pentalaksanaan
Prinsip Umum
Pengobatan bedah ortopedi secara umum mengikuti prinsip dasar pengobatan
penyakit lainnya dan berpedoman kepada hukum penyembuhan (law of nature),
sifat penyembuhan, serta sifat manusia pada umumya. Disamping pemahaman
tentang prinsip dasar pengobatan yang rasional, metode pengobatan disesuaikan
pula secara individu terhadap setiap penderita. Pengobatan yang diberikan juga
harus berdasarkan alasan mengapa tindakan ini dilakukan serta kemungkinan
prognosisnya5.
b) Pengobatan non-operatif
Bed Rest
Bed rest merupakan salah satu jenis metode pengobatan, baik secara
umum ataupun hanya lokal dengan
mengistirahatkan anggota gerak/tulang belakang dengan cara-cara
tertentu5.
Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan dalam bidang ortopedi meliputi:
- Obat-obat anti-bakteri
- Obat-obat anti inflamasi
- Analgetik dan sedatif
- Obat-obat khusus
- Obat-obat sitostatika
- Vitamin
- Injeksi lokal3,5.
c) Pengobatan operatif
Amputasi
Indikasi pelaksanaan amputasi adalah:
- Mengancam kelangsungan hidup penderita misalnya pada luka
remuk (crush injury), sepsis yang berat (misalnya gangren),
adanya tumor-tumor ganas.
- Kematian jaringan baik akibat diabetes melitus, penyakit
vaskuler, setelah suatu trauma, kombusio atau nekrosis akibat
dingin.
- Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan gangguan
atau benda asingsaja), sensibilitas anggota gerak hilang sama
sekali, adanya nyeri hebat, malformasi hebat atau osteomilitis
yang disertai dengan kerusakan hebat5.
Eksostektomi
Ini adalah operasi pengeluaran tonjolan tulang/tulang rawan misalnya
pada osteoma tulang frontal atau osteokondroma5.
Osteotomi
Osteotomi merupakan tindakan yang bertujuan mengoreksi deformitas
pada tulang, misalnya osteotomi tibial akibat malunion pada tibia
(akibat angulasi atau akibat rotasi) atau pada kubitus varus sendi siku
setelah suatu fraktur suprakondiler humeri pada anak. Osteotomi juga
untuk mengurangi rasa nyeri pada osteoartritis di suatu sendi. Pada
osteoartritis akibat genu varus misalnya, untuk mengurangi nyeri
terutama pada kompartemen medial sendi lutut dilakukan osteotomi
tinggi tibia5.
Osteosintesis
Osteosintesis adalah operasi tulang untuk menyambung dua bagian
tulang atau lebih dengan menggunakan alat-alat fiksasi dalam seperti
plate, screw, nail plate, wire/k-wire. Teknik osteosintesis yang terkenal
adalah metode AO-ASIF (Association for the Study of Internal
Fixation) yang mengadakan kursus secara teratur di Davos,
Swistzerland. Prinsip dasar metode ini adalah fiksasi rigid dan
mobilisasi dini pada anggota gerak5.
- Autograft
Disebut autograft bila sumber tulang berasal dari penderita
sendiri (dari kristal iliaka, kosta, femur distal, tibia proksimal
atau fibula). Daerah sumber disebut daerah donor sedangkan
daerah penerima disebut resipien.
- Allograft (homograft)
Disebut allograft bila sumber tulang berasal dari orang lain yang
biasanya disimpan dalam bank tulang, misalnya setelah operasi
sendi panggul atau operasi-operasi tulang yang besar. Selain itu,
allograft juga bisa dari tulang mayat.
- Xenograft (heterograft)
Disebut heterograft bila sumber tulang bukan berasal dari tulang
manusia, tetapi dari spesies yang lain.2
T
O
JK
TE
KT
S
ETED
E
R
U
K
E
RK
V
R
K
UR
NA
L
A
E
S
A
ES
S
AN
S
K
A
T
L
IR
K
KL
T
S
T
E
S
RS
TB
O
RSR
TE
IU
OI
EPI
AMD
M'
Y
N
L
HIK
SG
K
S
KSI
K
A U
KT
A
K
U
K
TUT
T
E
M
L
/AEL
E
LASA
RSL
I
L
SIKS
A
TL
O
A
ET
TI
T
KT
WT
NBA
E
AOAS
ABT
NLR
LI
U
AWT
A
C
A
RS
R
LC
BT
AKH
UA
HE
C'
SLA
R
TS
S
A K
R
P
I
E
NEA
OE
LCK
NX
EUEL
T
DTY
A-
N
LS
S
UI
ST
O
PR
N
E
2.7 Jenis Traksi
Traksi Kulit
Traksi kulit menggunakan plester lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat
dengan verban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang
merupakan batas toleransi kulit. Traksi kulit digunakan untuk periode yang
pendek dan lebih sering untuk manajemen temporer fraktur femur dan dislokasi
serta untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan5.
Traksi kulit dapat untuk terapi definitif maupun sementara atau sebagian
pertolongan pertama. Tenaga traksi dilanjutkan pada tulang lewat fasia
superficial, fasia dalam (deep) dan / serta intermuskular. Tenaga traksi berlebih
dapat menimbulkan laserasi kulit. Berat maksimum sebaiknya tidak melebih 5
Kg, tergantung dari besar atau kecilnya penderita dan dari usia penderita.
Bilamana digunakan beban maksimal sebaiknya hanya 1 minggu. Bilamana
kurang dari beban tersebut, dan kulit penderita diperiksa 2 kali minggu, traksi
kulit dapat digunakan dengan aman selama 4-6 minggu. Indikasi traksi kulit
antara lain : 3,5
Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler
humeri anak-anak.
Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan mobilisasi tidak dapat
dilakukan.
Pengobatan sementara pada fraktur sampai menunggu terapi definitif.
Fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya pada fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak.
Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi5.
Gambar 8.
skin
Dunlop’s
traction
Traksi kulit ekstremitas bawah
Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi alami,
dimana melalaikan abduksi. Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan
traksi digunakan segaris dengan panjang aksis kaki melalui tali yang diikat di
kaki dari perluasan melewati katrol pada akhir tempat tidur yang dihubungkan
dengan pemberat. Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan fraksi tetapi
bertindak untuk merubah arah dorongan untuk bekerja dengan
gravitasi.Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada
ketinggian tertentu untuk mencegah pasien terjatuh dari tempat tidur6.
Gambar 9.
Traksi Kulit
Buck’s Extension
Traksi Gallows
Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur. Adapun
Indikasi Traksi Gallow’s adalah:
Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg
Fraktur femur
Kulit harus intak
Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan5,6
Dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise
vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya
harus diangkat jangan mengenai tempat tidur. Secara umum traksi dilakukan
dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah5,6.
Traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang
untuk mempertahankan traksi. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang
diaplikasikan langsung ke skeleton melalui pin, wire yang telah dimasukkan
kedalam tulang. Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi
skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi
dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi
jangka panjang.
Pada traksi tulang, pin metal atau kawat diletakkan melalui tulang. Hal ini berarti
tenaga traksi diaplikasikan langsung ke tulang. Traksi tulang jarang digunakan
pada penanganan fraktur bagian tubuh atas namun sering digunakan dalam
penanganan fraktur bagian tubuh bawah. Komplikasi serius pada traksi tulang
adalah osteomyelitis.
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih
dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi,
traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate
pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.
Traksi skeletal
ekstremitas atas2
Overbody atau
lateral skeletal
traction
(overhead).
Gambar 12. Traksi skeletal ekstremitas atas
Traksi skeletal dengan pin lewat olekranon, siku 90 derajat, bahu dalam
fleksi tanpa abduksi. Untuk mencegah tangan dan pergelangan terlalu
pegal – pakai bidai gips. Bisa dengan menggunakan Shoulder Spica Cast.
Recognition
Prinsip pertama adalah diagnosis dan menilai keadaan fraktur, dilakukan
dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal
pengobatan Perlu diperhatikan lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan
teknik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengobatan.
Reduction
Reduksi fraktur apabila perlu. Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk
mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler
diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi
normal dan mencegah komplikasi serta kekauan, deformitas, serta perubahan
osteoarthritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah alignment yang
sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur seperti fraktu klavikula, iga,
dan fraktur impaksi humerus tidak memerlukan reduksu. Angulasi <5% pada
tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai
10% pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50%
dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi
tidak dapt diterima dimanapun lokalisasi fraktur.
Retention
Imobilisasi fraktur
Rehabilitation
Mengembalikan
aktifitas
fungsional
semaksimal
mungkin
8. Penyembuhan
fraktur
Menurut (Carter, 2003) jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak di sekitarnya
juga rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup
berat dan bekuan darah akan terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah akan
membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang
primitif (osteogenik) dan berdiferensiasi menjadi krodoblas dan osteoblas.
Krodoblas akan mensekresi posfat, yang merangsang deposisi kalsium.
Terbentuk lapisan tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal
dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen tulang dan menyatu.
Penyatuan dari kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk trebekula oleh
osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur12.
9. Prognosis