Anda di halaman 1dari 42

Disampaikan pada

Kegiatan Penyusunan
Perdes RPJM Desa,
Horison Hotel
28 April 2019
MENGAPA
PERATURAN DESA
ITU PERLU ?
 Peraturan Desa dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dengan
demikian maka Peraturan Desa harus merupakan
penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat desa setempat, dalam upaya mencapai
tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka
pendek.
1. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan;
2. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;
3. PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa;
4. Permendagri No.29 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pembentukan dan Mekanisme
Penyusunan Peraturan Desa;
1. Kejelasan Tujuan;
2. Kelembagaan atau organ pembentuk yang
tepat;
3. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
4. Dapat dilaksanakan;
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
6. Kejelasan rumusan;
7. Keterbukaan.
Peraturan Desa….

Peraturan Perundang-Undangan yang dibuat


oleh BPD dan Kepala Desa
1. Peraturan Desa;
2. Peraturan Bersama Kepala Desa
3. Peraturan Kepala Desa;
1. Pemerintahan Desa;
2. Pembangunan Desa;
3. Pemberdayaan Masyarakat;
4. Penjabaran Peraturan yang lebih tinggi
1. PERATURAN DESA TENTANG PEMBENTUKAN DESA (ATAU SEBUTAN LAIN)
(PASAL 3);
2. PERATURAN DESA TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
PEMERINTAHAN DESA (PASAL 12 AYAT (5));
3. PERATURAN DESA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
(PASAL 73 AYAT (3));
4. PERATURAN DESA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DESA (RPJMD) (PASAL 64 AYAT (2));
5. PERATURAN DESA TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA (PASAL 76);
6. PERATURAN DESA TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA
(PASAL 78 AYAT (2), APABILA PEMERINTAH DESA MEMBENTUK BUMDes;
7. PERATURAN DESA TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KERJASAMA (PASAL 82
AYAT (2)); DAN
8. PERATURAN DESA TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
(PASAL 89 AYAT 2)).
TATA CARA PENYUSUNAN
PERATURAN DESA
 Rancangan Peraturan Desa disusun oleh Kepala Desa
dan/atau BPD.
 Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah
dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
 Dalam memberikan persetujuan terhadap Peraturan
Desa, BPD menerbitkan Keputusan tentang
Persetujuan terhadap Peraturan Desa.
 Rancangan Peraturan Desa yang disusun oleh Kepala
Desa dan atau BPD harus sesuai dengan aspirasi dan
keinginan masyarakat.
 RAPERDES tentang APBDes, Pungutan, Tata
Ruang, dan Organisasi Pemerintah Desa
harus mendapatkan evaluasi dari Bupati
sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa

 Hasil evaluasi diserahkan oleh Bupati paling


lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya RAPERDES tersebut oleh Bupati
 Kepala Desa diberi waktu 20 (dua puluh) hari
sejak diterimanya hasil evaluasi untuk
melakukan koreksi.

 Dalam hal Bupati tidak memberikan hasil


evaluasi dalam batas waktu yang ditentukan,
Perdes tersebut berlaku dengan sendirinya.
 Raperdes wajib dikonsultasikan kepada
masyarakat Desa
 Masyarakat desa berhak untuk memberikan
masukan terhadap Rancangan Perdes
 Peraturan Desa diundangkan dalam
Lembaran Desa oleh Sekretaris Desa
 Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam
Berita Desa oleh Sekretaris Desa
Dalam pelaksanaannya Peraturan
Desa, Kepala Desa menetapkan
Peraturan Kepala Desa sebagai
aturan pelaksanaannya
 Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dari 2
(dua) Desa atau lebih yang melakukan kerjasama
antar-Desa

 Perkades merupakan perpaduan kepentingan desa


masing-masing dalam kerjasama antar-Desa
Perdes memuat materi :

 Ketentuan-ketentuan yang bersifat


mengatur ;
 Segala sesuatu yang menyangkut
kepentingan masyarakat desa ;
 Segala sesuatu yang menimbulkan beban
bagi keuangan desa.
 Rancangan Peraturan Desa yang disusun oleh Kepala
Desa dan atau BPD disampaikan kepada para anggota
BPD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum
BPD mengadakan rapat untuk pembahasan.
 Apabila Rancangan Peraturan Desa berasal dari BPD,
maka rancangan harus disampaikan secara tertulis
kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa untuk
dikaji, apakah Rancangan Peraturan Desa tersebut
dapat diterima untuk dibahas lebih lanjut atau tidak
menerimanya dengan disertai alasan-alasannya.
 Dalam hal Kepala Desa menerima rancangan
sebagaimana dimaksud ayat (1) untuk dibahas lebih
lanjut, maka Kepala Desa menyampaikan
rekomendasi tentang penerimaannya kepada BPD.
 Dalam hal Kepala Desa menolak rancangan Peraturan
desa, maka BPD membahasnya melalui Panitia
Musyawarah (Panmus).
- Bila dianggap perlu, pembahasan Rancangan
Peraturan Desa dalam rapat Gabungan dapat
melibatkan lembaga-lembaga desa yang
terkait dengan materi Rancangan Peraturan
Desa.
- Tata cara pembahasan Rancangan Peraturan
Desa diatur kemudian dalam tata tertib BPD.
◦ Dalam mengambil keputusan untuk menetapkan Peraturan
Desa, BPD mengadakan rapat yang harus dihadiri :
 Sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
anggota BPD;
 Kepala Desa dan Perangkat Desa.
◦ Dalam hal jumlah anggota BPD yang hadir kurang dari
jumlah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
Pimpinan Rapat mengundurkan rapat paling lama 2 (dua )
jam.
◦ Apabila pada akhir waktu pengunduran sebagaimana
dimaksud ayat (2) belum juga memenuhi syarat, pimpinan
rapat menunda rapat selama-lamanya 3 (tiga) hari tanpa
terikat syarat.
 Pengambilan keputusan terhadap Rancangan
Peraturan Desa diusahakan dengan cara
musyawarah untuk mufakat sesuai dengan
semangat dan prinsip-prinsip demokrasi
berdasarkan Pancasila.
 Apabila pengambilan keputusan melalui
musyawarah tidak tercapai, maka dilakukan
pemungutan suara, yang mekanismenya harus
ada persetujuan setengah lebih satu dari jumlah
anggota BPD yang hadir.
TEKNIK PENYUSUNAN DAN
BENTUK PERATURAN DESA
Judul
Pembukaan
Batang Tubuh
Penjelasan (Jika
Diperlukan)
Lampiran (Jika
Diperlukan)
JUDUL
 Judul harus singkat, jelas, tetapi
mencerminkan norma yang diatur.
 Judul memuat keterangan mengenai jenis,
nomor, tahun pengundangan atau
penetapan, dan nama peraturan
perundang-undangan.
 Judul ditulis dengan huruf kapital yang
diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri
tanda baca
 Judul tidak boleh ditambah dengan
singkatan atau akronim
Pada pembukaan sebelum nama jabatan
pembentuk Peraturan Desa dicantumkan
Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa, yang ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital dan diletakkan di tengah marjin
Jabatan pembentukan
peraturan DESA ditulis
seluruhnya dengan huruf
kapital yang diletakkan di
tengah marjin dan
diakhiri dengan tanda
baca koma (,)
KONSIDERANS 
MENIMBANG
Konstatasi fakta mengenai
urgensinya dibuat suatu peraturan
harus disusun sedemikian rupa untuk
setiap pertimbangan yang satu
dengan pertimbangan berikutnya
tidak boleh berdiri sendiri-sendiri
maknanya, tetapi alur pikirannya
harus berkesinambungan secara
rentet.
Memuat uraian singkat mengenai
 Memuat dasar kewenangan pembuatan peraturan
perundang-undangan dan peraturan peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan
pembuatan peraturan perundang-undangan.
 Peraturan perundang-undangan yang digunakan
sebagai dasar hukum hanya peraturan perundang-
undangan yang tingkatannya lebih tinggi atau sama.
 Peraturan perundang-undangan yang akan dicabut
dengan peraturan perundangan yang dibentuk atau
belum resmi berlaku tidak boleh dijadikan dasar
hukum.
 Apabila lebih dari satu, urutan pencantuman perlu
memperhatikan tata urutan peraturan perundang-
undangan dan jika tingkatannya sama disusun
secara kronologis berdasarkan saat pengundangan
atau penetapannya.
 Kata memutuskan ditulis dengan huruf
kapital tanpa spasi diantara satu kata dan
diakhiri dengan tanda baca titik dua serta
diletakkan di tengah marjin.
 Jenis dan nama yang tercantum dalam judul
Peraturan Desa dicantumkan lagi setelah
kata menetapkan tanpa Frase Kabupaten,
serta ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda baca “titik (.).
1. Ketentuan Umum;
2. Materi Pokok Yang
Diatur;
3. Ketentuan Peralihan;
(Jika Diperlukan)
4. Ketentuan Penutup.
a. Batasan pengertian atau definisi
b. Singkatan atau akronim yang
digunakan dalam peraturan
c. Hal-hal lain yang bersifat umum
yang berlaku bagi pasal-pasal
berikutnya antara lain ketentuan
yang mencerminkan asas,
maksud, dan tujuan.
MATERI POKOK
YANG DIATUR
Ditempatkan langsung setelah
bab ketentuan umum, dan jika
tidak ada pengelompokan
bab, materi pokok yang diatur
diletakkan setelah pasal-pasal
ketentuan umum.
Memuat penyesuaian pengaturan tindakan
hukum atau hubungan hukum yang sudah ada
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
yang lama terhadap Peraturan Perundang-
undangan yang baru, yang bertujuan untuk:
 Menghindari terjadinya kekosongan hukum;
 Menjamin kepastian hukum;
 Memberikan perlindungan hukum bagi pihak
yang terkena dampak perubahan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; dan
 Mengatur hal-hal yang bersifat transisional
atau bersifat sementara.
Memuat ketentuan mengenai:
a.penunjukan organ atau alat kelengkapan
yang melaksanakan Peraturan
Perundang-undangan;
b.nama singkat Peraturan Perundang-
undangan;
c.status Peraturan Perundang-undangan
yang sudah ada; dan
d.saat mulai berlaku Peraturan Perundang-
undangan.
Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Per-
uu-an yang memuat:
a.rumusan perintah pengundangan dan
penempatan Peraturan Perundang-undangan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia,
Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran
Daerah Provinsi, Lembaran Daerah
Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi atau
Berita Daerah Kabupaten/Kota;
b.penandatanganan pengesahan atau
penetapan Peraturan Perundang-undangan;
c.pengundangan atau Penetapan Peraturan
Perundang-undangan; dan
d.akhir bagian penutup.
Peraturan Perundang-
undangan di bawah
Undang-Undang dapat
diberi penjelasan, jika
diperlukan.
37
Jika Peraturan Perundang-undangan memerlukan lampiran:
1.harus dinyatakan dalam batang tubuh dan dinyatakan
bahwa lampiran tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan.
2.Pada akhir lampiran harus dicantumkan nama dan tanda
tangan pejabat yang mengesahkan/menetapkan Peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan.

38
 Penetapan Rancangan Peraturan Desa
dilakukan dalam Rapat Paripurna BPD untuk
mendapat persetujuan dengan penjelasan
resmi dari :
 Kepala Desa, apabila rancangan tersebut
merupakan prakarsa kepala desa;
 Pimpinan BPD, apabila rancangan tersebut
merupakan prakarsa BPD.
 Setelah Rancangan Peraturan Desa mendapat
persetujuan BPD dalam bentuk Keputusan BPD,
Peraturan Desa tersebut selanjutnya ditetapkan,
ditandatangani oleh Kepala Desa dan dibubuhi
Cap Jabatan.
 Peraturan Desa yang telah ditetapkan,
selanjutnya diundangkan oleh Sekretaris Daerah
dalam Berita Daerah.
 Dengan diundangkannya Peraturan Desa, maka
seluruh Warga Desa dianggap tahu dan terikat
kepada Peraturan Desa tersebut.
 
 Peraturan Desa berkedudukan sebagai
ketentuan yang mengikat dan mengatur segala
sesuatu yang menyangkut kepentingan umum di
Wilayah Desa yang bersangkutan
 Peraturan Desa tidak boleh bertentangan
dengan kepentingan umum, Peraturan Daerah
dan Peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi tingkatannya.
 Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala
Desa menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan
dengan Peraturan Kepala Desa dan Keputusan
Kepala Desa.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai