DAN PENDINGIN
TERMODINAMIKA
RAMELAN, M.T.
SARWI ASRI, S.PD., M.PD.
MESIN KALOR (MESIN CARNOT)
Sepeda motor dapat berjalan atau bergerak karena adanya perubahan energi di mesin kalor.
SIKLUS CARNOT
Misalnya, terdapat suatu siklus termodinamika yang
melibatkan proses isotermal, isobarik, dan isokorik.
Sistem menjalani proses isotermal dari keadaan A sampai
B,
kemudian menjalani proses isobarik untuk mengubah
sistem dari keadaan B ke keadaan C.
Akhirnya proses isokorik membuat sistem kembali ke
keadaan awalnya (A).
Proses dari A ke keadaan B, kemudian ke keadaan C, dan
akhirnya kembali ke keadaan A, menyatakan suatu siklus.
Siklus termodinamika.
• Apabila siklus tersebut berlangsung terus menerus, kalor yang diberikan dapat diubah menjadi
usaha mekanik.
• Tetapi tidak semua kalor dapat diubah menjadi usaha. Kalor yang dapat diubah menjadi usaha
hanya pada bagian yang diarsir saja.
• Berdasarkan Gambar 1 tersebut besar usaha yang bermanfaat adalah luas daerah ABCA. Secara
matematis dapat ditulis seperti berikut.
• Usaha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran jam, dan bernilai negatif jika
berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan energi dalam (∆U) untuk satu siklus sama
dengan nol ( ∆U = 0), karena keadaan awal sama dengan keadaan akhir.
Apa itu MESIN KALOR?
MESIN KALOR / MESIN CARNOT
• Mesin kalor juga disebut dengan Mesin Carnot
• Mesin merupakan alat yang berfungsi mengubah energi panas menjadi energi mekanik.
Sebagai contoh sepeda motor tadi. Hasil pembakaran dari bahan bakar diubah menjadi energi
gerak dalam mesin kendaraan.
Rangkaian mesin motor yang bergerak karena adanya energi panas dari hasil pembakaran bahan
bakar. (sumber: giphy.com)
• Gambar di atas merupakan piston yang ada pada mesin kendaraan yang menggunakan prinsip
aliran kalor spontan.
• Mesin carnot memanfaatkan prinsip kalor yang mengallir dari suhu tinggi ke suhu rendah tanpa
perlu melakukan usaha.
• Saat aliran kalor terjadi, panas yang mengalir diubah menjadi usaha, misalnya gerak.
• Konsep tersebut dikemukakan oleh Nicolas Leonard Sadi Carnot.
Kemudian gas mengalami pemuaian adiabatic. Pada proses ini suhu turun dari T1 menjadi T2 gas
juga melakukan usaha Wbc.
Proses terakhir gas mengalami kompresi/penyusutan adiabatic. Pada proses ini suhu sistem naik
dari T2 menjadi T1 akibat mendapat usaha Wda kembali ke bentuk semula.
Siklus ini tidak mengalami perubahan energi dalam. Maka persamaan termodinamikanya
menjadi:
• Kurva Siklus Carnot
Luas daerah yang diarsir adalah jumlah kerja ttal yang
dihasilkan oleh siklus tersebut.
∆U = Q – W, DENGAN ∆U = 0
∆Q = W + ∆U
∆Q = W + 0
Q1 – Q2 = W
Keterangan:
Q = banyaknya kalor
W = usaha
∆U = perubahan energi dalam
η
EFISIENSI ( ) MESIN CARNOT
η
( ) DIBACA ETA
dimana Q1 – Q2 = W, maka
Karena Q1 = T1 dan Q2 = T2, maka rumus di atas juga dapat diubah menjadi:
EFISIENSI MESIN CARNOT
• Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
η : efisiensi mesin Carnot (%)
• Kalor diserap dari suhu rendah T2 dan kemudian diberikan pada suhu tinggi T1. Berdasarkan
hukum kedua termodinamika, kalor yang dilepaskan ke suhu tinggi sama dengan kerja yang
ditambah kalor yang diserap
• proses pada mesin pendingin adalah tidak spontan. Usaha yang dibutuhkan untuk
menjalankan mesin pendingin dapat dihitung menggunakan persamaan.
• seperti mesin carnot, mesin pendingin juga tidak ideal, alias tidak dapat mengubah semua
usaha untuk membuang panas. Ada sebagian usaha yang dilakukan terbuang menjadi panas
lagi, menjadi bunyi, dan atau menjadi getaran.
• Jika mesin pendingin itu ideal, maka persamaan yang berlaku adalah
• ketidakidealan mesin pendingin dapat dilihat dari koefisien performansi. Pada dasarnya, ini
adalah “efisiensi versi mesin pendingin”. Koefisien performansi ditunjukkan dengan:
Karena Q1 – Q2 = W, maka