dunia. Tanaman gambir banyak tumbuh di daerah Sumatera. Luas perkebunan gambir di Pulau Sumatera mencapai kurang lebih 20000 hektar. Sekitar 66% dari luas perkebunan tersebut berada di Sumatera Barat (BPS, 2008). Luasnya perkebunan gambir di Sumatera Barat menjadikan Sumatera Barat sebagai sentra produksi gambir di Indonesia, dengan produksi gambir sebesar 90% dari total produksi gambir di Indonesia. Masyarakat memanfaatkan gambir untuk mencari nafkah, petani gambir biasanya mengolah gambir di perkebunan dengan mendirikan rumah produksi di tengah perkebunan gambir dengan menggunakan cara menual yang sangat membutuhkan tenaga manusia yang kuat. Gambir adalah ekstrak getah daun dan ranting tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang telah dikeringkan. Gambir memiliki dua komponen kimia yang terpenting yaitu katekin dan tanin. Kedua senyawa kimia tersebut menyebabkan gambir memiliki banyak kegunaan dan nilai tambah yang tinggi. Kegunaan gambir diantaranya adalah sebagai campuran untuk menyirih, anti bakteri, anti diare, obat penyakit hati, penetralisir nikotin, penawar racun alkaloid dan logam, sebagai zat warna alami, senyawa astringen, dan sebagai zat penyamak kulit (Nazir, 2000). Perkembangan teknologi sangat pesat dalam berbagai bidang dan telah banyak mempengaruhi pola juga gaya hidup masyarakat. Contoh konkret yang tampak saat ini adalah tersedianya aneka ragam alat pengolahan dan penyajian pangan serta terdapatnya berbagai sumber energi alternatif yang digunakan untuk mempermudah dan memepercepat pelayanan kebutuhan sehari-hari, kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dikehidupan kita saat ini, khususnya pada bidang elektronika. Teknologi membuat segala sesuatu yang kita lakukan dapat mejadi sangat mudah. Manusia selalu berusaha menciptakan sesuatu yang dapat mempermudah segala aktifitasnya. Hal ini yang mendorong perkembangan teknologi yang telah banyak menghasilkan alat sebagai piranti untuk mempermudah kegiatan manusia bahkan dapat juga menggantikan peran manusia dalam suatu fungsi tertentu. Bardasarkan pengalaman, petani gambir masih menggunakan cara menual untuk mencetak hasil getah gambir menggunakan tangan dan alat sederhana, sehingga memakan waktu yang lama dan membuat pekerjaan pengolahan gambir jadi terbatas. Proses pengolahan daun gambir kering telah dilakukan pada pabrik pengolahan gambir milik perusahaan India (Gumbira-Said et.al., 2009b). Adanya pabrik ini menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menjual daun gambir segar dari pada mengolah daun gambir pada rumah produksi. Hal ini menyebabkan berkurangnya nilai tambah yang didapatkan oleh petani gambir. Adanya alat pencetak gambir otomatis yang dapat diterapkan pada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah yang didapat oleh petani gambir sehingga mennghidupkan lagi industri rumah tangga yang mati karena pabrik asal India ini. Dengan penjelasan diatas, menrdorong penulis untuk merancang dan membuat sebuah alat pencetak gambir otomatis dengan judul : “RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK GAMBIR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO UNO”. Diharapkan dengan adanya alat ini dapat lebih produktif lagi dalam memproduksi gambir untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari petani gambir Referensi Nugroho, A. (2019). Mesin Pencetak kapur tulis otomatis menggunakan sistem pneumatik. Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknik UM. Reksa Wiyata, Y., Pasajadi, A., & Rachmansyah, R. Rancang Bangun Mesin Pencetak Tekwan Otomatis. Saputran, NC. 2014. http://repository.ubb.ac.id/550/2/BAB %20I.pdf, diakses pada tanggal 9 Oktober 2019, pukul 20.15 Mardatillah, F. 2016. http://eprints.polsri.ac.id/3877/2/BAB %20I.pdf, diakses pada tanggal 10 Oktober 2019, pukul 19.50 http://repository.ubb.ac.id/550/2/BAB%20I.pdf. diakses pada tanggal 13 Oktober 2019, pukul 20.00 Adi, A. H. B. (2011). Pengembangan Agroindustri Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Pascasarjana IPB, 1- 230.