Anda di halaman 1dari 8

SIPISSANGNGI SIPISSANGNGI: Jurnal Pengabdian

Kepada Masyarakat is licensed under a


Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.
https://journal.lppm-unasman.ac.id/index.php/sipissangngi
ISSN(e): xxxx–xxxx

Studi Proyek Independen Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama


Dan Penyakit Bibit Kopi Robusta (Coffea Canephora) Di Desa Patambanua.

Article history Rio Sasmito, 2Harli A.Karim,3Makmur dst


1

Received: ……………2022 1
Program Studi Agroteknologi Universitas Al Asyariah Mandar
Revised: ………………2022 maspur120520@gmail.com
Accepted:………….. 2022
DOI: …………………..

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Patambanua Kecamatan Bulo Kabupaten Polewali Mandar yang
berlangsung pada bulan Januari sampai bulan Maret 2022. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode penentuan lokasi, pegumpulan data dan praktik lansung.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memberikan edukasi, motivasi serta kesadaran masnyarakat untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas bibit kopi dan pembuatan pestisida nabati ekstrak daun gamal.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pengaplikasian pestisida nabati ekstrak daun gamal efektif digunakan
pada pengendalian hama dan penyakit bibit kopi.

Kata kunci: Patambanua, Pestisida Nabati,Kopi

Gambar 1. Penarikan mahasiswa MBKM

Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx


2
Rio Sasmito, 2Harli A Karim,3Makmur dst/ Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan
1

Penyakit Bibit Kopi Robusta(Coffea Canephora) Di Desa Patambanua


1. PENDAHULUAN
Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) bersifat mandatory dari Kemenristek
Dikti Republik Indonesia, akan tetapi menjadi opsi atau hak bagi mahasiswa. Kebijakan MBKM
merupakan peluang dan tantangan untuk mewujudkanmahasiswa menjadi sarjana yang terampil dan
berwawasan. Oleh sebab itu tantangan dan peluang ini harus dimaknai sebagai peluang serta tantangan
bagi mahasiswa dan perguruan tertinggi. Program MBKM harus pula disikapi sebagai media untuk
merespon keniscayaan dalam menghadapai dinamika masyarakat dan perkembangan ilmu dan teknologi
yang demikian cepatnya( Yuherman dkk, 2021).
Peran kopi dalam perekonomian yaitu sebagai sumber devisa, pendapatan petani, penghasil bahan
baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Hal ini di buktikan dengan
komoditas kopi yang di hasilkan petani masih mempunyai daya saing di tingkat ekspor internasional
(Soetriono, 2009.Nuriasih dkk, 2018 ).
Berdasarkan hasil data dari direktorat jendral perkebuanan luas areal dan produksi kopi di
Sulawesi Barat mengalami peningkatan yang signifikan dimana ditahun 2017 luas area 3.308 ha dengan
produksi kopi 15.469 ton, ditahun 2018 luas areal 3.198 ha dengan produksi kopi 15.510 ton, selanjutnya
ditahun 2019 luas arel kopi 4.132 ha dengan produksi 15.810 ton, ditahun 2020 luas arel kopi 4.300 ha
dengan produksi 15.909 ton, selanjutnya sampai pada ditahun 2021 dimana luas arel kopi sebesar 4.331
ha dengan produksi kopi 15.915 ton.

DATA PRODUKSI DAN LUAS AREAL


KOPI SULAWESI BARAT
18,000 15,469 15,510 15,810 15,909 15,915
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000 4,132 4,300 4,331
4,000 3,308 3,198
2,000
0
2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 1. DataProduksi dan Luas Areal Kopi Sulawesi Barat
Desa Patambanua merupakan daerah pegunungan yang berada pada ketinggian 600 Mdpl – 700
Mdpl dan 90 kilometer dari ibukota kabupaten. Desa patambanua mempunyai luas wilayah 66,45 km 2.
Sebagian besar penduduknya adalah berprofesi sebagai petani kopi, kakao dan pangan. Pada tahun 1980 –
1990 desa patambanua pernah menjadi salah satu sentra kopi, ± 30 tahun komoditi kopi menjadi sumber
ekonomi masyarakat, namun saat ini kopi banyak di tinggalkan petani ( tidak dipelihara ). Petani desa
patambanua ingin mengembalikan kejayaan komoditi kopi dengan berencana menanam kembali
( reflanting) komoditi kopi. Sementara, petani di desa patambanua pada budidaya kopi belum mengetahui
cara pemilihan bibit berkualitas dan masih mengandalkan bibit kopi yang tumbuh di sekitaran pohon kopi
( bibit liar ). Tentunya bibit yang berkualitas adalah bibit yang terseleksi serta bebas dari hama dan
penyakit. Kemudian dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman masih menggunakan pestisida
kimia yang dampaknya dapat merusak lingkungan hal ini di pengaruhi oleh minimnya kesadaran dan
pengetahuan cara memanfaatkan bahan-bahan alami tanaman yang dapat di aplikasikan ke tanaman untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman ( pestisida nabati). Pestisida adalah suatu bahan yang
digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu tanaman
(OPT). Pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu umumnya adalah racun
berbahaya yang dapat mengancam kesehatan manusia. Pestisida dibagi menjadi dua yaitu pestisida
sintetik dan pestisida nabati (Agustina et al., 2019).
Pestisida sintetik adalah bahan yang terbuat dari zat kimia atau mikroorganisme yang
beracun terhadap organisme pengganggu, manusia dan jasad non-target termasuk tanaman,
ternak serta organisme berguna lainnya. Apabila penggunaan pestisida tidak diimbangi dengan
perlindungan dan perawatan kesehatan, serta sering kontak langsung, sehingga dapat
mempengaruhi kesehatan manusia (Indrawijaya et al., 2019).
Pestisida organik merupakan ramuan obat-obatan untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman yang dibuat dari bahan-bahan alami. Bahan-bahan untuk membuat pestisida
Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx
3
Rio Sasmito, 2Harli A Karim,3Makmur dst/ Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan
1

Penyakit Bibit Kopi Robusta(Coffea Canephora) Di Desa Patambanua


organik diambil dari tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Pestisida nabati termasuk pestisida
organik yang terbuat dari bahan-bahan alami yaitu tumbuhan yang memanfaatkan senyawa
metabolit sekunder di dalam tanaman yang bersifat toksin terhadap OPT yang memenuhi
beberapa kriteria seperti: aman, murah, mudah diterapkan, efektif membunuh hama, mudah
terurai (Biodegradable) dan relatif aman bagimanusia dan organisme non-target lainnya (Kartini
et al., 2017).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan menjadi pestisida nabati adalah Tanaman
gamal,Tanaman gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth) yang bersifat antifungal dan dikenal
sebagai rodentisida di Amerika Tengah. Tanaman gamal memiliki kandungan senyawa metabolit
yang dapat mengganggu organ pencernaan dalam tubuh serangga karena bersifat toksik (Lebang
et al., 2016).
Tanaman gamal mengandung Kumarin merupakan salah satu bahan aktif senyawa
golongan flavonoid pada tanaman gamal yang berpotensi sebagai insektisida. Tanaman gamal
mengandung senyawa metabolit saponin, terpenoid, dikumarol, asam sianida (HCN), dan nitrat
(NO₃). Tanaman gamal menyediakan biomassa berkualitas tinggi dalam jumlah besar sepanjang
tahun. Tingkat inklusi (suatu zat) relatif tinggi ketika daun gamal dikonsumsi berlebihan oleh
ternak karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang mampu merusak jaringan tubuh
ternak. (Oloruntolo et al., 2018).
Daun gamal mengandung senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan,
antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi dan antikanker. Cara kerja senyawa flavonoid yaitu
masuk ke dalam tubuh ulat melalui sistem pernafasan kemudian akan menurunkan fungsi saraf
serta mampu merusak sistem pernapasan sehingga menyebabkan ulat tidak dapat bernapas dan
akhirnya mati (Nukmal et al., 2019). Flavonoid menghambat kemampuan makan serangga
(antifeedant). Saluran pencernaan akan terganggu dan menghambat reseptor rasa di dalam area
mulut serangga.Ekstrak daun gamal menghambat perkembangan embrio dan penetasan telur H.
contortus. Kandungan yang terdapat pada ekstrak daun gamal yaitu flavonoid
terglikosilasi (Apigenin-di-C-dihexose-O-deoxyhexose, Apigenin-diCdihexose-O-isomer deoksi
eksosa,Apigenin-7- O-Glukosida, Rutin) dan metoksifenol (Dihydrocapsiate), fenilpropanoid
selain flavonoid (p-coumaroyl hexose, Caffeoyl hexoside, Dihydro-p-isomer asam kumarat, p-
asam coumaric, asam leu/dihidro-p-kumarat, Asam Phe/Dihydrop-coumaric, Turunan asam p-
Coumaric), asam lemak, glikosida antrakuinonat, asam amino (Asam glutamat,
NCarbobenzyloxy-l-isoleusin), dan asam fenol terglikosilasi (Asam fenilaktat-2-O- glukosida)
(Romero et al., 2020).

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Studi Proyek
Independen Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan Penyakit Bibit Kopi Robusta
((Coffea Canephora) Di Desa Patambanua”

2. METODE
1. Penentuan lokasi bertujuan untuk mengetahui daerah penelitian tersebut.
2. Observasi bertujuan untuk mendapatkan data serta mendapatkan informasi yang berada di Desa
Patambanua
3. Wawancara dan dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan yang di
lakukan.
4. Praktik langsung merupakan kegiatan yang dilakukan secara nyata tentang kegiatan yang
dilakukan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara umum kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini mulai dari perencanaan kegiatan
sampai dengan pelaksanaan kegiatan melibatkan berbagai pihak mulai dari pihak Universitas sampai
dengan pemerintah desa dalam hal ini kepala desa agar kegiatan MBKM (Proyek studi independen) ini

Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx


4
1
Rio Sasmito, 2Harli A Karim,3Makmur dst/ Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan
Penyakit Bibit Kopi Robusta(Coffea Canephora) Di Desa Patambanua
berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Patambanua Kecamatan Bulo Kabupaten
Polewali Mandar dalam kurun waktu 3 bulan lamanya.

Gambar 2. Penerimaan mahasiswa MBKM

Observasi

Kegiatan pada minggu pertama kami mahasiswa (MBKM) melakukan observasi bersama dosen
pendamping. Tentang sistem pertanian masyarakat desa patambanua terkhusus untuk tanaman kopi mulai
dari sejarah adanya kopi di desa patambanua, pemilihan bibit kopi sampai dengan pasca panen.
Kemudian dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi petani masih menggunakan
pestisida kimia yang dampaknya dapat merusak lingkungan hal ini di pengaruhi oleh minimnya kesadaran
dan pengetahuan cara memanfaatkan bahan-bahan alami tanaman yang dapat di aplikasikan ke tanaman
kopi yang berguna untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, salah satu tanaman yang dapat
digunakan menjadi pestisida nabati adalah tanaman gamal. Tanaman gamal di desa Patambanua sangat
melimpah karena digunakan sebagai pelindung tanaman kakao di kebun petani.

Gambar 3. Observasi
Oleh karena itu kami dari mahasiswa ( MBKM ) dalam program proyek studi independen ingin
mengadakan sosialisasi pembuatan pestisida nabati dari daun gamal serta membuat demplot atau tempat
percontohan pembibitan kopi di desa Patambanua, kecamatan Bulo, kabupaten Polewali Mandar, provinsi
Sulawesi Barat.

Adapun hasil dari pelaksanaan praktir langsung akan di jabarkan di bawah


ini:
1. Hasil sosialisasi

Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx


5
1
Rio Sasmito, 2Harli A Karim,3Makmur dst/ Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan
Penyakit Bibit Kopi Robusta(Coffea Canephora) Di Desa Patambanua
Pada kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan bertemu langsung ke masyarakat yang tujuanya
agar lebih memahami mengenai pestisida nabati dan alat serta bahan yang di perlukan dalam membuat
pestisida nabati. Kegiatan di awali dengan pembukaan oleh moderator sebagai pengantar materi
sosialisasi pembuatan pestisida nabati. Kemudian di lanjutkan oleh mahasiswa ( MBKM ) sebagai
pemateri, materi di awali dengan penyadaran dampak buruk dari penggunaan pestisida kimia yang
selama ini masyarakat gunakan dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kopi.
Kemudian di lanjutkan dengan memberikan materi edukasi kepada masyarakat mengenai
pestisida nabati yang pada umumnya bahan baku sangat melimpah di area perkebunan masyarakat untuk
pembuatan pestisida nabati. Bahan baku yang di gunakan adalah gamal atau daun gamal yang berfungsi
mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman karena mempunyai kandungan yang bersifat racun dan
tidak di sukai oleh hama serta ramah lingkungan.

Gambar 5. Sosialisasi
2. Hasil pelatihan
Kegiatan ini dilakukan dengan metode praktek langsung bersama masyarakat dalam
pembuatan pestisida nabati yang bertujuan agar masyarakat lebih memahami langkah-langkah
pembuatan pestisida nabati yang baik dan benar. Kemudian di lanjutkan dengan mempersiapkan alat dan
bahan yaitu pisau, alat penumbuk, saringan, wadah ukuran 1 liter.
Kegiatan berlangsung dengan lancar dikarenakan masyarakat yang sudah mengerti terkait
langkah-langkah pembuatan pestisida nabati yang sudah dijelaskan pada kegiatan sosialisasi. Pemilihan
daun gamal sebagai bahan utama pembuatan pestisida nabati karena penggunaan pestisida nabati untuk
membasmi hama sangat baik digunakan dalam budidaya tanaman pertanian. Penggunaan pestisida nabati
sangat mempengaruhi pengurangan residu yang terjadi akibat penggunaan pestisida kimia ( Idulliantono,
R. 2022).
Masyarakat sangat senang dengan adanya kegiatan ini, karena dapat menambah wawasan bahwa
daun gamal bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati serta mengerti cara mengolahnya.

Gambar 6. Pelatihan pembuatan pestisida nabati


3. Hasil pembuatan demplot
Hasil percontohan tempat pembibitan diperoleh sebagai berikut.
a. Luaran bibit yang dihasilkan
Luaran bibit yang dihasilkan dalam pembuatan tempat percontohan/demplot selama 3
bulan lamanya, menghasilkan berkisar 2 ribu bibit kopi robusta. Dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa capaian hasil kegiatan pengabdian belum memenuhi target luaran yang sebelumnya ingin
menargetkan 10 ribu bibit kopi robusta. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan biji kopi di

Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx


6
Rio Sasmito, 2Harli A Karim,3Makmur dst/ Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan
1

Penyakit Bibit Kopi Robusta(Coffea Canephora) Di Desa Patambanua


perkebunan warga yang diakibatkan pada saat itu belum memasuki musim kopi di Desa
Patambanua.

Gambar 7. Hasil luaran bibit

b. Pengamatan perlakukan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan bahwa pada perlakuan yang
diberikan P1 = ( 5 ml larutan gamal / 497 ml air ) 80 dari 100 tanaman tidak terlihat ada
serangan hama dan penyakit atau hama enggan mendekat di karenakan larutan daun gamal
bersifat menolak serangga. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fuadella khumaria, ( 2021)
penggunaan larutan ekstrak daun gamal lebih efektif pada pengendalian hama dengan
konsentrasi 5 ml larutan ekstrak daun gamal karena dapat mematikan ulat daun. Sedangkan P0
tanpa perlakuan 59 dari 100 tanaman mengalami gejala serangan hama dan penyakit.

Gambar 8. Pengamatan perlakuan

c. Penanaman bibit kopi bersama masyarakat


Sebelum melakukan penanaman bibit kopi robusta. Langkah pertama yang dilakukan
adalah dengan menyeleksi bibit kopi yang memenuhi syarat untuk di tanam seperti bebas dari
serangan hama dan penyakit. Selanjutnya yaitu membuat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60
cm, setelah lubang tanam jadi kemudian lubang tanam diberikan pupuk organik. Setelah itu bibit
kopi siap untuk ditanam. Dalam hal ini seluruh kegiatan penanaman bibit kopi robusta tidak terlepas
dari bantuan masyarakat Desa Patambanua.

Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx


7
Rio Sasmito, 2Harli A Karim,3Makmur dst/ Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan
1

Penyakit Bibit Kopi Robusta(Coffea Canephora) Di Desa Patambanua


Gambar 9. Penanaman bibit kopi

Penarikan mahasiswa MBKM Serta penyerahan bibit kopi


Penarikan mahasiswa MBKM di rangkaikan dengan acara penyerahan bibit kopi robusta ke
masyarakat di laksanakan pada tanggal 12 maret 2022 bertempat di aula kantor Desa Patambanua.
Kegiatan ini di hadiri langsung oleh Rektor Universitas Al -Asyariah Mandar yaitu Dr.Hj. Chuduriah
sahabuddin, M.Si serta pembimbing, pemerintah Desa dalam hal ini pak Desa dan masyarakat yang
sempat hadir pada saat itu
.

Gambar 10. Penarikan mahasiswa MBKM

4. SIMPULAN
1. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka skema Studi Proyek Independen dilaksanakan di
desa patambanua kecamatan bulo kabupaten polewali mandar, kegiatan ini berfokus pada
pembibitan tanaman kopi robusta selama 3 bulan.
2. Desa patambanua merupakan daerah pengunungan yang sangat cocok untuk budidaya tanaman
kopi.
3. Bibit tanaman kopi yang di hasilkan pada kegiatan MBKM sebanyak 2000 Bibit.
4. Penggunaan pestisida nabati ektrak daun gamal sangat efektif pada pengendalian hama dan
penyakit pada bibit tanaman kopi dengan konsentrasi 5 ml larutan ekstrak daun gamal kedalam
497 ml air.
Pengaplikasian pestisida nabati ektrak daun gamal harus sesuai dengan dosis yang telah di
berikan pada bibit tanaman kopi agar pengendalian hama dan penyakit dapat efektif.
Pestisida nabati ekstrak daun gamal sangat ramah lingkungan di gunakan sebagai pengendali
hama dan penyakit tanaman kopi, perlu ada tindak lanjut untuk mengaplikasikan ke tanaman yang
lain guna mengetahui beberapa efektif pestisida nabati estrak daun gamal ke tanaman yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Anggari, R. (2018). Identifikasi Morfologi Kopi Lanang Dan Kopi Biasa Robusta Lampung. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Agustina, N., Pramudi, M. I., & Aidawati, N. (2019). Pengaruh Larutan Daun Gamal (Gliricidia sepium)
Terhadap Mortalitas Kutu Daun Aphis gossypii) pada Cabai (Capsicum annum L.) Jurnal
Proteksi Tanaman TROPIKA, 2(1), 86-91.
Direktorat Jendral Perkebunan.http://Pertanian.go.id. Luas area kopi menurut provinsi di Indonesia 2017
– 2021.
Direktorat Jendral Perkebunan.http://Pertanian.go.id. Produksi kopi menurut provinsi di Indonesia 2017
– 2021.
Khumaira, F. (2021). Pestisida Nabati Ekstrak Daun Gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth) Terhadap
Ulat Daun (Spodoptera exigua Hubner) Tanaman Bawang Merah.

Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx


8
1
Rio Sasmito, 2Harli A Karim,3Makmur dst/ Pembuatan Pestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Dan
Penyakit Bibit Kopi Robusta(Coffea Canephora) Di Desa Patambanua
Idulliantono, R. (2022). Efektivitas Berbagai Variasi Pestisida Nabati Terhadap Hama Kepik Hijau
(Nezaraviridula L.) pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian [JIMTANI], 2(1).
Ilham, (2018)Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) di Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai. Diseratasi tidak diterbitkan. Makassar : Program Sarjana
UNIVERSITAS HASANUDIN
Indrawijaya, B., Emiliawati, D., dan Susanti, L.D. 2019. Formulasi Ekstrak Daun Pepaya Jepang Sebagai
Biopestisida Untuk Pengendalian Hama Ulat Grayak Pada Tanaman Bawang Merah. Jurnal
Ilmiah Teknik Kimia. 3(2): 63-68.
Kartini, A., Daniel, D., & Saleh, C. (2017). Uji Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Gamal
(Gliricidiasepium) Sebagai Insektisida Nabati. Jurnal Kimia Mulawarman, 15(1), 53-59.
Nukmal, N., Pasutri, A.Y., & Pratami, G.D., 2019. Karakterisasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Polar Daun
Gamal Kultivar Lampung Utara Dan Uji Aktivitasnya Terhadap KutuPutih Kakao
(Planococcus minor, Hemiptera: Pseudococcidae). Bioma. 21(1): 25-34.
Nuriasih, N. N., Viprianti, N. N. U., &Tariningsih, D. (2018). ANALISIS PENDAPATAN KOPI
KINTAMANI KOPI KINTAMANI. AGRIMETA: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan
Ekosistem, 8(16), 32-38.
Oloruntola, O.D., Agbede, J.O., Ayodele, S.O., Ayedun, E.S., Daramola, O.T., & Oloruntola, D.A. 2018.
Gliricidia leaf meal and multi-enzyme in rabbits diet: effect on performance, blood indices,
serum metabolites and antioxidant status. Journal of Animal Science and Technology 60:24
https://doi.org/10.1186/s40781- 018-0182-8.
Sugiarti, L. (2019). Identifikasi Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kopi di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Winaya Mukti. Agro Wiralodra, 2(1), 16-22.
Yuherman, Y., Nugroho, W., & Sunarsi, D. (2021). Dampak Kebijakan MBKM Pada Kesiapan Sumber
Daya Manusia dan Fasilitas Fakultas Hukum Usahid Jakarta. MORALITY: Jurnal Ilmu
Hukum, 7(2), 222-244.
Riki, R. (2021). PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) (Doktoral dissertation,
Universitas Andalas).
Romero, N., Areche, C., Cubides-Cardenas, J., Escobar, N., Garcia-Beltran, O., J. Simirgiotis, M. &
Cespedes, A. 2020. In Vitro Anthelmintic Evaluation of Gliricidia sepium, Leucaena
leucocephala, and Pithecellobium dulce: Fingerprint Analysis of Extracts by UHPLC-Orbitrap
Mass Spectrometry. Molecules. 2020, 25, 3002.

Volume xx, Nomor xx, Bulan (20xx) | eISSN: xxxx–xxxx

Anda mungkin juga menyukai