DISUSUN OLEH:
NIM. 235090800111003
DEPARTEMEN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2023
Abstrak
II
DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………………………………………I
Abstrak………………………………………………………………………………………...II
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….III
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...1
1.1 Latar
Belakan……………………………………………………………………….1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA………………………………………………………………..3
BAB II METODE
PENELITIAN……………………………………………………………....4
3.1
Waktu……………………………………………………………………………….4
3.2 Tempat……………………………………………………..……………………….4
3.4 Tahap
Pelaksanaan………………………………………………………………….4
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………..………6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..…7
III
IV
BAB I
PENDAHULUAN
Kecamatan Dau yang terletak di Kabupaten merupakan salah satu penghasil jeruk
terbesar dengan hasil panen mencapai 349.973.000 kg (BPS, 2021). Salah satu desa di
Kecamatan Dau Yakni Desa Kalisongo memiliki komoditas unggulan berupa pertanian jeruk.
Desan dengan luas 4,8 km2 memiliki lahan pertanian jeruk yang terletak di sepanjang jalan
tiap dusun. Lahan jeruk tersebut dirawat dengan baik oleh masyarakat sekitar yang mayoritas
masih berprofesi sebagai petani. Karena lahan jeruk yang bayak, Desa Kalisongo sangat
potensial untuk mengembangkan berbagai macam olahan jeruk. Jenis jeruk yang
dibudidayakn di desa ini adalah jeruk siam atau yang biasa disebut dengan jeruk keprok.
Namun, mayoritas warga Desa Kalisongo menjual jeruk hasil panen secara langsung tanpa
melakukan pengolahan sehingga harga jualnya menjadi rendah.
Menurut Kepala Desa Kalisongo, lahan jeruk yang ada di desa sering terjangkit hama,
seperti lalat buah, kutu, dan ulat jeruk. Akibatnya, kualitas jeruk menurun dan harga jualnya
menjadi rendah. Solusi yang selama ini digunakan oleh warga desa adalah membasmi hama
menggunakan pestisida kimia. Disamping itu, survei yang telah dilakukan membuktikan
bahawa beberapa warga Desa Kalisongo memiliki usaha minuman jeruk peras. Jeruk peras
banyak dikonsumsi oleh pengunjung dan mahasiswa yang tinggal di dekat daerah tersebut.
Namun, banyaknya penjualan jeruk peras membuat limbah kulit jeruk menjadi menumpuk.
Limbah kulit jeruk belum dimanfaatkan dengan optimal oleh warga desa setempat. Padahal
kulit jeruk memiliki manfaat yang sangat besar apabila bisa diolah dengan baik. Kandungan
yang paling dominan dari kulit jeruk adalah kandungan minyak atsiri yang mencapai angka
82,8% - 90%. Minyak atsiri dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, salah satunya adalah
penghalau hama (Firyanto, dkk., 2021)
Oleh sebab itu, untuk mengatasi permasalahan lahan jeruk yang ada di Desa
Kalisongo, penulis mengusulkan inovasi O-Cigarettes Pesticide sebagai upaya
pemberdayaaan warga desa dalam mengolah limbah kulit jeruk menjadi biopestisida.
Biopestisida tidak hanya dibuat dengan kulit jeruk, namun dicampur menggunakan puntung
rokok. Puntung rokok memiliki kandungan senya eugenol yang dapat menarik hama, sehingga
hama akan terbasmi oleh biopestisida tersebut (Kusmawati, dkkk., 2019). Harapannya dengan
1
mengembangkan biopestisida ini dapat meningkatkan taraf hidup warga Desa Kalisongo
melalui olahan limbah jeruk dan kualitas panen jeruk yang meningkat.
Tujuan penelitian in adalah untuk mengedukasi warga Desa Kalisongo tentang cara
memanfaatkan limbah jeruk menjadi suatu produk yang dapat meningkatkan kualitas dari
jeruk yang ada sehingga menambah nilai jual dari jeruk yang dibudidayakan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dari jurnal ini merupakan bahan pembuat biopestisida, hama yang
akan diberi biopestisida, efektivitas biopestisida, serta keadaan dari mitar penelitian. Jeruk
sebagai bahan utam dari biopestisida merupakan komoditas pertanian terbanyak yang ada di
Desa kalisongo. Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah kulit jeruk tentu akan memberi banyak
manfaat kepada warga desa. Puntung rokok sebagai bahan pestisida merupakan benda yang
biasanya langsung dibuang begitu saja. Sebagai negara yang memiliki jumlah perokok yang
tinggi, tentu sebaiknya limbah puntung rokok yang banyak tersebut sebaiknya dmanfaatkan
menjadi seuatu yang berguna. Menurut penelitian ekstrasi tembakau dari puntung rokok dapat
dimanfaatkan sebagai biopestisida. Ekstrak tembakau mengandung bahan kimia yang dapat
berfungsi sebagai bahan penolak, penghambat makan, penghambat perkembangbiakan
serangga, penghambat peneluran hama, dan sebagai bahan insektisida.
Biopestisida merupakan bahan hayati baik dari tanaman atau hewan yang berfungsi
sebagai pemusnah hama dan penyakit pada hewan dan tumbuhan (Suwahyono, 2009).
Penggunaan pestisida kimia secara terus menerus akan berdampak buruk pada lingkungan
terutama untuk tanah dan air. Sehingga penggunaan biopestisida merupakan salah satu solusi
dalam menjaga kesehatan alam. Untuk efektivitas, biopestisida tidak meninggalkan residu
peststisida seperti pestisida sintetis lainnya. Hal ini tentunya membuat biopestisida menjadi
lebih aman dan efektif untuk digunakan daripada pestisida sintetis lainnya.
Hama yang menjadi permasalahan warga Desa Kalisongo salah satunya adalah lalat
buah. Lalat buah biasanya akan meletakkan telur di kulit buah yang hampir matang. Sehingga
menimbulkan lubang kecil pada buah yang hampir matang. Pengendalian lalat buah yang
kurang benar akan menyebabkan gagal panen. Terlebih lagi, lalat buah akan lebih memilih
menyerang buah dengan struktur kulit buah yang tipis dan dagingnya yang lunak. Hal ini akan
menjadi suatu masalah apabila melihat keadaaan Desa Kalisongo terletak di daerah yang
relatif dingin. Dengan keadaan yang relatif dingin tentu akan membuat tanaman jeruk dapat
berkembang dengan baik di Desa Kalisongo. Sehingga warganya menjadikan perkebunan
jeruk sebagai salah satu mata pencaharian utama. Terlebi lagi daerah Malang dan Batu sanagat
terkenal dengan wiasata edukasi petik jeruknya. Lalat buah tentunya akan menjadi masalah
apabila melihat dari struktur buah jeruk yang memiliki kulit tipis dan daging buah yang lunak.
Maka pengendalian hama lalat buah sangat penting di desa ini.
3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu
Waktu penelitian dibagi menjadi 2 jenis. Waktu penelitian skala kecil selama 1 minggu
untuk simulasi pertama pembuatan biopestisida beserta pengaplikasiannya pada sampel lalat
buah. Lalu, waktu penelitian skala besar yaitu pengabdian kepada masyrakat selama 5
minggu.
3.2 Tempat
Tempat penelitian dibagi menjadi dua tempat, untuk skala kecil dilakukan di rumah
peneliti yang berada di Jalan Mertojoyo Selatan, Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru
Kota Malang. Lalu untuk skala besar berada di Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten
Malang.
Alat yang diperlukan dalam pembuatan biopestisida yaitu blender, pisau, baskom,
saringan, dan botol spray. Lalu, Bahan yang digunakan dalam proses pembutan biopestisida
adalah 50 gram kulit jeruk , 150 – 250 gram puntung rokok, dan 1 liter air.
Setelah alat dan bahan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pembuatan
biopestisida. Langkah pertama adalah pengekstraksian puntung rokok dengan cara
mengeringkan puntung rokok lalu dihaluskan hingga menjadi bubuk lalu dicampur air
sebanyak 1 liter dan didiamkan selama 24 jam. Langkah kedua yaitu pengekstraksian kulit
jeruk dengan cara menghaluskan kulit jeruk menggunakan blender lalu dicampur dengan air
sebanyak 50 ml didalam wadah plastik. Langkah ketiga berupa pencampuran kedua larutan,
campurkan larutan kulit jeruk kedalam larutan puntung rokok yang telah didiamkan selama 24
jam. Aduk hingga tercampur rata lalu pindah ke botol spray untuk efektivitas penggunaan.
4
BAB IV
Hasil riset penelitan O-Cigarette Pesticede dapat dilihat dari dua aspek. Pertama yaitu
pemahaman efektvitas penggunaan biopestisida kulit jeruk dan puntung rokok kepada warga
desa setempat. Untuk itu perlu dilakukan uji efektivitas dari biopestisida terhadap hama. Hal
ini dilakukan dengan pendekatan studi literatur. Hal ini disebabkan keterbatasan alat
penelitian serta waktu penelitian yang masih memasuki era transisi COVID-19. Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada penelitian (Nurul Fahmi, 2016) Biopestisida dari
puntung rokok dapat mencegah penyebaran hama lalat buah dengan presentase intensitas
serangan sebanyak 40% dan jika tanpa biopestisida intensitas serangannya sebanyak 80%.
Lalu menurut (Rudi Firyanto, 2021) Kulit jeruk dapat berpotensi sebagai repellent (bahan
Kimia yang berpotensi untuk mengusir serangga) karena mengandung minyak atsiri dengan
kandungan beberapa senyawa yang masuk kedalam golongan senyawa bersifat repellent
terhadapa serangga.
Sebagai bentuk seuksesi dari proyek biopestisida ini maka diperlukan kebrlanjutan
program serta evaluasi dari pihak masyarakat sendiri. Oleh karena itu diperlukan edukasi dari
pihak peneliti berupa pemahaman proses pembuatan biopestisda dengan standar yang baik.
Lalu, juga diperlukan edukasi penerapan biopestida yang dibuat ke perkebunan jeruk. Selain
itu, edukasi manajemen pemasaran dari biopestisida tersebut juga penting untuk diajarkan
untuk meningkatkan kondisi sosial yang ada. Lalu, untuk masyrakat juga diperlukan
konsitensi dalam pengumpulan bahan baku agar keberlanjutan proyek ini dapat terjaga.
5
BAB V
PENUTUP
Desa Kalisngo yang memiliki komoditas unggulan berupa jeruk masih sangat
memerlukan penanganan hama yang menyerang perkebunan, terkhusus lalat buah. Pada sisi
lainnya, limbah yang dihasilkan oleh warga Desa Kalisongo masih sangat berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai produk yang berguna. Dengan adanya proyek O-Cigarette Pesticide ini,
dharapkan pertanian jeruk di Desa Kalisongo dapat bebas dari hama sehingga kulitas panen
jeruk juga ikut meningkat dan akhirnya dapat emningkatkan perekonomian warga Desa
Kalisongo.
6
DAFTAR PUSTAKA
Guci, A. N., Septiani, A. S., Adinda, A., Anggraini, A. A. A., & S., Fang You D. A. S. (2022).
O-Cigarettes Pesticide: Biopestisda Berbahan Baku Limbah Puntung Rokok dan Kulit
Jeruk Guna Menangani Hama Lalat Buah di Desa Kalisongo, Kecamatn Dau, Kabupaten
Malang. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya. Diakses dari bit.ly/JURNALREVIEWMAKALAH