Oji Saputra
Nim :2206135678
Class :Agroteknologi D
Matkul:Literasi Digital
Cabai rawit merupakan salah satu tanaman hortikultura yang cukup potensial
perkembangannya di sektor pertanian Indonesia dan bernilai ekonomis tinggi. Sifat cabai
yang tidak dapat disimpan dalam waktu lama menjadi salah satu faktor tingginya nilai
ekonomi tersebut karena masa simpan cabai rawit yang pendek sangat berpengaruh
dalam proses pendistribusian dan menyebabkan kerugian pada petani.Pendeknya masa
simpan cabai rawit dikarenakan memiliki kadar air sebanyak 70% sehingga termasuk
sebagai salah satu komoditas yang mudah rusak atau busuk dan susut .Cabai rawit dapat
bertahan 2 – 3 hari jika disimpan pada suhu ruang dan selanjutnya akan mengalami
penurunan mutu. Berdasarkan kandungan kalori dan nutrisi, didapatkan bahwa vitamin
C dan vitamin A pada cabai rawit segar lebih banyak dari cabai rawit kering, dan
menurut Alif (2017), cabai rawit dapat memenuhi kebutuhan vitamin C sebanyak 24%
dari asupan harian yang disarankan, vitamin A 32% dari asupan harian yang disarankan,
zat besi 3% dari asupan harian yang disarankan, dan kalsium sebanyak 7% dari asupan
harian yang disarankan (Tatengkeng, 2019)
Selain tanaman cabai merupakan tanaman yang bernilai ekonomis yang tinggi.
Beberapa permasalahan dalam pengendalian penyakit dan hama antara lain adalah gejala
awal yang tidak terlihat jelas sehingga petani maupun masyarakat sulit untuk
mengelompokan penyebab kerusakan yang menyerang tanaman cabai sehingga
mengakibatkan petani mengalami penurunan produksi panen bahkan menyebabkan
gagal panen. Hasil dari pengujian terhadap metode ini terdapat tiga pengelompokan
penyebab kerusakan pada tanaman yaitu C0 untuk jenis cabai yang kerusakan sedang,
C1 kerusakan berat dan C2 untuk kerusakan ringan. Kemudian hasil dari per cluster
yaitu C0 terdapat satu jenis hama yaitu Lalat Buah, C1 terdapat 3 jenis hama yang terdiri
dari Virus kuning, Antraknose dan Thrips, sedangkan C2 terdapat 7 jenis hama yang
terdiri dari Kutu Daun, Tungau, Layu Fusarium, Layu Bakeri, Virus Keriting, Mati
Pucuk, Puru Buah. Analisa ini diharapkan memudahkan petani mengetahui penyebab
kerusakan tanaman cabai atau dinas terkait bisa mengambil tindakan mengantisifasi
penyebab penyebab kerusakan pada tanaman cabai secepat mungkin (Darmansah, 2020)
Komparasi Keanekaragaman Serangga pada Tanaman Cabai Merah, Cabai Rawit dan
TomatAbstrak. Pola penanaman monokultur merupakan penanaman satu jenis tanaman
pada satu satuan luas lahan tertentu. Menurunnya produktivitas dari ketiga komoditi
tersebut di Provinsi Aceh disebabkan oleh pengelolaan agroekosistem yang tidak
berimbang antara faktor abiotik dan biotik. Salah satu penyebab ketidakseimbangan
agroekosistem tersebut akibat penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan prinsip
PHT (Pengelolahan Hama Terpadu) (YULIA et al., 2021)
Kehilangan hasil yang disebabkan serangan hama dan penyakit berkisar antara 12-
65%. Penyakit utama yang sering menimbulkan kerugian pada usahatani cabai adalah
penyakit yang disebabkan oleh golongan virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus
hanya dapat disebarkan melalui bahan tanam dan serangga vektor. Kajiwidya ini
bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang menyebarkan penyakit yang disebabkan
oleh virus pada tanaman cabai. Tanaman cabai merah varietas lokal ditanam dengan
sistem bedengan menggunakan mulsa plastik perak. Pemupukan tanaman menggunakan
pupuk kandang diaplikasikan pada saat pengolahan lahan, dan pupuk susulan NPK yang
diaplikasikan setelah penanaman (Marianah, 2020)
Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak
berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah sedangkan secara parsial faktor
produksi pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi tetapi faktor
produksi lahan dan bibit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah
(Andayani, 2018)
Pemanfaatan pemrosesan citra digital dan sistem jaringan saraf tiruan pada tanaman
cabai juga bisa dipergunakan untuk membedakan jenis tanaman cabai sehingga dapat
memaksimalkan penggunakan tanaman cabai itu sendiri, karena setiap jenis dari
tanaman cabai memiliki sifat dan cita rasa yang berbeda pula yang terdapat pada
tanaman cabai tersebut (Perlindungan & Risnawati, 2020)
Pemrosesan citra pada tanaman cabai ini memerlukan input berupa citra buah cabai
yang diambil menggunakan kamera digital, lalu citra buah cabai diolah dengan
menggunakan Matlab. dan jaringan saraf tiruan. Parameter yang digunakan untuk
masukan jaringan saraf tiruan adalah panjang buah cabai, model atau bentuk buah cabai,
nilai red, green, blue, variatif warna pada buah cabai dan juga rasa pada buah cabai.
Hasilkan output proses citra digitalbuah cabaiadalah menentukan jenis buah cabai
secara akurat. Untuk meminimalisir error dalam proses pengolahan citra maka
digunakan algoritma backpropation yang dimana menggunakan 3 layer, yaitu input
layer, hidden layer, dan output layer (Aldiansyah, 2019)
Budidaya cabai besar dan cabai tiung (caplak) selama ini sangat terpengaruh dengan
adanya penyakit pada buah yang disebut dengan Antraknosa, yang disebabkan oleh
patogen Colletotrichum spp., pada serangan yang berat penyakit antraknosa
( Colletotrichum spp.) dapat menggagalkan panen hingga 100%. Penyakit dapat
menginfeksi buah matang maupun buah muda, gejala awal serangan antraknosa berupa
bercak kecil, luka ini berkembang dengan cepat sampai bergaris tengah 3-4 cm.
Serangan banyak terjadi pada lahan-lahan baik pada dataran tinggi maupun pada lahan
basah (Marsuni, 2020)
Banyaknya jenis Cabai Merah terkadang membuat para petani bingung untuk memilih
bibit yang cocok dan sesuai untuk tanahnya terutama petani yang belum berpengalaman.
Terlebih lagi virus dan bakteri Cabai Merah yang beranekaragam menjadi salah satu
kebimbangan para petani untuk memilih bibit yang sesuai dan tidak mengalami kerugian
saat panen.Empat kriteria dasar yang digunakan yakni rekomendasi dataran, ketahanan
penyakit, umur panen dan potensi panen (Saprudin, 2020)
Cabai rawit (Capsicum frutencens L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting
yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk di kembangkan di daerah tropica seperti
di Indonesia. Upaya peningkatan produksi cabai rawit dengan memanfaatkan Kotoran
kambing secara umum akan memberikan manfaat yang besar bagi kesuburan tanah
dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
jarak tanam dan dosis pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan dan poduksi
tanaman cabe rawit (Qibtiyah et al., 2021)
Budidaya cabai rawit merupakan bisnis yang sangat menjanjikan di Indonesia karena
cabai rawit merupakan salah satu bumbu masakan di Indonesia sehingga petani di
Indonesia banyak yang membudidayakan bibit cabai rawit tetapi mereka masih
menggunakan cara manual untuk memilih bibit cabai rawit yang tepat untuk
dibudidayakan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk memudahkan petani
melakukan pemilihan bibit cabai rawit yang terbaik untuk dibudidayakan. Sistem ini
mengimplementasikan metode simple additive weighting (SAW) yang menggunakan
proses normalisasi matriks keputusan (x) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan
dengan semua alternatif yang ada. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah
curah hujan, umur benih, banyak ranting, berat cabai dan waktu panen. Dengan
dibuatnya sistem pendukung keputusan pemilihan bibit cabai rawit diharapkan akan
mempermudah petani memilih bibit cabai rawit yang terbaik untuk dibudidayakan
berdasarkan hasil perangkingan bobot bibit cabai yang telah di uji (Rachman et al.,
2017)
Budidaya cabai besar dan cabai tiung (caplak) selama ini sangat terpengaruh dengan
adanya penyakit pada buah yang disebut dengan Antraknosa, yang disebabkan oleh
patogen Colletotrichum spp., pada serangan yang berat penyakit antraknosa
( Colletotrichum spp.) dapat menggagalkan panen hingga 100%. Penyakit dapat
menginfeksi buah matang maupun buah muda, gejala awal serangan antraknosa berupa
bercak kecil, luka ini berkembang dengan cepat sampai bergaris tengah 3-4 cm. Serangan
banyak terjadi pada lahan-lahan baik pada dataran tinggi maupun pada lahan basah.
Beberapa cara pengendalian yang dilakukan masih belum dapat untuk menekan tingkat
serangan penyakit, bahkan serangan tetap tinggi, salah satu alternatif pengendalian
dengan melakukan pencegahan dengan perlakuan bibit dipadukan pemberian fungisida
nabati (ekstrak daun mengkudu) (Marsuni, 2020)
Tanaman cabai rawit memiliki potensi ekonomi yang baik untuk dimanfaatkan dalam
bisnis karena kebutuhan akan cabai tinggi dengan harga tinggi, sehingga perlunya teknik
persemaian yang baik agar benih dapat tumbuh cepat dan seragam dengan menggunakan
berbagai media semai (Pianto Ramadhan Prastio & Asih Farmia, 2021)
Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak
berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah sedangkan secara parsial faktor
produksi pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi tetapi faktor
produksi lahan dan bibit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah
(Andayani, 2018)
DAFTAR PUSTAKA