Anda di halaman 1dari 23

Meningkatnya kerusakan sumber daya alam dan

lingkungan hidup saat ini

sangat mengkhawatirkan,

perlunya merubah orientasi dan paradigma


pembangunan yang selama ini lebih mengandalkan
pada keberadaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup, serta lebih bertumpu pada pertumbuhan
ekonomi tanpa memperhatikan aspek kelestarian
dan peningkatan kesejahteraan.
 perubahan orientasi dan paradigma
pembangunan tersebut sampai saat ini
belum berlangsung mulus.
 Adanya anggapan bahwa sumber daya
alam dan lingkungan hidup tidak terbatas
ketersediaannya, sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
 tidak dihargainya SDA secara memadai,
seringkali harga tersebut jauh di bawah nilai
yang sesungguhnya (under value).
 SDA dan lingkungan hidup sering kali
dilupakan dalam berbagai kegiatan
perekonomian,

 SDA dan lingkungan hidup lebih


diperlakukan hanya sebagai faktor
produksi dari kegiatan ekonomi saja,
daripada sebagai asset yang
diperhitungkan penyusutannya.
 Untuk merubah orientasi dan paradigma yang lebih
mengintegrasikan perekonomian dan lingkungan
hidup, maka salah satu hal yang dianggap penting
untuk dipertimbangkan adalah komponen nilai yang
melekat pada berbagai komoditas sumber daya alam
dan lingkungan hidup.

 Dengan demikian, maka akan terjadi kesamaan bahasa


antara bahasa ekonomi dan bahasa lingkungan dengan
menggunakan nilai dan adanya pemahaman bahwa
SDA dan lingkungan hidup mempunyai nilai dan
diperlakukan seperti barang ekonomi lainnya,
VALUASI EKONOMI
 Pertanyaan yang sering muncul:“bagaimana mengukur
dan menilai jasa lingkungan pada saat konsumen tidak
mengkonsumsi langsung jasa lingkungan tersebut, atau
bahkan tidak pernah mengunjungi tempat dimana SDAL
tersebut berada?” VALUASIEKONOMI

 Valuasi ekonomi sebuah upaya untuk memberikan nilai


kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
SDAL terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi
barang dan jasa tersebut.

 Akar dari fondasi penilaian :ekonomi neoklasik


(neoclassicaleconomics) yang menekankan pada
kepuasan konsumen.
 Menurut ekonomi neo-klasik penilaian individu
terhadap suatu barang atau jasa merupakan selisih
antara WTP dengan biaya yang diperlukan untuk
mensuplai (menyediakan) barang atau jasa
tersebut.

 Jika untuk mendapatkan barang/jasa lingkungan


tidak diperlukan biaya (at no cost) nilai WTP
individu mencerminkan nilai SDAL itu sendiri,
terlepas kita membayar/tidak untuk mendapatkan
barang/jasa tersebut.

 Konsep ini mirip dengan surplus konsumen yang


sudah dikenal cara pengukurannya dalam barang
dan jasa konvensional/non SDAL
Menurut Pearce dan Turner (1991) menilai jasa-jasa
lingkungan pada dasarnya dinilai berdasarkan ”willingness to
pay” (WTP) dan ”willingnes to accept (WTA).

o Willingness to pay dapat diartikan sebagai berapa besar


orang mau membayar untuk memperbaiki lingkungan yang
rusak (kesediaan konsumen untuk membayar), sedangkan
willingness to accept adalah berapa besar orang mau
dibayar untuk mencegah kerusakan lingkungan (kesediaan
produsen menerima kompensasi) dengan adanya
kemunduran kualitas lingkungan.

o Kesediaan membayar atau kesediaan menerima


merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan
kesediaan menerima adalah parameter dalam penilaian
ekonomi (Pearce dan Moran, 1994).
TUJUAN VALUASI EKONOMI
1. Menentukan nilai ekonomi total (Total Economic
Value,TEV) dari suatu SDAL yang berada dalam
suatu kawasan ekosistem tertentu
2. Menentukan nilai jasa lingkungan tertentu dari
suatu ekosistem atau sumberdaya alam dan lingk
3. Menentukan nilai kerusakanl ingkungan dengan
tujuan menentukan nilai ganti rugi
4. Menentukan nilai dampak lingkungan dari suatu
kegiatan pembangunan
5. Menentukan nilai lingkungan (kerusakan
lingkungan, nilaiSDAL,dll) dengan tujuan menyusun
neraca SDAL
6. Menentukan nilai lingkungan untuk menyusun
PDRB Hijau
Nilai Ekonomi SDAL
 Jumlah maksimum seseorang ingin/rela/berkehendak/
tidakkeberatan mengorbankan barang dan jasa demi
mendapatkan barang dan jasa lain Willingnesstopay(WTP).

 WTPSDALkerelaan seseorang mengorbankan barang dan


jasa untuk mendapatkan atau mempertahankan keberadaan
barang dan jasa lingkungan dan SDA dapat dianggap sebagai
nilai SDAL.

 WTP dapat dinggap sebagai„ penterjemah ‟nilai ekologis


SDAL terhadap bahasa ekonomi dengan mengukur nilai
moneter dari setiap fungsi ekonomi dan ekologis SDAL
tersebut.

 Ada kecenderungan, peniaian SDAL dilakukan dengan


menggunakan nilai pasar. Hal ini mudah dipahami dan tdk
menimbulkan perdebatan walaupun menyisakan persoalan.6
NILAI EKONOMI TOTAL
 Pada barang non konvensional yang
menghasilkan jasa sulit terukur, penentuan
surplus konsumen sulit dilakukan karena pasar
tidak memberikan sinyal/harga (ingat harga
sebagai sinyal). Untuk menjembatani
kompleksitas ini, maka dibuatlah konsep total
economic value atau nilai ekonomitotal (TEV),
yaitu nilai ekonomi total bagi setiap individu atas
SDAL.

 Nilai ekonomi total (TEV) nilai ekonomi SDAL


dalam suatu ekosistem tertentu yang merupakan
penjumlahan dari nilai guna (usevalue) dan nilai
non guna (non use value)
Nilai Ekonomi Total
(Total Economic Value)

Nilai Guna Nilai Bukan Guna


(Use Value) (Non Use Value)

Nilai Guna Nilai Guna Tidak Nilai Nilai Nilai


Langsung langsung Pilihan Warisan Keberadaan
(Direct Use (Indirect Use (Option (Baquest ( Existence
Value) Value) )Value Value) Value)

Gambar 2. Struktur Nilai Ekonomi Total (TEV)


Total Economic Value (TEV) dapat ditulis dengan persamaan
matematis sebagai berikut:

TEV = UV + NUV
UV = DUV + IUV + OV
NUV = EV + BV
TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (EV + BV)

Dimana:
TEV = Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total)
UV = Use Values (Nilai Penggunaan)
NUV = Non Use Value (Nilai Intrinsik)
DUV = Direct Use Value (Nilai Penggunaan Langsung)
IUV = Inderect Use Value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung)
OV = Option Value (Nilai Pilihan)
EV = Existence Value (Nilai Keberadaan)
BV = Bequest Value (Nilai Warisan/Kebanggaan)
 TEV dianggap sama dengan manfaat bersih
yang diperoleh individu dari sumberdaya alam

Manfaat penentuan TEV :


▲ Apresiasi yang tinggi terhadap SDAL
▲ Merupakan data/informasi penting untuk
menentukan kebijakan pengelolaan SDAL
dengan mempertimbangkan hubungan timbal
balik antara ekonomi dan lingkungan
▲ Sebagai bahan analisis alam menentukan
proyek pemanfaatan SDAL
TAHAPAN VALUASI EKONOMI
Tahap 1.
Penentuan daerah atau wilayah yang akan divaluasi,
untuk mengetahui cakupan wilayah yang dapat
dinilai, potensi SDAL, pola pemanfaatan, kondisi
sosial ekonomi terkait dgn pemanfaatan, dan
identifikasi narasumber yang akan menjadi
instrumen penilaian
Tahap 2.
Penentuan Tujuan, untuk mengetahui tujuan/sasaran
penilaian, apakah untuk menghitung nilai ekonomi
total (TEV), menghitung biaya ganti rugi, neraca
SDAL, AMDAL dll. Jika tujuan valuasi untuk
menghitung TEV, dilanjutkan dengan tahapan
berikutnya
Tahap 3.
Identifikasi permasalahan, tidak semua komponen
SDAL atau kerusakan lingkungan dapat divaluasi
karena berbagai keterbatasan. Untuk itu perlu dibuat
skala prioritas berdasarkan hasil identifikasi. Untuk
kemudahan bisa dibuat matriks kualitatif yang
sesuai.

Tahap 4.
Identifikasi Jenis dan sebaran SDAL, dimana SDAL
bisa berada dalam berbagai bentuk ekosistem. Tiap
ekosistem memiliki fungsi yang berbeda sehingga
akan memiliki nilai yang berbeda. Untuk itu,
diperlukan identifikasi jenis dan sebaran SDAL dalam
berbagai ekosistem tersebut.
Tahap 5.
Identifikasi Fungsi dan Manfaat SDAL, setelah jenis
dan sebaran SDAL diketahui, identifikasi fungsi dan
manfaat dari masingmasing SDAL. Pisahkan antara
manfaat ekstraktif dan non ekstraktif. Perlu dibuat
matrik untuk memudahkan penilaian.

Tahap 6.
Penentuan Metoda Valuasi, setelah fungsi dan
manfaat SDAL teridentifikasi, kemudian tentukan
teknik yang paling sesuai digunakan untuk menilai
fungsi/manfaat tsb. Matrisk yang dibuat pada tahap 5
bisa ditambahkan kolom untuk menuliskan teknik
valuasi yang paling sesuai
Tahap 7.
Kuantifikasi Data, pendekatan nilai pasar masih
merupakan teknik valuasi yang paling mudah, namun
membutuhkan data kuantitatif masing-masing fungsi
SDAL yang akan dinilai (meliputi luasan,
penambahan/ pengurangan produktifitas dll).
Kuantifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pendekatan. Untuk memvaluasi fungsi SDAL
yang non ekstraktif juga perlu data kuantitatif yang
sesuai dengan teknik valuasi yang digunakan.

Tahap 8.
Valuasi Fungsi/manfaat SDAL, dimana valuasi
ekonomi didapat dengan cara mengalikan data
kuantitatif dengan nilai moneter.
Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Lahan

Nilai Bukan
Nilai Penggunaan
Penggunaan

Penggunaan Penggunaan Nilai Nilai Nilai


Langsung Tdk Pilihan Keberadaan Warisan
Langsung

Langsung Nilai Penggunaan Nilai dari pengetahuan


Manfaat mengenai
dapat langsung & tidak
Fungsional keberlangsungan
dikonsums langsung masa depan
keberadaan lahan
i pertanian

 Pemasok air tanah  Habitat


 Komoditas  Pengendali banjir  B
 Species langka
 Pencegah erosi & i
 Bahan o  Perubahan yg
longsor
organik d irreversible
 Tempat rekreasi
i
v
e
Semakin berkurang nilai atau manfaat nyata
r bagi individu
s
i
t
y
Sumber: Munasinghe, 1993.  K
Gambar 2. Klasifikasi Nilai Ekonomi Lahan Pertanian
1. Nilai penggunaan (use value) diperoleh dari pemanfaatan aktual dari
SDAL. Menurut Pearce dan Moran (1994) nilai penggunaan berhubungan
dengan nilai karena seseorang memanfaatkan/berharap akan
memanfaatkan di masa mendatang.

2. Nilai penggunaan langsung (direct use values) dihitung berdasarkan


kontribusi SDAL dalam membantu proses produksi dan konsumsi saat ini
(Munasinghe, 1993). Nilai penggunaan langsung tersebut mencakup
seluruh manfaat SDAL yang dapat diperkirakan langsung dari konsumsi
dan produksi melalui satuan harga berdasarkan mekanisme pasar. Nilai
penggunaan langsung berkaitan dengan output yang langsung dapat
dikonsumsi, misalnya makanan, kesehatan, rekreasi.
3. Nilai penggunaan tidak langsung (indirect use values) ditentukan oleh

manfaat yang berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam mendukung aliran


produksi dan konsumsi (Munasinghe, 1993). Nilai guna tidak langsung
diperoleh dari fungsi pelayanan lingkungan hidup dalam menyediakan
dukungan terhadap proses produksi dan konsumsi saat ini, misalnya nilai
berbagai fungsi ekologi terhadap daur ulang unsur hara dalam tanah.
Dengan demikian, nilai penggunaan tidak langsung merupakan manfaat-
manfaat fungsional dari proses ekologi dari proses ekologi yang secara
terus menerus memberikan kontribusinya terhadap masyarakat dan
ekosistem. Misalnya sumberdaya lahan sawah yang cukup luas
memberikan udara bersih, tempat rekreasi dengan pemandangan yang
indah, pengendali banjir dan erosi serta memberikan sumber air tanah untuk
petani dan masyarakat sekitarnya.
4. Nilai pilihan (option value) berkaitan dengan pilihan pemanfaatan
lingkungan di masa mendatang. Ketidakpastian penggunaan di masa
datang berhubungan erat dengan ketidakpastian penawaran lingkungan
sehingga option value lebih diartikan sebagai nilai pemeliharaan
sumberdaya sehingga pilihan untuk memanfaatkannya masih tersedia
untuk masa yang akan datang. Nilai pilihan merupakan kesediaan
konsumen untuk mau membayar asset yang tidak digunakan (Irawan,
2005) dengan alasan untuk menghindari resiko karena tidak dapat lagi
memanfaatkannya di masa mendatang. Dengan demikian nilai guna pilihan
meliputi manfaat sumberdaya alam dan lingkungan yang tidak dieksploitasi
pada saat ini, tetapi disimpan demi kepentingan yang akan datang.
5. Nilai intrinsik atau nilai non-penggunaan (non use values) nilai yang
diberikan pada sumberdaya alam dan lingkungan atas dasar
keberadaannya, meskipun tidak dikonsumsi secara langsung. Nilai yang
diberikan tersebut sebenarnya sulit diukur dan dianalisis, karena lebih
didasarkan pada preferensi terhadap lingkungan (berkaitan dengan motif
atau sifat dermawan) daripada pemanfaatan langsung (Munasinghe,
1993). Nilai intrinsik berhubungan dengan nilai kesediaan membayar
positif jika seseorang tidak bermaksud memanfaatkannya (Pearce dan
Moran, 1994), kemudian nilai tersebut dibedakan atas nilai keberadaan
(existence values) dan nilai warisan (bequest values).
6. Nilai keberadaan (existence values) mempunyai nilai karena adanya
kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu asset,
walaupun yang bersangkutan tidak ada keinginan untuk
memanfaatkannya. Nilai keberadaan diberikan seseorang atau
masyarakat kepada sumberdaya alam dan lingkungan semata-mata
sebagai bentuk kepedulian karena telah memberikan manfaat estetika,
spiritual dan budaya. Misalnya masyarakat memberikan nilai terhadap
budaya ritual dalam prosesi panen raya di Suatu daerah agar budaya
tersebut tetap lestari.

Nilai warisan (bequest values) berhubungan dengan kesediaan


membayar yang diberikan oleh masyarakat saat ini untuk melindungi
manfaat lingkungan untuk generasi mendatang. Nilai keberadaan
muncul karena adanya kepuasan atas keberadaan sumberdaya,
meskipun secara individu tidak berkeinginan memanfaatkannya.

Anda mungkin juga menyukai