Japanese Encephalitis (JE)
Japanese Encephalitis dulu dikenal dengan nama Japanese B
Encephalitis.
Penyakit zoonosis yang disebabkan kelompok arbovirus yang
bersifat bawaan arthopoda genus Flavoviridae (single stranded RNA).
Penyakit radang otak pada manusia yang ditularkan dari babi
melalui gigitan nyamuk.
Cx. tritaeniorhynchus sebagai vektor utama JE. {Olson et al., (1985)}
Dapat juga diisolasi dari jenis nyamuk Cx. gelidus, Cx. fuscocephalus
dan Cx. vishnui yang dikoleksi dari Kapuk, Indonesia.
Japanese Encephalitis (JE)
suatu penyakit yang menyerang susunan saraf pusat (otak)
yang mengakibatkan radang otak mendadak yang disebabkan
oleh virus JE. Penyakit JE bukanlah penyakit baru, tetapi
sudah lama dikenal di pulau Bali.
Penyakit ini ditularkan oleh vektor penular dan reservoir
(sumber infeksi). Yang bertindak sebagai vektor adalah
nyamuk jenis culex sedangkan reservoir adalah babi, sapi,
kuda, kera, kambing, burung dan lain-lain.
Ternak babi mempunyai peran terpenting yang bertindak
sebagai satu-satunya induk semang penguat (amplifier
host) dari virus JE.
Ketiga, stadium konvalesen atau tahap akhir. Stadium ini dimulai pada
saat suhu tubuh kembali normal. Tanda-tanda neurologis bisa menetap
atau cenderung membaik. Bila penyakit berat dan berlangsung lama
dapat terjadi gejala sisa seperti gangguan mental berupa emosi tidak
stabil, lambat berbicara, perubahan kepribadian dan lumpuh sebagian
tubuh.
Lanjutan ......,
Esefalitis Akut:
Pan-encephalitis
Infected neurons throughout CNS
Occasional microscopic necrotic foci
Thalamus generally severely affected
DIAGNOSA DAN PENGOBATAN
Diagnosa laboratorik diperlukan
Diagnosa sementara:
Terapi suportif
Pencegahan
Pencegahan dan pemberantasan JE ditujukan kepada manusia, vektor
(nyamuk beserta larvanya) serta reservoir. Pada manusia dengan
menghindari diri dari gigitan nyamuk culex. Nyamuk ini menggigit mulai
menjelang malam hari sampai besok paginya oleh karena itu perlu
mempertimbangkan penggunaan kelambu bila tidur. Dapat pula
mempergunakan repellen dalam bentuk cairan/krim atau memakai obat
pembasmi nyamuk dalam bentuk gulungan yang menghasilkan asap.
Penggunaan vaksin (imunisasi) pada manusia masih dalam tahap
penelitian karena biaya untuk melakukan vaksinasi masal cukup mahal.
Pembasmian nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan cara
konvensional yaitu melakukan penyemprotan dengan
insektisida seperti malathion, fenitrothion. Pemberantasan
larva dilakukan dengan cara pengaturan pengaliran air
(irigasi) di sawah dengan baik atau dapat mempergunakan
larvasida. Tentu saja yang paling dianjurkan adalah
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh
masyarakat. Ini akan mencegah perkembangbiakan
daripada nyamuk.
Tindakan terhadap reservoir yaitu hewan yang menjadi
perantara dari virus JE. Peternak-peternak babi hendaknya
membuat kontruksi kandang babi sedemikian rupa sehingga
mengurangi kesempatan bagi nyamuk untuk datang
bersarang.