Anda di halaman 1dari 46

PKRS : Inhaler

dan Antibiotik
Kelompok 5 :
20340091 Rauzatul Ulfa
20340092 Imanuel S
20340093 Wahyu Hidayat
20340094 Kiky Maykasari
20340095 Popi Marleni
20340096 Deska Andriani
20340097 Ersamukti R. Achmad
20340098 Khalda Nisrina
20340099 Dedek Suwanda
20340100 Sandi Fitriningsih
PKRS
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa


setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab dan setiap orang berhak
memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan
 Pelayanan promotif dan preventif di Rumah Sakit dapat diwujudkan melalui
penyelenggaraan PKRS.
 PKRS Merupakan proses memberdayakan Pasien, keluarga Pasien, sumber
daya manusia Rumah Sakit, pengunjung Rumah Sakit, dan masyarakat sekitar
Rumah Sakit untuk berperan serta aktif dalam proses asuhan untuk
mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju pencapaian derajat kesehatan yang optimal.
TUJUAN PKRS

 memberikan acuan kepada Rumah Sakit dalam penyelenggaraan PKRS.


 mewujudkan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat melindungi Pasien
dalam mempercepat kesembuhannya, tidak mengalami sakit berulang karena perilaku yang
sama, dan meningkatkan perilaku hidup sehat.
 mewujudkan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
informasi dan edukasi kepada Keluarga Pasien agar mampu mendampingi Pasien dalam proses
penyembuhan dan mencegah Pasien tidak mengalami sakit berulang, menjaga, dan
meningkatkan kesehatannya, serta menjadi agen perubahan dalam hal kesehatan.
 mewujudkan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
informasi dan edukasi kepada Pengunjung Rumah Sakit agar mampu mencegah penularan
penyakit dan berperilaku hidup sehat.
 mewujudkan Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang sehat dan aman untuk SDM Rumah Sakit.
 mewujudkan Rumah Sakit yang dapat meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat Sekitar
Rumah Sakit.
Prinsip penyelenggraan PKRS
 Prinsip paradigma sehat
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada peningkatan, pemeliharaan, dan
perlindungan kesehatan, sehingga tidak hanya terfokus pada pemulihan atau penyembuhan
penyakit
 Kesetaraan
Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, mudah diakses, dan memberikan
kesempatan yang sama kepada seluruh sasaran
 Kemandirian
Penyelenggaraan PKRS mendorong untuk berperilaku hidup bersih dan sehat secara mandiri
sehingga tidak mengalami sakit berulang karena perilaku yang sama serta mampu mencegah dan
mengelola risiko terjadinya penyakit
 Keterpaduan dan Kesinambungan
Penyelenggaraan PKRS terpadu dan terintegrasi dalam pelaksanaanya harus melibatkan multi
profesi/disiplin, instalasi/unit fungsional, lintas program dan lintas sektor, dan kelompok
masyarakat
Sasaran PKRS

 Pemerintah pusat dan pemerintah daerah


 Kepala atau Direktur Rumah Sakit.
 SDM Rumah Sakit.
 Pasien
 Keluarga Pasien
 SDM Rumah Sakit
 Pengunjung Rumah Sakit
 Masyarakat Sekitar Rumah Sakit
 Pemangku kepentingan terkait.
Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 tingkat
pencegahan
 Promosi Kesehatan pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga
mampu meningkatkan kesehatan,
 Promosi Kesehatan tingkat preventif pada kelompok berisiko tinggi untuk
mencegah agar tidak jatuh sakit
 Promosi Kesehatan tingkat kuratif agar Pasien cepat sembuh atau tidak
menjadi lebih parah
 Promosi Kesehatan pada tingkat rehabilitatif untuk membatasi atau
mengurangi kecacatan
 Promosi Kesehatan pada Pasien baru sembuh dan pemulihan akibat
penyakit (rehabilitasi)
PKRS

 Di dalam gedung  Di luar gedung


- Ruang pendaftaran / administrasi - Tempat parkir
- Pelayanan rawat jalan - Taman RS
- Pelayanan rawat inap - Dinding luar RS
- Pelayanan penunjang medik - Pagar pembatas kawasan RS
- Pelayanan bagi klien (orang sehat) - Kantin / kios di kawasan RS
- Ruang pembayaran rawat inap - Tempat ibadah di RS
MANAJEMEN PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT
 Pengkajian
Pengkajian bagi Pengunjung Rumah Sakit dan Masyarakat Sekitar Rumah
Sakit dapat dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang meliputi:
data demografi, data penyakit, data kunjungan dan data perilaku.
 Perencanaan
Dilaksanakan dengan melibatkan instalasi, unit, atau tim lain secara
berkesinambungan
 Pelaksanaan
Dilakukan melalui strategi advokasi, pemberdayaan masyarakat, dan
kemitraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 monitoring dan evaluasi.
Salah satu bentuk PKRS mengenai
macam-macam inhaler dan penggunaan
antibiotik yang dapat dilakukan yakni
penyuluhan yang dapat memafaatkan
bebagai media seperti Poster, Laeflet
buletin.
Informasi yang dimuat saat melakukan
PKRS mengenai macam-macam inhaler
 Pengertian masing- masing-masing
 Nama & Gambar untuk mempermudah dalam membedakan masing-masing
bentuk sesuai dengan nama dan fungsi
 Cara pengunaan inhaler
 Penyimpanan inhaler
 Hal yang harus diperhatikan setelah penggunaan inhaler.
Misalnya : berkumur setelah menggunakan inhaler untuk menghindari terjadinya candidiasis
Penggunaan antibiotik yang rasional

 Informasi penting yang harus disampaikan untuk mengedukasi masyarakat :


1. Penggunaan Antibiotik Harus Dengan Resep Dokter
2. Demam, Batuk, Pilek tidak memerlukan antibiotik
3. Cara penggunaan dan lama durasi penggunaan antibiotik yang tepat
INHALER
INHALER
• Inhaler adalah suatu alat untuk penggunaan obat secara
inhalasi. Inhalasi menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (FI IV) adalah
sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat
yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh
efek lokal atau sistemik. Umumnya inhaler ditujukan untuk penggunaan obat
asma atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), karena dengan
cara ini obat dapat langsung masuk ke paru-paru sehingga dapat bekerja lebih
cepat untuk mengatasi serangan asma dan efek sampingnya lebih minimal.
Bentuk contoh sediaan inhaler
• MDI (Metered Dose Inhaler) : Dikemas dalam tabung aerosol kecil, ketika
ditekan alat ini mengeluarkan obat ashma dengan dosis terukur. (Rahajoe,
2008)
Metered-dose inhaler
(MDI)
a. Dapat menggunakan spacer
b. Energi yang dibutuhkan berdasarkan dari propilen
c. Memerlukan kordinasi yang pas antara mengirup dan
menekan obat
d. Terjadi penurunan dosis pada keadaan dingin
e. Memerlukan persiapan khusus seperti pengocokan dan
penyemprotan aerosol sebelum digunakan
(Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler pads Gangguan
Pernafasan
, Amelia Lorensia 2008)
Komponen dalam MDI :
• a) Plastic holder (pegangan plastik) MDI terdiri dari casing plastik yang berisi tabung logam. Casing ini memiliki mouthpiece
yang ditutupi oleh cap. Setiap kali kanister tabung ditekan dosis obat dilepaskan dan counter akan menghitung mundur per satu.
Pasien harus mempertimbangkan untuk mendapatkan pengganti ketika counter menunjukkan angka 020. Penghitung tidak dapat
direset dan menempel secara permanen pada tabung MDI

• b) Headspace dan inhaled air entry Headspace merupakan ruang kosong berisi inhaled air entry atau udara yang akan keluar
bersama cairan suspensi dalam bentuk aerosol (udara yang membawa droplet) yang akan berada pada bagian atas saat inhaler
digunakan.

• c) Obat-Propelan MDI mengeluarkan obat melalui kanister (tabung) bertekanan yang mengandung campuran obat-propelan,
dengan menekan kanister kebawah. Kanister akan mengeluarkan aerosol yang dapat dihirup oleh pasien. Propelan pada MDI
berguna untuk mencairkan obat yang awalnya berbentuk gas pada tekanan atmosfer, menjadi cair apabila ditekan. Propelan yang
baik bersifat tidak toksik, tidak mudah terbakar, kompatibel dengan formulasi obat baik dalam bentuk suspensi maupun larutan,
serta memiliki titik didih dan densitas yang baik.
d. Metering Valve
• Seperangkat sekat antara kanister dan valve stem yang menjadi jalan keluar bagi obat dari kanister sekaligus sebagai sistem yang
mengatur keakuratan dosis yang dikeluarkan.
e. Activator body
• Badan aktivasi yang memicu mekanisme terbukanya metering valve dan obat dalam kanister dapat masuk menuju saluran sampai pada
atomizing nozzle
f. Actuator
• Kanister MDI yang lengkap akan terpasang pada sebuah actuator plastik untuk digunakan oleh pasien. Desain dari actuator sangat
penting, terutama karena ukuran partikel aerosol ditentukan oleh diameter pipa, yang bervariasi antara 0,14 mm-0,6 mm.
g. Mouthpiece
• Area pengarah aliran droplet aerosol yang keluar dari atomizing nozzle menuju rongga mulut untuk pada akhirnya dialirkan ke paru-paru
h. Atomizing nozzle
• Pipa semprot atomik yang merupakan ujung dari valve stem tempat keluarnya obat berbentuk droplet dalam aerosol.
i. Valve stem
• Tangki katup yang berbentuk saluran sebagai jalan keluarnya obat menuju atomizing nozzle
j. Pressurized canister (kanister bertekanan)
• Semua kontainer bertekanan harus menghindari suhu ekstrim seperti panas dan dingin. MDI itu wadah plastik harus dipisahkan dari
tabung dan dibersihkan seminggu sekali.
Ukuran Partikel MDI

• FDA menyatakan bahwa salah satu bentuk kontrol yang sangat penting untuk aerosol inhalasi adalah distribusi
ukuran partikel dari dosis yang dihantarkan. Parameter ini tergantung pada formulasi, katup, dan mouthpiece.
Distribusi ukuran partikel yang optimal untuk sebagian besar aerosol inhalasi secara umum telah diakui sebagai
berada di kisaran 1-5 mikron. Distribusi ukuran partikel dipengaruhi oleh karakteristik semprotan dari produk obat,
serta faktor-faktor lainnya dan tidak semata-mata ditentukan oleh ukuran partikel zat obat yang tersuspensi dalam
formulasi. Obat sediaan MDI dikeluarkan dengan cara aktuasi dan memerlukan koordinasi pada proses inhalasinya.
Penggunaan
• MDI (Metered dose inhaler)
• Standard MDI’s : ketika alat ditekan, propelan akan mendorong beberapa dosis obat, dan secara bersamaan dengan
itu pengguna harus menarik napas dalam agar obat terbawa masuk ke dalam saluran pernapasan. Butuh koordinasi
yang baik antara menekan alat dan menarik napas.

• Breathe activated MDI’s : alat dimasukkan ke dalam mulut, dan dosis obat akan lepas bersamaan dengan saat
bernapas, sehingga tidak perlu ada kordinasi.
• Cara penggunaannya yaitu:
• Kocok tabung inhaler  (3-4 kali).
• Buka tutupnya.
• Bernapaslah di luar alat.
• Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci diantara gigi, tutup mulut rapat-rapat.
• Mulailah bernapas dengan perlahan, tekan bagian atas alat dan tetap bernapas perlahan sampai satu tarikan penuh.
• Keluarkan alat dari mulut, tahan napas selama 10 detik sebelum membuang napas.
• Jika butuh lebih dari satu puff, tunggu dulu selama kurang lebih 1 menit, kemudian kocok lagi tabung inhaler dan
ulangi langkah 3-6.
• Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan inhaler yang mengandung kortikosteroid.
Inhaler adalah sediaan obat atau larutan
atau suspensi terdiri atas satu atau lebih
bahan obat yang diberikan melalui
saluran napas hidung atau mulut untuk • MDI (Metered dose inhaler)
memperoleh efek lokal atau sistemik
• Standard MDI’s : ketika alat
ditekan, propelan akan
Bentuk sediaan Inhaler : mendorong beberapa dosis
MDI (Metered Dose Inhaler) : Dikemas dalam tabung
obat, dan secara bersamaan
aerosol kecil, ketika ditekan alat ini mengeluarkan
dengan itu pengguna harus
obat ashma dengan dosis terukur
menarik napas dalam agar obat
Metered-dose inhaler terbawa masuk ke dalam
(MDI) saluran pernapasan. Butuh
koordinasi yang baik antara
a. Dapat menggunakan spacer menekan alat dan menarik
b. Energi yang dibutuhkan berdasarkan dari napas.
propilen
c. Memerlukan kordinasi yang pas antara
mengirup dan menekan obat
d. Terjadi penurunan dosis pada keadaan
dingin
e. Memerlukan persiapan khusus seperti
pengocokan dan penyemprotan aerosol
sebelum digunakan
(Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam
Alat Inhaler pads Gangguan Pernafasan, Amelia
Lorensia 2008)
DPI
Dry Powder Inhaler
DPI
• Jenis bentuk bubuk :
- Turbuhaler
- Diskus
- Handyhaler
- Swinghaler
• Bentuk bubuk : partikel obat yang halus
- Tidak mengandung freon
- Tidak iritasi ke orofaring
- Lebih mudah dipakai anak-anak dan orangtua
- Harga lebih mahal
DPI
• Obat dihirup waktu menarik napas
• Tidak diperlukan koordinasi tangan dan tarik napas
• Tidak menggunakan propelan sehingga pasien harus dapat menarik napas dengan
kuat
• Praktis dan mudah dibawa
• Tidak perlu spacer
Turbuhaler
Diskus
Handihaler
Swinghaler
NEBULIZER
NEBULIZER
Nebulizer adalah suatu alat yang bisa menyemburkan medikasi atau agens
pelembab seperti agens bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel
mikroskopik dan mengirimkannya kedalam paru paru ketika klien menghirup
nafas.
Cara Penggunaan Nebulizer
LEAFLET

DPI (DRY POWDER


INHALER)

Menghirup obat

1. Buanglah napas untuk m engosongkan


paru-paru. T etapi jangan didepan pulm icort
tubuhaler yang sudah disiapkan dosis yang
akan digunakan.
2. P ada saat m enghirup posisikan turbuhaler
m endatar. Date of publication
3. Masukan m outhpice kedalam m ulut dan DISUSUN OLEH:
katupkan bibir dengan rapat. H iruplah KELOMPOK 5
m elalui m ulut secara perlahan-lahan dan
dalam .
4. Lepaskan mouthpiece dari dalam m ulut.
T ahan napas selam a 5-10 detik. Setelah itu
hem buskan napas dengan pelan-pelan.
5. Jika diperlukan lebih dari satu dosis m aka
tunggu selam a 30 detik sebelum dosis
berikutnya.
6. Setelah selesai pasang tutup kem bali
7. Berkum urlah dengan air.

KONSELING INFORMASI
&EDUKASI
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG
RASIONAL
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi
menimbulkan berbagai permasalahan terutama
resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat
penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan
kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak
benar di fasilitas pelayanan kesehatan.
Prinsip Penggunaan Antibiotik

1. penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit


2. mengutamakan penggunaan antibiotik lini pertama.
3. penerapan penggunaan antibiotik secara terbatas
4. dengan menegakkan diagnosis penyakit infeksi
5. Pemilihan jenis antibiotik
Penggunaan Antibiotik Pada Kelompok Khusus

1. Penggunaan Antibiotik Pada Anak Perhitungan dosis antibiotik


berdasarkan per kilogram berat badan ideal sesuai dengan usia
dan petunjuk yang ada dalam formularium profesi.
2. Penggunaan Antibiotik Pada Wanita Hamil dan Menyusui
(Hindari penggunaan antibiotik pada trimester pertama
kehamilan kecuali dengan indikasi kuat) Indeks keamanan
penggunaan obat pada wanita hamil merujuk pada ketetapan
US-FDA yaitu kategori A, kategori B, kategori C, kategori D dan
kategori X
3. Penggunaan Antibiotik pada Usia Lanjut
Pada penderita usia lanjut (>65 tahun) sdianggap
mempunyai gangguan fungsi ginjal ringan sehingga
penggunaan antibiotik untuk dosis pemeliharaan perlu
diturunkan atau diperpanjang interval pemberiannya,
komorbiditas pada usia lanjut yang sering menggunakan
berbagai jenis obat memerlukan pertimbangan terjadinya
interaksi dengan antibiotik
4. Penggunaan Antibiotik Pada Insufisiensi Ginjal
Dosis antibiotik disesuaikan dengan creatinine clearance
Upaya untuk Meningkatkan Mutu Penggunaan Antibiotik

• Prinsip Penetapan Dosis, Interval, Rute, Waktu dan Lama


Pemberian (rejimen dosis)
• Monitoring Efektivitas, Efek Samping dan Kadar Antibiotik
Dalam Darah
• Interaksi Antibiotik dengan Obat Lain
• Pemberian Informasi dan Konseling
CONTOH OBAT ANTIBIOTIK
1. Ampisillin
2. Kloramfenikol
3. Rifampisin
4. Tetrasiklin
5. Kotrimoksazol
LEAFLET
Pustaka

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2018


Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012
Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
 DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta: DepKes RI.
 Lorensia, Amelia & Suryadinata, Rivan Virlando. 2018. Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler
pada Gangguan Pernafasan. Surabaya: M-Brothers Indonesia.
 Katzung B. Basic and clinical pharmacology. 12th ed. Boston: McGraw-Hill; 2012.
 Menteri Kesehatan Indonesia. 2011. PERMENKES/NO. 2046/ MENKES/ PER/ XII/ 2011. Tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Menkes RI
Referensi

Anda mungkin juga menyukai