Anda di halaman 1dari 44

OBAT ANTIINFLAMASI DAN

ANTIINFEKSI

Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt.


OBAT ANTIINFLAMASI
A. PENGERTIAN
• Inflamasi adalah respon terhadap cidera jaringan atau infeksi.
Ketika inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskuler dimana
cairan, elemen-elemen darah, leukosit dan mediator kimia
berkumpul pada tempat cedera atau infeksi.

• Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan,


dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi
agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk
mempersiapkan perbaikan Jaringan.
1. Obat Antiinflamasi NonSteroid (AINS)

• AINS menghambat prostaglandin, mempunyai efek


analgesic dan antipiretik.
• Memberikan AINS digunakan untuk mengatasi nyeri
biasanya dosis lebih tinggi.
• Obat ini lebih cocok untuk mengurangi pembengkakan,
nyeri dan kekakuan sendi.
• Ada tujuh kelompok AINS yaitu salisilat, derivat asam para-
klorobenzoat, derivat pirazolon, derivat asam propionat,
fenamat, oksikam dan asam fenilasetat.
2. Obat-obat Anti-gout

• Gout merupakan inflamasi yang menyerang sendi,


tendon dan jaringan lain.
• Tempat yang paling sering adalah sendi pada ibu jari
• Gout ditandai dengan defek metabolisme purin
sehingga terjadi peningkatan asam urat.
OBAT ANTIINFEKSI
A. PENGERTIAN
• Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama
fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi jenis mikroba lain.
• Antibiotika (Latin : anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat
kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup terutama fungi
dan bakteri ranah.
• Yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
• Obat bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri
sedangkan obat bakterisid membunuh bakteri.
Pembuatan Antibiotika
• Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan
mikrobiologi dimana mikroorganisme dibiakkan dalam tangki-
tangki besar dengan zat-zat gizi khusus.
• Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril
guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi
antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur,
antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktivitasnya.
• Beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis
ini, melainkan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol.
• Aktivitas umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali
zat yang belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari
campuran beberapa zat misalnya polimiksin B, basitrasin, atau
karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.
Mekanisme Kerja dan Reaksi Merugikan
• Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel
(penisilin dan sefalosforin) atau membran sel (kelompok
polimiksin),
• mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan
selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis
protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat
terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang
lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.
• Reaksi merugikan yang bisa terjadi adalah alergi, baik
ringan maupun berat.
• Selanjutnya adalah suprainfeksi atau infeksi sekunder
yang terjadi jika flora normal terganggu selama terapi
antimikroba.
• Reaksi merugikan yang ketiga adalah toksisitas organ seperi
hati dan ginjal. Contohnya ototoksik dan nefrotoksik sebagai
akibat pemakaian aminoglikosida.
Golongan Obat Antibiotika

• Berdasarkan spektrum aktivitasny,a:


• berspektrum sempit (narrow spectrum)
• berspektrum luas (broad spectrum).

• Termasuk narrow spectrum  misalnya penicillin G dan


penicillin V, erytromicin, klindamicin, kanamicin dan asam
fusidat bekerja terhadap bakteri Gram positif.
• Sedangkan streptomicin, gentamicin, polimiksin-B dan asam
nalidiksat khusus aktif terhadap bakteri Gram negatif.
• Antibiotik broad-spectrum bekerja terhadap bakteri Gram
positif maupun negatif, serta aktif terhadap jenis bakteri lain
seperti Rickettsia dan Chlamidia, antara lain sulfonamida,
kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin.

• Selain itu ada antibiotik berspektrum intermediate


(diperluas) yang aktif terhadap bakteri Gram positif dan
sebagian kelompok bakteri Gram negatif, seperti amoksisilin
dan ampisilin.
1. Penisilin
• Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium
chrysogeneum dari bermacam-macam jenis yang
dihasilkan (hanya berbeda pada gugusan samping R)
benzilpenisilin ternyata paling aktif.
• Sefalosforin diperoleh dari jamur Cephalorium
acremonium, berasal dari Sicilia (1943)
• penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding sel.
2. Sefalosforin
• Sefalosforin merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja
dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba.
• Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekskresi
terutama melalui ginjal dan dapat dihambat probenisid.
3. Tetrasiklin
• Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas.
• Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena
masalah resistensi
4. Aminoglikosida
• Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri
Gram positif dan Gram negatif.
• Amikasin, gentamisin dan tobramisin juga aktif terhadap
Pseudomonas aeruginosa.
• Streptomisin aktif terhadap Mycobacterium tuberculosisdan
penggunaannya sekarang hampir terbatas untuk tuberkulosa.
5. Kloramfenikol
• Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan spectrum luas,
namun bersifat toksik.
• Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat
Haemophilus influenzae, demam tifoid, meningitis dan abses
otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
• Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan
sistemik.
• Antibiotik ini dikontraindikasikan untuk wanita hamil, ibu
menyusui dan pasienporfiria.
• Efek samping, kelainan darah yang reversibel dan irrevesibel
seperti anemia aplastik (dapat berlanjut menjadi leukemia),
neuritis perifer, neuritis optik, eritema multiforme, mual,
muntah, diare, stomatitis, glositis, hemoglobinuria nokturnal
6. Makrolida
• Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama
dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif
penisilin.
• Indikasi eritromisin mencakup infeksi saluran napas, pertusis,
penyakit legionnaire dan enteritis karena Campylobacter

1) Eritromisin
•Indikasi: sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin
untuk pengobatan enteritis campylobacter, pneumonia,
penyakit legionnaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis
kronik, acne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertusis.
•Dosis oral 250-500 mg setiap 6 jam. Anak, oral 30-50
m/kg/hari dalam dosis terbagi (setiap 6 jam).
2) Azitromisin
• Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi Chlamidia
daerah genital tanpa komplikasi.
• Dosis : 1 dd 500 mg 1 jam ac atau 2 jam pc selama 3 hari.

7. Polipeptida
• Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin),
basitrasin dan gramisidin.
• Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk
Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin aktif terhadap
bakteri Gram positif.
• Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas
permukaannya (surface-active agent) dan kemampuannya
untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri,
• Polimiksin B sulfat digunakan untuk mengatasi infeksi telinga.
8. Golongan Antimikobakterium
• Golongan antibiotika ini aktif terhadap kuman mikobakterium.
• Termasuk di sini adalah obat-obat antituberculosis seperti
isoniazid (INH), rifampisisn, ethambutol, pirazinamid dan obat
lepra, seperti dapson.
OBAT TUBERKULOSTATIKA
A. PENGERTIAN
• Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular yang paling
sering terjadi di paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit TB tersebar diseluruh dunia.
• Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang terutama melalui
saluran pernafasan, lewat percikan dahak (droplet infection).
• Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan-
tindakan pencegahan, salah satu diantaranya adalah batuk
dan bersin sambil menutup hidung.
• Obat anti TB (OAT) dibagi menjadi dua:
– obat pilihan pertama (first line) yang terdiri dari isoniazid,
rifampisisn, pyrazinamid, ethambutol dan streptomicin
– second line terdiri atas para aminosalisilat acid (PAS),
kanamicin, ciprofloxacin dimana kelompok ini tidak
seefektif obat first line.

Beberapa jenis OAT berefek samping hepatotoksik dan


ototoksik.
Pada kondisi pasien yang tidak dapat mentolerir efek samping
OAT pilihan pertama, dapat diberikan pengganti dari OAT
pilihan kedua.
• Efek samping OAT berbeda-beda, Isoniazid dapat
mengakibatkan neuropati perifer, khususnya pada penderita
DM dan alkoholisme.
• Kondisi ini dapat dicegah dengan pemberian pyridoxine
(vitamin B6).
• Hepatotoxik dapat terjadi pada pemberian pirazinamid.
• Isoniazid bersama rifampisin berpotensi hepatotoksik,
terutama pada ras tertentu yang memiliki sifat asetilator
lambat.
• Isoniazid dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia,
hiperkalemia, hipokalsemiadan hipofosfatemiadan sebagainya.
• Sementara itu, pasien yang minum ethambutol dapat
mengalamiconfuse (kebingungan), halusinasi dan nyeri sendi.
OBAT FUNGI
A. PENGERTIAN
• Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki
klorofil sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis untuk
memelihara kehidupannya sendiri. Oleh karena itu,
• jamur hanya bisa hidup sebagai parasit pada makhluk hidup
dan saprofit pada benda mati.
• Untuk proses perbanyakan, jamur membentuk spora yang
resisten terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan
bagi kehidupannya.
• Infeksi jamur pada manusia berlangsung melalui sporanya dan
dapat dibagi dalam mycose sistemik dan mycose
topikal/permukaan.
• Pada mycose sistemik, jamur atau ragi tersebar ditubuh atau
mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh yang kadang-
kadang dapat membahayakan jiwa, misalnya actinomikosis,
blastomikosis.
• Sedangkan pada infeksi permukaan, dimana hal ini lebih
sering terjadi, infeksi terbatas pada kulit, kuku, rambut dan
mukosa, seperti kandidiasis.
Obat Antifungi atau Antimikotika
• Obat antijamur atau antimikotika yang digunakan untuk
mengobati infeksi jamur dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Antibiotika (griseofulviinum dan antibiotika polyena :
amfoterisin B, Nystatin)
2. Azole : (mikonazol, ketokonazol, flukonazol, itrakonazol)
3. Asam organis (asam benzoat, salysilat, propionat,
undesilinat)
4. Lainnya (terbinafin, haloprogin)
• a. Asam salisilat: asam organis ini berkhasiat fungisid
terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep.
Zat ini juga bekerja keratolitis, yaitu dapat mengelupas lapisan
tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%. Bila dikombinasikan
dengan obat lain, misalnya kortikosteroida, asam salisilat
meningkatpenetrasinya ke dalam kulit.

• b. Asam benzoat. Asam ini dan ester hidroksinya dalam


konsentrasi 0,1% berkhasiat fungistatis dan bakteriostatis
lemah. Biasanya zat ini digunakan bersama asam salisilat yang
bekerja keratolytis, juga zat pengawet untuk bahan makanan
dan minuman (0,5-1 mg/ml), dan krim (1-5 mg/ml), serta
sebagai asam maupun ester-ester Nipagin dan Nipasol. Daya
pengawetnya hanya efektif pada pH di bawah 5.
OBAT ANTIVIRUS/VIRUSTATIKA
A. PENGERTIAN
• Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat
kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Bentuk dan ukuran virus sangat beragam.
• Satuan ukuran yang digunakan untuk mengamati virus adalah
nanometer(1 nm= 10-9 m).
• Virus umumnya berukuran antara 10-300 nm.
• Secara umum,virus belum dapat dikelompokkan sebagai organisme
hidup karena tidak memiliki ciri atau sifat makhluk hidup, kecuali
kemampuannya untuk bereproduksi.
• Reproduksi pada virus pun hanya dapat dilakukan ketika virus berada
dalam sel tubuh inangnya.
• Tanpa sel inang, vitus tidak dapat menunjukkan sifat makhluk hidup
atau bereproduksi.
• Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai
akibat bagi inangnya, ada yang berbahaya, namun juga ada
yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga
akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar.
• Adapun beberapa penyakit yang diakibatkan oleh virus adalah
: influenza, polio, tampak, cacar, herpes, hepatitis, flu burung
dan HIV/AIDS.
• Sejumlah obat antivirus sudah banyak dikembangkan tetapi
hasilnya belum memadai karena toksisitasnya sangat tinggi.
• Golongan obat secara garis besar dibagi dalam dua bagian
besar pembahasan yaitu antinonretrovirus dan antiretrovirus
1. Anti non retrovirus, terdiri atas : antivirus herpes, antivirus
influenza dan antivirus HBV dan HCV  ini yang di bahas.
2. Antiretrovirus, meliputi Nukleoside reverse transcriptase
inhibitor (NtRTI), NNRTI (non nukleoside reverse
transcriptase inhibitor) dan Protease inhibitor (PI) serta Viral
entry inhibitor.
RINGKASAN
1. Antibiotika merupakan obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati, dan dalam sebagian kasus bisa mencegah infeksi
oleh bakteri
2. Efek samping penggunaan antibitika yang sering terjadi
adalah suprainfeksi, resistensi dan reaksi alergi
3. Berdasarkan spektrum aktivitasnya, antibiotika dibedakan
menjadi antibiotika berspektrum sempit(narrow spectrum),
adalah obat yang hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri
saja, misalnya penicillin G dan penicillin V, erytromicin,
klindamicin, kanamicin dan asam fusidat bekerja terhadap
bakteri Gram positif.
• Sedangkan streptomicin, gentamicin, polimiksin-B dan asam
nalidiksat khusus aktif terhadap bakteriGram negatif.
• Antibiotik berspektrum diperluas (intermediate), seperti
ampisilin, amoksisilin, aktif terhadap kelompok bakteri Gram
positif dan sebagian bakteri Gram negatif.
• Antibiotik broad-spectrum bekerja terhadap bakteri Gram
positif, Gram negatif, Ricketsia dan Chlamidia antara lain
sulfonamida, kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin.

4. Obat anti TB (OAT) dibagi menjadi dua, obat pilihan pertama


(first line) yang terdiri dari isoniazid, rifampisin, pyrazinamid,
ethambutol dan streptomicin dan second line terdiri atas
kanamycin, ciprofloxacin dan para aminosalisilic acid (PAS).
Pengobatan menggunakan kombinasi karena mikobakteri
mempunyai sifat mudah resisten.
5. Obat antijamur atau antimikotika yang digunakan untuk
mengobati infeksi jamur dapat digolongkan sebagi berikut:
a. Antibiotika (griseofulvin dan antibiotika polyena :
amfoterisin B, nystatin )
b. Azole : (mikonazol, ketokonazol, flukonazol, itrakonazol)
c. Asam organik (asam benzoat, salysilat, propionat)
d. Lainnya (terbinafin, haloprogin).

6. Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya


sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop elektron. Reproduksi pada virus pun hanya dapat
dilakukan ketika virus berada dalam sel tubuh inangnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol.
I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8
th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009).
Pharmacology for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007).
Pharmacology and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia
: Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7
th Ed. Singapura : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai