Anda di halaman 1dari 8

TEKS

EKSPLANASI
Pengertian Teks Eksplanasi
• Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses
'mengapa' dan 'bagaimana' kejadian-kejadia alam,
sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan lainnya dapat
terjadi. Suatu kejadian baik kejadian alam maupun
kejadian seosial yang terjadi di sekitar kita, selalu
memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses.
Suatu kejadian yang terjadi di sekitar kita, tidak hanya
untuk kita amati dan rasakan saja, tetapi juga untuk kita
pelajari. Kita dapat mempelajari kejadian tersebut,
misalnya dari segi mengapa dan bagaimana bisa terjadi.
Struktur Teks Eksplanasi
• Pernyataan umum, berisi statemen atau penyataan
umum tentang suatu topik yang akan dijelaskan
proses keberadaanya, proses terjadinya, atau proses
terbentuknya.
• Urutan Sebab Akibat, berisikan tentang detail
penjelasan proses keberadaan atau proses terjadinya
yang disajikan secara urut atau bertahap dari yang
paling awal hingga yang paling akhir.
• Interpretasi, berisi tentang kesimpulan atau
pernyataan tentang topik atau proses yang dijelaskan.
Ciri-Ciri Teks Eksplanasi

• Strukturnya terdiri dari penyataan umum,


urutan sebab akibat, dan interpretasi seperti
yang telah saya jelaskan diatas tadi.
• Memuat informasi berdasarkan fakta
(faktual).
• Faktualnya itu memuat informasi yang
bersifat ilmiah atau keilmuan seperti sains
dan yang lainnya.
Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi

• Fokus pada hal umum (generic), bukan partisipan


manusia (nonhuman participants), misalnya gempa bumi,
banjir, hujan, dan udara.
• Dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah.
• Lebih banyak menggunakan kata kerja material dan
relasional (kata kerja aktif).
• Menggunakan konjungsi waktu dan kausal, misalnya jika,
bila, sehingga, sebelum, pertama, dan kemudian.
• Menggunakan kalimat pasif.
• Eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa
sesuatu yang diterangkan secara kausal itu benar adanya.
CONTOH TEKS
EKSPLNASI
Bullying
Bullying atau dalam bahasa indonesia disebut penindasan adalah suatu tindakan
yang bersifat intimidasi terhadap seseorang. Tindakan ini bisa menjadi suatu
ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup kekerasan fisik
atau psikis. Bully banyak kemungkinan didasarkan karena SARA(Suku, Agama, Ras).
Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan
cyber.
Bully biasanya muncul di usia sekolah. Pelaku Bully memiliki karakteristik tertentu.
Umumnya mereka adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif
dasar tertentu. Motif utama yang biasanya adanya agresifitas pada pelaku Bully. Namun,
ada motif lain yang juga biasanya dimiliki pelaku Bully, yaitu rasa rendah diri dan
kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan diri yang digunakan pelaku untuk menutupi
perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut.
Ada macam-macam karakteristik pelaku dan korban Bully. Korban Bully mungkin
memiliki karakteristik yang bukan pemberani, memiliki rasa cemas, rasa takut, rendah
diri, yang kesemuanya itu (masing-masing atau sekaligus) membuat si anak menjadi
korban Bully. Akibat mendapat perlakuan ini, korban pun mungkin sekali menyimpan
dendam atas perlakuan yang ia alami.
Selanjutnya, bukan tak mungkin, korban Bully, menjadi pelaku Bully
pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk
mendapat kepuasan dan membalaskan dendam. Ada proses belajar yang
sudah ia jalani dan ada dendam yang tak terselesaikan. Kasus di sekolah-
sekolah, dimana kakak kelas melakukan Bully pada adik kelas, dan
kemudian Bully berlanjut ketika si adik kelas sudah menjadi kakak kelas
dan ia kemudian melakukan Bully pada adik kelasnya yang baru, adalah
contoh dari pola Bully yang dijelaskan di atas.
Alasan bullying disekolah saat ini semakin meluas salah satunya
adalah karena sebagian besar korban enggan menceritakan pengalaman
mereka kepada pihak yang mempunyai kekuatan untuk mengubah cara
berfikir mereka dan menghentikan siklus bullying, yaitu pihak sekolah dan
orangtua. Korban merahasiakan bullying yang mereka derita karena takut
pelaku akan semakin mengintensifkan bullying mereka. Akibatnya korban
bisa semakin menyerap ”falsafah” bullying yang didapat dari seniornya.

Anda mungkin juga menyukai