Anda di halaman 1dari 44

MANAJEMEN NYERI

ANI ANGGRIANI
PENGERTIA
N
• Nyeri merupakan sensasi sensori dari pengalaman subyektif yang
dialami setiap individu dan berbeda persepsi antara satu orang
dengan yang lain yang menyebabkan perasaan tidak nyaman, tidak
menyenangkan berkaitan dengan adanya atau potensial kerusakan
jaringan (Loue & Sajatovic, 2008).
• Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yan aktual dan potensial
(Judha, Sudarti, Fauziah, 2012).
• Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
dan potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada
suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar,
melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter , 2012).
• Nyeri adalah salah satu mekanisme pertahanan
tubuh manusia yang menunjukkan adanya
pengalaman masalah. Nyeri merupakan
keyakinan individu dan bagaimana respon
individu tersebut terhadap sakit yang
dialaminya (Taylor, 2011).
• sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenagkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter &
Perry, 2007)
Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
• Nyeri Akut Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi
setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah
dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas
yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
berlangsung untuk waktu yang singkat
• Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang
intermiten yang menetap sepanjang suatu priode
waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas
yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari
6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry,
2007).
Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus Nyeri supervisial adalah
nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari
nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri
biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam
Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil
atau laserasi.
2) Viseral Dalam Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi
akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan Perry,
2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan
dapat menyebar kebeberapa arah. Contohnya sensasi
pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi
terbakar seperti pada ulkus lambung.
3) Nyeri Alih (Referred pain)Nyeri alih merupakan fenomena
umum dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak memiliki
reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian
tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik Contohnya nyeri yang terjadi
pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang,
lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke
selangkangan.
4) Radiasi Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari
tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain Karakteristik
nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau
sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian
bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri
yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal nyeri
1) Nyeri Nosiseptif Nyeri Nosiseptif merupakan
nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau
sensivitas nosiseptor, yeri Nosiseptor ini dapat
terjadi karna adanya adanya stimulus yang
mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan
ikat, dan lain-lain
2) Nyeri neuropatik Nyeri neuropatik merupakan
hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di
dapat pada struktur saraf perifer maupun
sentral , nyeri ini lebih sulit diobati
Pengukuran Intensitas Nyeri
• gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas
nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh
dua orang yang berbeda
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan
menggunakan skala numerik yaitu:
1. 0 : Tidak Nyeri
2. 1-2 : Nyeri Ringan
3. 3-5 : Nyeri Sedang
4. 6-7 : Nyeri Berat
5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan
Keterangan skala nyeri
Skala Nyer Keterangan (Kriteria Nyeri)
0 (Tidak Nyeri) Tidak ada keluhan nyeri haid/kram di area perut bagian bawah, wajah
tersenyum, vocal positif, bergerak dengan mudah, tidak menyentuh atau
menunjukkan area yang nyeri

1-3(Nyeri Terasa kram pada perut bagian bawah, tetapi masih dapat ditahan, masih
Ringan) dapat melakukanaktivitas, masih dapat berkonsentrasi belaja
4-6(Nyeri Terasa kram di area perut bagian bawah, kram/nyeri tersebut menyebar ke
Sedang) pinggang, kurang nafsu makan, sebagian aktivitas dapat terganggu,
sulit/susah berkonsentrasi belajar, terkadang merengek kesakitan, wajah
netral, tubuh bergeser secara netral, menepuk/meraih area yang nyeri

7-9 (Nyeri Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,
Berat) paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak
kuatberaktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar, menangis, wajah
merengut/meringis, kaki dan tangan tegang/tidak dapat digerakkan.

10(Nyeri Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
Sangat Berat) pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit
kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat
tidur, tidak dapat beraktivitas, tangan menggenggam, mengatupkan gigi,
menjerit, terkadang bisa sampai pingsan.
Mekanisme Nyeri
• Transduksi Aktivasi dari reseptor nyeri terjadi
selama proses transduksi. Transduksi merupakan
proses dari stimulus nyeri yang diubah ke bentuk
yang dapat diakses oleh otak (Taylor, 2011).
Tanda dan gejala nyeri
• Suara: Menangis, merintih, menarik/menghembuskan
nafas
• Ekspresi wajah: Meringiu mulut
• Menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut,
tertutup rapat/membuka mata atau mulut, menggigit
bibir
• Pergerakan tubuh: Kegelisahan, mondar –mandir,
gerakan menggosok atau berirama, bergerak melindungi
bagian tubuh, immobilisasi, otot tegang.
• Interaksi sosial: Menghindari percakapan dan kontak
sosial,berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri,
disorientasi waktu (Mohamad, 2012).
Jenis-Jenis Nyeri

Menurut Price & Wilson (2005),


mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau
sumber, antara lain :
1. Nyeri somatik superfisial (kulit), yaitu nyeri kulit
berasal dari struktur superfisial kulit dan jaringan
subkutis. Nyeri sering dirasakan sebagai
penyengat, tajam, meringis, atau seperti
terbakar, dan apabila pembuluh darah ikut
berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi
berdenyut
• Nyeri somatik dalam, nyeri yang berasal dari
otot, tendon, ligamentu,, tulang, sendi dan
arteri.
• Nyeri visera, nyeri berasal dari organ-organ
tubu, terletak di dinding otot polos organ-organ
berongga. Mekanisme utama yang menimbulkan
nyeri visera adalah peregangan atau distensi
abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia
dan peradangan.
• Nyeri alih, nyeri yang berasal dari salah satu
daerah tubuh tetapi dirasakan terletak didaerah
lain.
• Nyeri neuropati, nyeri yang sering memiliki
kualitas seperti terbakar, perih atau seperti
tersengat listrik. Nyeri ini akan bertambah
parah oleh stres, emosi, atau fisik (dingin ,
kelelahan), dan mereda oleh relaksasi. (Judha,
Sudarti, Fauziah, (2012)
Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Nyeri
Perry & Potter (2005),
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kebudayaan
d. Makna nyeri
e. Perhatian
f. Ansietas
g. Keletihan
h. Pengalaman sebelumnya
i. Gaya koping
j. Dukungan keluarga dan sosial
Klasifikasi Nyeri
• Nyeri akut : merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi
6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot.
• Nyeri kronis : merupakan nyeri yang timbul
secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6
bulan.
Perbandingan Nyeri Akut dan Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronik

Tujuan / Memperingatkan adanya cedera Tidk ada


keuntungan atau masalah
Serangan Mendadak Terus/menerus atau intermiten

Letaknya Superfisial, pada permukaan kulit, Dapat bersifat superfisial ataupun


bersifat lokal dalam, dapat berasal dari organ-
organ dalam, mulai dari otot dan
bagian lain
Manajemen Obat analgetik sebagai alternatif Mengobati dan memperbaiki
tatalaksana penyebab sebagai alternatif utama
Intensitas Ringan –berat Ringan –Berat

Durasi Singkat (beberapa detik –6 bulan) Lama ( > 6 bulan)


Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronik
Respon otonom Konsisten dengan respon stres- Sistem tubuh mulai
Frekuensi jantung meningkat- beradaptasi. Dapat berupa
Tekanan darah meningkat-Dilatasi lokas adaptasi sindrom
pupil-Otot-otot menegang- ataupun general adaptasi
Mortilitas usus turun-Saliva sindrom
berkurang
Komponen psikologis Ansietas Depresi-Mudah marah-
Menarik diri-Gangguan
tidur-Libido turun-
Nafsumakan turun
Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, neuralgia
trigeminal
Pengkajian Nyeri
• Visual Analog Scale (VAS)/Numeric rating
Scale (NRS) dan PQRS: Indikasi: untuk usia
dewasa atau anak usia > 9 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan
intensitas nyeri yang dirasakannya.
Cara Penilaian: pasien di minta
menunjukkan/memilih nilai intensitas nyeri
yang dirasakannya, ada di angka berapa
(dilambangkan dengan angka antara 0 – 10).
Setelah pasien didentifikasi ada keluhan nyeri
maka gunakan metode PQRST untuk menggali
karakteristik nyeri.
Keterangan: P : ……………………………………………………………………
0 :Tidak nyeri
1 – 3 : Nyeri Ringan, secara obyektif Q : ……………………………………………………………………
pasien dapat berkomunikasi
dengan baik R : ……………………………………………………………………
4 – 6 : Nyeri sedang, secara obyektif
pasien mendesis, menyeringai, S : ……………………………………………………………………
dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, T : ……………………………………………………………………
tidak dapat diatasi dengan alih
posisi napas panjang dan distraksi Ket: Provokatif : Penyebab timbulnya rasa nyeri (aktivitas, spontan, stres , dll). Quality : Seberapa berat
7 – 9 : Nyeri berat, secara objektif pasien
terkadang tidak dapat mengikuti keluhan nyeri (tumpul, tajam, tertekan, dalam, permukaan dll). Radiation : Apakah menyebar
perintah, tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat (rahang, punggung, tangan dll). Severity : Skala nyeri. Apakah disertai dengan gejala (mual, muntah,
menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendiskripsikan, tidak dapat pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll). Time : Kapan mulai
diatasi dengan alih posisi, napas
panjang dan distraksi nyeri, konstan/kadang-kadang, lamanya, tiba-tiba/bertahap, Frekuensi
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah
tidak mampu lagi komunikasi, hanya
menangis.
• Behavioral Pain Scale (BPS)
Indikasi: Di gunakan pada pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik khususnya di
ICU (Intensive Care Unit), atau penilaian derajat
nyeri pada pasien penurunan kesadaran.
Cara Penilaian: Penilaian dengan melihat
ekspresi wajah, pergerakan atau posisi
ekstremitas atas, dan toleransi terhadap ventilasi
mekanik.
Behaviour Pain Scale (BPS)
INDIKATOR DISKRIPSI SKOR

Ekspresi wajah 1
Tenang
2
Sebagian muka menegang (dahi mengernyit)
3
Seluruh muka menegang (kelopak mata menutup)
4
Meringis

Gerakan 1
Tenang

Ekstrimitas atas 2
Menekuk sebagian pada daerah siku
3
Menekuk total dengan disertai jari-jari mengepal
4
Mempertahankan posisi tangan menekuk ke dada

Kemampuan 1
Dapat mengikuti pola ventilator

Adaptasi dengan 2
Batuk tetapi masih bisa mengikuti pola ventilator

ventilator 3
Melawan pola ventilator
4
Tidak dapat mengontrol ventilator

TOTAL SKOR
• Nilai < 5 berarti pasien bebas nyeri
• Nilai > 5 berarti pasien mengalami nyeri yang perlu
diterapi
• Apabila di ICU pasien sadar penuh maka penilaian
nyeri dapat menggunakan NRS/VAS

Face Wong Baker


• Indikasi: digunakan untuk Usia > 4 tahun, dapat
di gunakan pada pasien remaja, dewasa, orang
tua yang tidak komunikatif atau yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
• Cara penilaian : pasien diminta untuk menunjuk /
memilih gambar mana yang sesuai dengan ia
rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
• Face Legs Activity Cry Consolabbility (FLACC)
Indikasi : untuk usia 0 – 3 tahun
Cara asessemen: melakukan
pengamatan/observasi terhadap perilaku, barupa
: ekspresi wajah. gerakan tungkai, aktivitas,
tangisan, dan kemampuan untuk dapat di
tenangkan

Nilai :
0 = Tidak nyeri,
1--‐3 = nyeri ringan
4--‐6 =nyeri sedang
7--‐10 = nyeri berat sekali
SKOR
KATAGORI DISKRIPSI SKOR
PASIEN
Tidak ada ekspresi atau senyuman tertentu 0
Seringai atau kerutan yang kadang-kadang,
Wajah menarik diri, tidak berminat
1
Sering berubah menjadi kerutan konstan,
rahang mengatup, dagu bergetar
2
Posisi normal atau rileks 0
Tungkai Tidak tenang, gelisah, tegang 1
Menendang atau tungkai ditarik keatas 2
Berbaring tenang, posisi normal, bergerak
dengan mudah
0
Aktivitas Menggeliat, bergerak kedepan dan
kebelakang, tegang
1
Menekuk, kaku, atau terkejut 2
Tidak menangis (terbangun atau tertidur) 0
Mengeluh atau merengek, terkadang
Tangisan mengeluh
1
Menagis terus menerus, berteriak atau
tersedu-sedu, sering mengeluh
2
Puas, rileks 0
Ditenangkan dengan sentuhan, pelukan, atau
Ketenangan 1
ʺdiajak berbicaraʺ, dapat didistraksi
Sulit untuk ditenangkan atau dinyamankan 2
TOTAL SKOR
• Modified Pain Asessement Tools (mPAT)
Indikasi: mPAT digunakan untuk pasien neonatus usia 0 bulan
– hingga bayi usia 6 bulan, dengan ataupun tanpa ventilasi
mekanik, non bedah maupun pasca bedah.
Cara penilaian: Asesemen dilakukan dengan cara melakukan
observasi perilaku dan fisiologis neonatus sebagai respon
terhadap nyeri , termasuk persepsi perawat . Total skor adalah
20 (skor tertinggi).
• Asesmen ulang nyeri dengan mPAT
1. Minimal setiap shift 1x
2. Segera setelah post operasi selanjutnya tiap jam sampai efek
analgetik optimal
3. Saat prosedur invasif
4. ½ jam setelah masuk analgetik
5. Minimal setiap 4 jam pada neonatus dengan ventilator atau
yang mendapatkan analgetik
6. Neonatus dengan penggunaan ventilasi mekanik jangka lama
penilain mPAT minimal 1 kali setiap shift
Mengkaji Persepsi Nyeri
Pengkajian Nyeri (BCGuidelines.ca, 2011)
Onset Kapan nyeri muncul?
Berapa lama nyeri?
Berapa sering nyeri muncul?
Proviking Apa yang menyebabkan nyeri?
Apa yang membuatnya berkurang?
Apa yang membuat nyeri bertambah parah?
Quality Bagaimana rasa nyeri yang dirasakan?
Bisakan di gambarkan?
Region Dimanakah lokasinya?
Apakah menyebar?
Severity Berapa skalanyerinya? (dari 0-10)
Treatment Pengobatan atau terapi apa yang digunakan?
Understanding Apa yang anda percayai tentang penyebab nyeri ini?
Bagaimana nyeri ini mempengaruhi anda atau keluarga anda?
Values Apa pencapaian anda untuk nyeri ini?
Mengkaji Intensitas Nyeri
1. Skala Deskriptif Verbal (VDS)
Skala deskriptif verbal (VDS) merupakan sebuah garis
yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak nyeri”
sampai “nyeri tidak tertahankan”. Perawat
menunjukan klien skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan
(Potter & Perry, 2006)
2. Skala Penilaian Numerik (NRS
• Skala penilaian numerik atau numeric rating
scale(NRS)lebih digunakan sebagai pengganti
alat pendeskripsi kata. Klienmenilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10
3.Skala Analog Visual (VAS)
• VAS adalah suatu garis lurus yang mewakili
intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki
alat pendeskripsi verbal pada ujungnya. Skala ini
memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri(Potter & Perry,
2006)
4.Skala Nyeri Wajah

• Skala wajah terdiri atas enam wajah


denganprofil kartun yang menggambarkan
wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa
nyeri), kemudian secara bertahap meningkat
menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang
sangat sedih sampai wajah yang sangat
ketakutan (nyeri yang sangat) (Potter & Perry,
2006).
Asessemen ulang nyeri

• Rumah sakit menetapkan kapan nyeri akan di


asesemen ulang:
• Setelah intervensi nyeri sebagai evaluasi
efektifitas dari tatalaksanan atau pemberian
terapi nyeri .
• Berdasarkan nilai skoring nyeri setelah
tatalaksana nyeri
• Nyeri Ringan < 3 setiap 8 jam
• Nyeri Sedang 4-6 setiap 4 jam
• Nyeri Berat 7-10 setiap 1 jam
• Setelah 1 jam mendapakan analgetik (tatalaksana
nyeri farmakologis) selanjutnya sesuai skoring
skala nyeri
• Pada nyeri kardiak, setiap 5 menit setelah
pemberian nitrat atau obat intra vena
• Pada pasien yang menjalani prosedur yang
menyakitkan
• Sebelum Transfer
• Sebelum Pasien Pulang
DERAJAT NYERI
• Nyeri Ringan
Pada pasien dengan nyeri ringan akan diberikan tindakan non
farmakologik, dan harus dilakukan asesmen ulang setiap 8
jam, untuk mengetahui perkembangan respon nyeri pasien
• Nyeri Sedang
Pada pasien dengan nyeri sedang akan dilakukan pengelolaan
nyeri oleh DPJP baik non farmakologik maupun farmakologik,
dan harus dilakukan asesmen ulang setiap 4 jam,
• Nyeri Berat
Pada pasien dengan nyeri berat akan dilakukan pengelolaan
nyeri oleh DPJP atau oleh Tim Penatalaksanaan Nyeri secara
farmakologik dan non farmakologik, serta asemen nyari ulang
harus dilakukan setiap 1 jam
Manajemen penatalaksanaan nyeri
a. Manajemen Non Farmakologi Manajemen nyeri non
farmakologi merupakan tidakan menurunkan respon nyeri
tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan
intervensi keperawatan, manajemen non farmakologi
merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien
b. Manajemen Farmakologi Manajemen nyeri farmakologi
merupakan metode yang mengunakan obat-obatan dalam
praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan
instruksi dari medis. Ada beberapa strategi menggunakan
pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri
persalinan dengan penggunaan analgesia maupun anastes
Manajemen Non Farmakologi
Masase dan Stimulasi KutaneusMasase adalah
stimulasi kutaneus tubuh secara umum. Sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase
dapat membuat pasien lebih nyaman(Smeltzer
& Bare, 2002). Stimulasi kutaneus adalah
stimulasi kulit yang dilakukan selama 3-10
menit untuk menghilangkan nyeri, bekerja
dengan cara melepaskan endofrin, sehingga
memblok transmisi stimulus nyeri (Potter &
Perry, 2006).
Efflurage Massage
Effleuragea dalah bentuk masase dengan menggunakan
telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas
permukaan tubuh dengan arah sirkular secara berulang
Langkah-langkah melakukan:
kedua telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas
dan konstan dengan pola gerakan melingkari abdomen,
dimulai dari abdomen bagian bawah di atas simphisis
pubis, arahkan ke samping perut, terus ke fundus uteri
kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut
bagian bawah diatas simphisis pubis, bentuk pola
gerakannya seperti “kupu-kupu”. Masase ini dilakukan
selama 3–5 menit dan berikan lotion atau minyak/baby
oil tambahan jika dibutuhkan
Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
pada nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak (Smeltzer and Bare,
2002)
Teknik Relaksasi Nafas Dalam
merupakan suatubentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat, (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah.Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri
dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom
Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik
dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari
melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir
sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental
GIM (Guided Imagery Music)
merupakan intervensi yang digunakan untuk mengurangi
nyeri. GIM mengombinasikan intervensi bimbingan
imajinasi dan terapi musik. GIM dilakukan dengan
memfokuskan imajinasi pasien. Musik digunakan untuk
memperkuat relaksasi. Keadaan relaksasimembuat tubuh
lebih berespons terhadap bayangan dan sugesti yang
diberikan sehingga pasien tidak berfokus pada nyeri
Peran perawat dalam menangani nyeri
1. Mencari faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya nyeri yang
dialami pasien
2. Mengevaluasi riwayat nyeri pasien dan keluarga dalam menghadapi nyeri
3. Mengevaluasi efektivitas tindakan pengendalian nyeri yang telah di
lakukan pada masa lalu
4. Membantu memberi dukungan pada pasien dan keluarga.
5. Menentukan berapa sering melakukan penilaian dan pemantauan
kenyamanan pasien
6. Memberi informasi kepada pasien tentang nyeri pasien seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan berlangsung dan prosedur yang akan
dilakukan
7. Mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang memicu atau
menyebabkan nyeri (misalnya ketakutan, kelelahan, kurangnya
pengetahuan)
8. Kaji penggunaaan metode farmakologi nyeri pasie
9. Berkolaborasi dengan pasien dan profesionalisme kesehatan lainnya untuk
memilih dan menerapkan farmakologi yang sesuai
10. Mengevaluasi efektifitas langkah-langkah control nyeri yang
digunakan melalui penilaian yang berkelanjutan
11. Menyarankan pasien untuk istirahat dalam mengurangi nyeri
12. Mendorong pasien untuk mendiskusikan rasa nyeri yang
dialaminya
13. Memberikan informasi kepada perawat lainnya serta anggota
keluarga mengenai strategi managemen nyeri non farmakologi
14. Menggunakan pendekatan multidisiplin untuk managemen
nyeri
15. Pertimbangkan kesediaan pasien untuk berpartisipasi,
kemampuan pasien berpartisipasi untuk memilih strategi nyeri
16. Mengajarkan prinsip-prinsip managemen nyeri
17. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya
relaksasi, terapi musik, distraksi,terapi aktifitas, akupresur,
terapi es dan panas, masase dll
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai