Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN


NYAMAN

NYERI

Disusun oleh :

Fazanisa Zulfa Izzati

P1337420618047

SARJANA TERAPAN NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
I. Konsep Dasar
A. Definisi kenyamanan, keamanan, dan nyeri
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Kolcaba
(1992) mendefinisikan kenyamanan sebagai suatau keadaan tela terpenuhi
kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah atau nyeri).

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa
juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia aman adalah suatu keadaan yang bebas dari bahaya, ebas dari
gangguan (pencuri, hama, dan sebagainya), terlindung atau tersembunyi, tidak
mengandung resiko, tenteram serta tidak merasa takut atau khawatir.
Gangguan kebutuhan aman dan nyaman yang paling banyak terjadi adalah
nyeri. Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Association
for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif
dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang diraskaan dalam
kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan. (IASP,1979). Nyeri bersifat
subjektif dan individual, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang
sama.
Menurut McCaffery (1980) nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan
seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan
bahwa ia merasa nyeri. Mahon (1994) menyatakan nyeri bersifat individu, tidak
menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominsi, dan bersifat tidak
berkesudahan.
B. Klasifikasi nyeri
1) Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh:
Terkena ujung pisau atau tergunting.
b. Deep somatic/nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama
daripada cutaneus. Contoh: Sprain sendi.
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
ischemia, regangan jaringan.
2) Berdasarkan Penyebabnya
a. Fisik
Bisa terjadi karena stimulus. Contoh: fraktur femur
b. Psikogenik
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber
dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. Contoh: orang yang
marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
3) Berdasarkan lama/ durasi
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakana jaringan yang aktual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa(International Association for the Study of Pain, IASP), Serangan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan-berat dengan akhir
yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung
<6bulan(NANDA,2012)
b. Nyeri kronik
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakana jaringan yang aktual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa(International Association for the Study of Pain, IASP), Serangan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan-berat dengan akhir
yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung
>6bulan(NANDA,2012)
Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Tujuan Memperingatkan klien ter- Memberikan alasan pada
hadap adanya cidera atau klen untuk mencari informasi
masalah berkaitan dengn perawatan
dirinya.
Awitan Mendadak Terus menerus/intermittent
Durasi Durasi singkat (dari be- Durasi lebih dari 6 bulan
berapa detik sampai 6
bulan)
Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Respon Frekuensi jantung Tidak terdapat respon
otonom meningkat. otonom
Volume sekuncup me- Vital sign dalam batas
ningkat normal.
TD meningkat
Dilatasi pupil meningkat
Tegangan otot meningkat
Motilitas gastrointestinal
menurun
Alira saliva menurun
Respon Ansietas Depresi
psikologis Keputusasaan
Mudah tersinggung/marah
Menarik diri
Respon fisik Menangis/mengerang Keterbatasan gerak
Waspada Kelesuan
Mengerutkan dahi Penurunan libido
Menyeringai Kelelahan/kelemahan
Mengeluh sakit Menegluh sakit hanya ketika
dikaji.ditanyakan

4) Berdasarkan lokasi/letak
a. Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh: cardiac
pain).
b. Reffered pain
Nyeri di rasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab.
c. Intracable pain
Nyeri yang sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker maligna).
d. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang (contoh: bagian
tubuh yang di amputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injury
medulla spinalis.
C. Fisiologi nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,
sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan
dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta,
A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non
noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor.
Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses
transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap
stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu
dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak.
Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal
elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan
selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related
neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu,
kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya
menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah
penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi
merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek
psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh
yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang
bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri,
2006)
D. Etiologi nyeri
Faktor predisposisi:
1) Trauma
a) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
b) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
c) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau basa kuat
d) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot
dan luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
5) Trauma psikologis
Faktor presipitasi:
1) Ligkungan
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
4) Emosi
E. Faktor yang mempengaruhi nyeri
1) Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, dan pengalaman.
2) Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya
pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh
faktor yang dapat memicu stimuli nociceptor.
3) Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain: alkohol, obat-
obatan, hipnotis, dan lain-lain. Sedangkan factor yang dapat menurunkan
toleransi nyeri antara lain: kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4) Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai
budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia
dan lain-lain.
5) Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan.
6) Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya risiko injury.
7) Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti
gangguan penciuman dan penglihatan.
8) Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
9) Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat berisiko terhadap penyakit
tertentu.
10) Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia
anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
11) Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.
F. Cara penanganan nyeri
Secara Non-Farmakologis, penganganan nyeri tanpa medikasi atau obat-
obatan tidak bisa digunakan pada nyeri akut dan parah seperti nyeri post operasi
beberapa jam dan kecelakaan.
1) Sentuhan terapeutik
Dikembangankan oleh Kuns dan Krieger 23 tahun yang llau. Metode
ini merupakan penggunaan tangan untuk secara sadar melakukan
pertukaran energi dari orang yang sehat ke orang yang sakit sehingga
energi didalam tubuh orang yang sakit dalam kembali seimbang. Terdapat
empat langkah dasar yaitu pemusatan, pengkajian, terapi, dan evaluasi.
2) Akupressur
Akupressur menggunakan aliran energi untuk meningkatkan kondisi
yang lebih sehat. Menggunakan titik-titik meridian tubuh dan memberi
tekanan pada titik-titik tertentu sepanjang alur.
3) Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress. Teknik relaksasi memberi individu kontrol diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri, stress fisik, dan emosi pada nyeri. Teknik
relaksasi meliputi meditasi, yoga, Zen, teknik imajinasi, dan latihan
relaksasi progresif.
4) Imajinasi terbimbing
Klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan
tersebut, sehingga secara bertahap klien akan mengalami penurunan rasa
nyeri.
5) Distraksi
Distraksi merupakan pengalihan konsentrasi atau perhatian klien ke hal
yang lain dan dengan demikian akan menurunkan kewaspadaam terhadap
nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Biasanya, klien akan
didistraksi dengan sesuatu hal yang disukainya.
Secara farmakologis, tindakan penanganan nyeri menggunakan obat-obatan
analgesik. Analgesik merupakan metode paling umum untuk mengatasi nyeri
terutama nyeri akut. Ada tiga jenis analgesik yaitu :
1) Non-narkotik dan obat anti inflamasi non steriod (NSAID)
a. Asetaminofen
b. Aspirin
c. Ketorolak
2) Analgesik narkotik atau opiat
a. Demerol
b. Kodein
c. Morfin
3) Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik
a. Diazepam
b. Amitriptilin
c. Hidroksin

II. PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan


dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
Pemekaan pada
jaringan
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri
III. PENGKAJIAN
1. Pengkajian nyeri menggunakan sistem PQRST
a. (Provocate/Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-
obatan, hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian, kepercayaan
yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan
tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri
yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b. Q (Quality) : Kualitas
Kualitas dari nyeri yang dirasakan seperti apakah rasa tajam, tumpul,
atau tersayat. Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong
kecil atau laserasi, dan lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan
lain-lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri
kepala : ada yang membentur. Nyeri yang klein rasakan seringkali tidak
dapat dijelaskan.
c. R (Region) : daerah/lokasi terjadinya nyeri
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk menunjukkan
semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan
baik dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan
apabila nyeri bersifat difusi (nyeri menyebar kesegala arah), meliputi
beberapa tempat atau melibatkan segmen terbesar tubuh. Pada daerah yang
dikeluhkan nyeri juga dikaji keadaan umum daerah tersebut apakah ada
infeksi, iritasi, nekrosis dan lain lain. Serta, kerja dari daerah tersebut
apakah bisa berfungsi secara normal atau tidak.
d. S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan
nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini
juga sulit untuk dipastikan. Dalam mengkaji keparahan menggunakan
skala.
Beberapa skala yang digunakan dalam pengkajian nyeri yaitu :
1. Wong Baker Faces Pain Rating Scale
Digunakan untuk pengkajian nyeri pada bayi dan anak-anak.

2. Skala intensitas nyeri numerik

3. Skala intensitas nyeri deskriptif


4. Skala analog visual

Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang
Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat
Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat
Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
e. T (Time) : waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan
rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri
yang dirasakan? Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang
sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
2. Tindakan untuk menghilangkan nyeri
Dalam pengkajian nyeri penting untuk mengetahui kebiasaan klien dalam
menagani nyerinya seperti meditasi, kompres, atau mengubah posisi. Hal ini juga
akan membantu perawat dalam menangani nyeri yang dirasakan. Metode klien
seringkali juga berhasil digunakan oleh perawat.
3. Gejala penyerta
Gejala penyerta adalah gejala yang seringkali menyertai nyeri misalkan
mual, nyeri kepala, pusing, keinginan untuk miksi, konstipasi dan gelisah. Gejala
penyerta memrlukan prioritas penanganan yang sama penting dengan nyeri itu
sendiri.
4. Efek fisiologis
Respons fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukkan keberadaan dan sifat
nyeri dan ancaman yang potensial terhadap kesejahteraan klien. Tanda fisiologis
dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau
mengakui ketidaknyamanan. Perawat membandingkan tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah timbulnya nyeri.
5. Efek perilaku
Apabila seseorang mengalami nyeri maka perawat mengakaji kata-kata
yang diucapkan, respons vokal, gerakan wajah dan tubuh, serta interaksi sosial.
Laporan verbal tentang nyeri merupakan bagian vital pada pengkajian. Merintih,
mendengkur, dan menangis merupakan contoh vokalisasi yang diguankan untuk
mengekspresikan nyeri.
6. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi
dalam aktivitas rutin seperti tidur, makan, eliminasi, dan lain lain. Pengkajian
pada perubhana ini menunjukkan sejauh maa kemampuan dan proses penyesuain
klien diperlukan untuk membantunya berpartisipasi dalam perawatan diri.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan rasa
nyaman nyeri :
A. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis), kerusakan jaringan
B. Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, artritis

V. PERENCANAAN

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan Setelah dilakukan presipitasi
tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
DS: selama …. Pasien tidak ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
DO: kriteria hasil: dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik  Kurangi faktor presipitasi nyeri
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, menentukan intervensi
menyeringai) mencari bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan hangat/ dingin
(penurunan persepsi menggunakan  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri ……...
berpikir, penurunan  Mampu mengenali nyeri  Tingkatkan istirahat
interaksi dengan orang (skala, intensitas,  Berikan informasi tentang nyeri seperti
dan lingkungan) frekuensi dan tanda penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
- Tingkah laku distraksi, nyeri) berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa dari prosedur
menemui orang lain nyaman setelah nyeri  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dan/atau aktivitas, berkurang pemberian analgesik pertama kali
aktivitas berulang-ulang)  Tanda vital dalam
- Respon autonom (seperti rentang normal
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami
tekanan darah, perubahan gangguan tidur
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri Kronis berhubungan NOC: NIC :


dengan ketidakmampuan  Comfort level Pain Manajemen
fisik-psikososial kronis  Pain control - Monitor kepuasan pasien terhadap
(metastase kanker, injuri  Pain level manajemen nyeri
neurologis, artritis) Setelah dilakukan - Tingkatkan istirahat dan tidur yang
tindakan keperawatan adekuat
DS: selama …. nyeri kronis - Kelola anti analgetik ...........
- Kelelahan pasien berkurang dengan - Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Takut untuk injuri ulang kriteria hasil: - Lakukan tehnik nonfarmakologis
DO:  Tidak ada gangguan (relaksasi, masase punggung)
- Atropi otot tidur
- Gangguan aktifitas  Tidak ada gangguan
- Anoreksia konsentrasi
- Perubahan pola tidur  Tidak ada gangguan
- Respon simpatis (suhu hubungan
dingin, perubahan posisi interpersonal
tubuh , hipersensitif,  Tidak ada ekspresi
perubahan berat badan) menahan nyeri dan
ungkapan secara
verbal
 Tidak ada tegangan
otot
VI. EVALUASI
1. Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5
dari 10 skala yang diberikan.
2. Klien merasa sehat, nyaman dan dapat istirahat
3. Menggunakan strategi nyeri non farmakologi yang direkomendasikan
4. Melaporkan efek minimal nyeri dan efek samping yang minimal dari
intervensi
5. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
6. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini
7. Klien menggunakan terapi yang disarankan saat dirumah dengan aman
8. Klien mengerti cara penanganan nyerinya
DAFTAR PUSTAKA

Kasiati dan Dwi, Wayan . 2016. Modul Buku Ajar Cetak Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusai I. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

M. Bulechek, G. 2016. Edisi Enam Nursing Interventions Classification ( N I C ).


Singapore: Elsevier Global rights.

Mochammad Bahrudin. Patofisiologi Nyeri (Pain) . Jurnal Kesehatan Volume 13


Nomor 1 tahun 2017 hal. 7-13. Universitas Muhammadiyah Malang

Moorhead, Sue., dll. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC) 5th Indonesian
Edition. Elsevier. Sigapore

Nanda International. 2018. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2018-


2020, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Perry, Anne Griffin & Potter, Patricia A. 2007. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol.2 Alih Bahasa. Editor Monica
Ester Dkk, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai