Anda di halaman 1dari 38

PERTEMUAN 5

MK. FITOKIMIA 1

DESTILASI MINYAK
ATSIRI
PENDAHULUAN
 Destilasi adalah suatu metode pemisahan zat cair
dari campurannya berdasarkan perbedaan titik
didih dari zat tsb.
 Dalam proses destilasi, campuran zat didihkan
sampai menguap dan uapnya didinginkan Kembali
menjadi bentuk cairan.
Minyak Atsiri  minyak yang dihasilkan oleh
tanaman, memiliki sifat mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, memiliki
rasa getir, berbau wangi (khas) sesuai dengan
tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air dan
biasanya diperoleh dari akar, batang, daun, bunga
tanaman.
 Berdasarkan sifat-sifat tsb, minyak atsiri dapat
dibuat dengan beberapa cara, yaitu penyulingan,
ekstraksi dengan pelarut organik (solvent
extraction), ekstraksi dengan lemak dingin
(enfleurasi), ekstraksi dengan lemak panas
(maserasi) dan pengepresan (pressing).

 Secara umum metode pengambilan minyak atsiri


dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
1. cara mekanik
2. cara fisika-kimia. 
1. Cara Mekanik
  Metode yang sering disebut expression ini
merupakan cara cold pressing, tidak ada panas
yang dibutuhkan pada cara ini.
 Prosesnya adalah penekanan/pemerasan
(squeezing).
 Bahan dasar yang bisa diambil minyaknya
dengan pengepresan secara mekanik biasanya
berupa biji-bijian atau kacang-kacangan
maupun buah-buahan (citrus oil).
 Beberapa buah yang mengandung citrus oil
diantaranya bergamot, grapefruit, lemon, lime,
mandarin, orange, dan tangerine.
2. Cara Fisikokimia 
1. Destilasi (Penyulingan) 
Prinsipnya  proses pemisahan komponen-
komponen suatu campuran yang terdiri atas dua
cairan atau lebih berdasarkan perbedaan
tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik
didih komponen-komponen senyawa tersebut.
 Pada dasarnya terdapat dua jenis penyulingan
yaitu : 
 1. Hidrodestilasi adalah penyulingan suatu
campuran yang berwujud cairan yang tidak
saling bercampur, hingga membentuk dua
fasa atau dua lapisan. Proses ini dilakukan
dengan bantuan air maupun uap air.
 Hidrodestilasi memiliki 3 jenis metode
berdasarkan cara penanganan bahan yang
diproses yaitu : destilasi air, destilasi uap
dan air serta destilasi uap langsung. 
 2. Fraksinasi adalah penyulingan suatu cairan
yang tercampur sempurna hingga hanya
membentuk satu lapisan.
 Proses ini dilakukan tanpa menggunakan uap
air.
 Fraksinasi memiliki 3 jenis metode yaitu
kohobasi, rektifikasi dan destilasi fraksinasi. 
1. Destilasi Air. Penyulingan dengan sistem
rebus
 Cara penyulingan dengan sistem ini adalah
dengan memasukkan bahan baku, baik yang
sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah
ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air
kemudian dipanaskan.

 Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan


pipa yang dihubungkan dengan kondensor.
 Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak
akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung
dalam wadah.  

 Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut


dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk
diambil minyaknya saja.

 Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak


aromaterapi seperti mawar dan melati.
 Meskipun demikian bunga mawar, melati dan
sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem
enfleurasi, bukan destilasi.

 Yang perlu diperhatikan adalah ketel terbuat


dari bahan anti karat seperti stainless steel,
tembaga atau besi berlapis aluminium.
ALAT DESTILASI AIR
2. Destilasi air dan uap
 Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal
dengan sistem kukus.

 Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus,


hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan
langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.

 Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada


dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit
air sehingga bisa menyingkat waktu proses
produksi.
 Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem
kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari
separator masuk kembali secara otomatis ke
dalam ketel agar meminimkan kehilangan air.

 Bagaimanapun cost produksi juga


diperhitungkan dalam aspek komersial.

 Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih


menguntungkan oleh karena terbebas dari
proses hidrolisa terhadap komponen minyak
atsiri dan proses difusi minyak dengan air
panas.
 Selain itu dekomposisi minyak akibat panas
akan lebih baik dibandingkan dengan metode
uap langsung (Direct Steam Distillation).

 Metode penyulingan dengan sistem kukus ini


dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil
oleh karena tekanan uap yang konstan.
ALAT DESTILASI UAP AIR
3. Destilasi uap langsung
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak
langsung dengan air maupun api namun hanya
uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk
menyuling minyak.

Prinsip kerja  membuat uap bertekanan tinggi


didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan
melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan
baku.
 Uap yang keluar dari ketel dihubungkan
dengan kondensor.

 Cairan kondensat yang berisi campuran


minyak dan air dipisahkan dengan separator
yang sesuai berat jenis minyak.

 Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai


untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan
tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel
tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.
ALAT DESTILASI UAP
4. Destilasi Azeotrop
 Campuran dari dua atau cairan yang memiliki
titik didih konstan.

 Azeotrop dapat didestilasi dengan


menggunakan tambahan pelarut tertentu,
misalnya benzene atau toluene untuk
memisahkan air.
2. Ekstraksi Pelarut, yang dapat berupa : 
a. Maserasi 
b. Enfleurage 
c. Pelarut mudah menguap 
d. Ekstraksi Hiperkritikal CO2 

Pada proses pengambilan minyak atsiri dengan


ekstraksi, bahan-bahan minyak atsiri yang akan
diambil minyaknya di tambahkan dengan bahan atau
zat pelarut (solvent) yang dapat mengikat minyak yang
terdapat dalam bahan atsiri.

Zat solven yang bercampur dengan minyak atsiri


tersebut selanjutnya akan dipisahkan untuk diambil
minyakatsirinya. 
 Ekstraksi pelarut untuk mengambil minyak atsiri,
tidak hanya memakai pelarut kimia seperti hexana,
tetapi juga dengan solven padat misalnya fat/ solid oil.

 Selain itu bisa juga dengan CO2. 

 Ekstraksi pelarut terutama cocok untuk bahan-bahan


dengan kandungan minyak atsiri yang sangat rendah,
juga untuk bahan yang bersifat thermolabile.

 Dengan tipe proses seperti ini senyawa non volatil


misalnya waxe dan pigmen ikut terekstraksi. 
1. Maserasi (Ekstraksi dengan lemak panas)

Bahan terutama bunga direndam dalam minyak


panas untuk memecah sel-sel yang mengandung
minyak atsiri kemudian minyak panas akan
menyerap minyak atsiri.
Minyak yang mengandung minyak atsiri
dipisahkan dari bahan dengan penyaringan atau
dekanter. 
2. Enfleurasi (Ekstraksi dengan lemak dingin)

Kaca dalam frame (disebut chassis) dilapisi


dengan lemak binatang/ tumbuhan yang tidak
berbau dan murni.
Kemudian bunga segar yang baru dipetik
ditempelkan pada lemak lalu ditutup.
Minyak atsiri akan terserap oleh lemak, bunga
diganti dengan yang segar lagi sampai lemak
menjadi jenuh dengan minyak atsiri.
 Setelah jenuh bunga diambil (defleurage).
Campuran lemak dan minyak atsiri ini disebut
Pomade.
 Pomade dicuci dengan alkohol hingga minyak
atsiri larut dalam alkohol.
 Dengan cara distilasi akan diperoleh minyak
atsiri.
 Cara ini sangat mahal dan memerlukan tenaga
yang cukup banyak.
 Bahan yang diproses dengan cara ini contohnya
tuberose dan jasmine. 
3. Solvent extraction (Pelarut mudah
menguap)

 Minyak atsiri dapat diekstraksi memakai


hexan, metanol, etanol, petrloleum eter, atau
benzen.
 Benzen sekarang tidak dipakai lagi karena
bersifat carcinogenic (bisa menyebabkan
kanker).
 Minyak atsiri yang diambil dengan cara ini
mempunyai aroma hampir sama denga
aslinya.
 Minyak atsiri banyak yang diambil dengan cara
ini, akan tetapi banyak yang tidak mau
memakainya untuk aroma terapi
 Karena ada sisa solvent pada produk akhir
minyak atsiri.
 Solven yang tertinggal 6 – 20%.
 Dengan memakai hexan, solven yang tersisa
hanya 10 ppm.
 Hasil akhir cara ini disebut concrete.
 Concrete dapat dilarutkan dalam alkohol untuk
memisahkan solvennya.
 Bila alkohol diuapkan akan dihasilkan
absolute.
 Absolute atau concrete dapat dipakai untuk
parfum tapi tidak untuk skin care.
 Contoh tanaman yang diproses dengan cara ini
adalah jasmine, hyacinth, narcissus, tuberose.
4. Ekstraksi Hiperkritikal CO2 

 Cara ini relatif baru dan mahal, tetapi menghasilkan


minyak atsiri dengan kualitas yang baik.
 CO2 menjadi hypercritical pada 33oC dan tekanan
200 atm, pada kondisi ini tidak benar-benar gas
atau cair.
 CO2 pada kondisi ini merupakan solven terbaik
karena suhunya rendah dan waktunya sangat
singkat/ instan.
 CO2 bersifat inert dan dengan menurunkan tekanan
akan segera dapat memisahkan minyak atsiri dari
solvennya.
 Perlu alat yang mahal, biaya investasi mahal. 
Beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan pada proses destilasi
antara lain :
1. Bahan baku (Raw material)
Pilih bahan baku yang jelas mempunyai
randemen minyak tinggi.
Pengukuran rendemen minyak dilakukan di
laboratorium atau bisa juga dilakukan sendiri
dengan alat Stahl Distillation.
 Sebelum disuling bahan baku harus dirajang
dahulu untuk mempermudah keluarnya
minyak yang berada di ruang antar sel dalam
jaringan tanaman.

 Tentukan juga perlakuan awal raw material,


apakah bahan basah, layu atau kering.

 Ini sangat penting karena setiap bahan baku


memerlukan penenangan yang berbeda.
 Sebagai contoh perlakuan nilam sebaiknya
dalam keadaan kering dengan kadar air antara
22-25%.

 Jika yang masuk ketel adalah nilam basah


membutuhkan waktu destilasi lebih lama,
akibatnya cost produksi menjadi lebih besar.
2. Alat Penyulingan
Untuk mendapatkan produk minyak atsiri yang
berkualitas, gunakan alat yang tidak
bereaksi/menimbulkan kontaminasi terhadap
produk minyak.

Material yang baik adalah dengan glass/pyrex


dan stainless steel.

Untuk material glass hanya mampu untuk skala


laboratorium, sedang skala industri biasa
digunakan stainless steel.
 Untuk keperluan destilasi minyak atsiri biasa
digunakan material food grade.

 Perlu diperhatikan juga penggunaan jacket


ketel atau sekat kalor jika proses penyulingan
berada didaerah dingin seperti di pengunungan,
ini dimaksudkan agar mengurangi kehilangan
kalor panas.

 Jangan lupa dipasang juga accessories control


dan safety device yang minimal berupa
termometer, manometer tekanan (pressure
gauge) dan safety valve untuk alat destilasi
yang menggunakan boiler.
3. Condensor (Pendingin)
Alat ini digunakan untuk kondensasi (mengembunkan)
uap yang keluar dari ketel.

Prinsip kerja alat adalah merubah fase uap menjadi fase


cair karena pertukaran kalor pada pipa pendingin.

Pada alat berskala laboratorium bisa menggunakan


condensor lurus (liebig), sedang untuk skala industri
harus menggunakan kondensor yang lebih besar.

Kondensor untuk skala produksi berbahan stainless


dalam bentuk pipa spiral agar kontak dengan air
pendingin lebih lama dan area perpindahan kalor juga
lebih panjang.
4. Separator (Pemisah Minyak)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak
atsiri dengan air berdasarkan perbedaan berat
jenis.

Separator untuk alat suling sistem kukus


kohobasi tersedia 2 macam yaitu untuk minyak
dengan density (massa jenis) rendah dan minyak
density tinggi.
5. Receiver Tank (Tangki Penampung)
Digunakan untuk menampung minyak atsiri,
bisa dari bahan glass atau stainless steel.

Untuk bahan glass, gunakan botol gelap agar


minyak terhindar dari masuknya sinar matahari
langsung sehingga tidak menurunkan grade
minyak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai