Anda di halaman 1dari 13

* BIRRUL WALIDAIN

Birru atau al- kebajikan


birru
Birrul walidain
dua orangtua
Al-walidain atau ibu bapak.

Jadi Birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada


kedua orangtua.

‫ان ِب َوالِ َديْ ِه ُح ْسنًا‬


َ ‫َو َو ّـََّصيْنَا ال ْ ِإن ْ َس‬
“…dan kami telah mewasiatkan kepada manusia agar
berbakti terhadap kedua orang tuanya.” (QS. Al-Ankabut:
8).
Suatu hari ada seorang laki-laki datang
menghadap Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah,
aku mempunyai harta kekayaan dan anak.
Sementara ayahku berkeinginan menguasai
harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah
yang demikian ini benar?” Maka jawab
Rasulullah, “Dirimu dan harta kekayaanmu
adalah milik orang tuamu.”

(Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah) 


* Targhib fi Birril Walidain 
(Motivasi tentang Birrul Walidain)

Pertama, birrul walidain termasuk akhlak para nabi.

Allah Ta’ala menyebut Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimas salam dengan ungkapan,

“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang
yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)

Juga menceritakan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam dengan ungkapan,

Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil)
dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.’” (QS. Maryam: 30-32)
* Kedua, birrul walidain lebih
diutamakan dari jihad.

Abdullah bin Ash ia berkata,

“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam


lalu meminta kepada beliau untuk berjihad. Maka beliau
bersabda, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia
menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun bersabda,  ‘Maka bersungguh-
sungguhlah dalam berbakti kepada keduanya.’” (HR. Al Bukhari dan
Muslim)
Ketiga, kedua orang tua adalah pihak keluarga
yang paling berhak diperlakukan dengan baik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku
berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’.
Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat, tetap wajib birrul walidain walaupun
mereka tergolong musyrikin.

Dari Asma` binti Abu Bakar ia berkata, “(Ketika terjadi


gencatan senjata dengan kaum Quraisy) ibuku mendatangiku
yang ketika itu masih musyrik. Lalu aku meminta pendapat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, Ibuku mendatangiku karena rindu padaku. Bolehkah
aku menjalin silaturahmi dengan Ibuku?’ Beliau
menjawab, ‘Ya, sambunglah silaturahmi dengan ibumu.’” (HR.
Muslim)
* Fadhlu Birril Walidain (Keutamaan Birrul Walidain)
1. termasuk amal yang dicintai Allah Ta’ala

2. sebab diampuninya dosa besar.

3. salah satu sebab dipanjangkannya umur dan ditambahnya rizki.

4. salah satu bentuk ketaatan kepada Allah Ta’ala dan menjadi sebab teraihnya


keridhaan.

5. salah satu amal yang menghantarkan ke surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang


bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Sungguh
hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup
atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun
justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)
*Kisah-kisah sahabat dan
1. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam nabi
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-
nya berseberangan dengan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Tetapi beliau tetap
menunjukan sikap birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada
bapaknya. Dalam menegur ayahnya, beliau menggunakan kata-kata yang santun
dan ketika mengajaknya agar mengikuti jalan yang lurus, dipilihnya tutur kata
yang lemah lembut.

2. Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Rasulullah shallallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukan sikap yang mulia kepada


pamannya walaupun berbeda aqidah. Rasulullah shallallallahu ‘alaihi wa
sallam pun menunjukkan sikap berbakti kepada bibinya yang bernama Shafiyah
binti Abdil Mutthalib.
3. Abu Bakar As–Shiddiq radhiyallahu ‘anhu

Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur, bukan hanya perkataan
yang lemah lembut  dan sikap yang baik  saja yang ditunjukkannya, melainkan
beliau juga dapat mengajak bapaknya, yakni Abu Quhafah untuk masuk Islam pada
peristiwa Futuh Makkah. Hal ini telah dinanti oleh Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu
‘anhu dengan cukup lama.

4. Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu

Sa’ad merayu ibunya , “Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi
saya tetap tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun resikonya”. Tidak
bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta
menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya
menyerah dan menghentikan mogok makannya.

5. Kilab bin Umaiyah


Bapak Kilab datang dengan tertatih-tatih dan menunduk. Umar bertanya
kepadanya, “Apa kabarmu, wahai Abu Kilab?” Dia menjawab, “Seperti yang Anda
lihat wahai Amirul Mukminin.” Umar bertanya, “Apakah kamu ada kepeluan?” Dia
menjawab, “Aku ingin melihat Kilab. Aku ingin mencium dan memeluknya sebelum
aku mati.” Umar menangis dan berkata, “Keinginanmu akan tercapai insya Allah.
*Bentuk-bentuk Birrul Walidain
1. al-ihsaanu ilaihima (berbuat baik kepada keduanya),

2. al-qiyaamu bi huquuqihima (menegakkan
hak-hak keduanya),

3.  iltizaamu thaa’atihima (komitmen mentaati


keduanya),
4. ijtinaabu isaa-atihima (menjauhi perbuatan
yang menyakiti keduanya),

5. fi’lu maa yurdhiihimaa (melakukan apa-apa yang


diridhai keduanya).
* Setelah kedua orang tua meninggal dunia, birrul walidain
masih bisa diteruskan dengan cara :
a. Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya
b. Melunasi hutang-hutangnya
c. Melaksanakan wasiatnya
d. Meneruskan silaturahmi yang dibinanya di waktu hidup
e. Memuliakan sahabat-sahabatnya
f. Mendo’akannya
* Lawan kata dari birrul walidain yaitu Uququl
walidain.
* Jadi uququl walidain artinya mendurhakai kedua
orang tua. Istilah inipun didapat dari Rasulullah Saw.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang artinya :
“ Dosa-dosa besar adalah mempersekutukan Allah,
durhaka kepada orang tua, membunuh orang dan
sumpah palsu.” (HR. Bukhari)

*Uququl – Walidain

Anda mungkin juga menyukai