“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang
yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil)
dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.’” (QS. Maryam: 30-32)
* Kedua, birrul walidain lebih
diutamakan dari jihad.
Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur, bukan hanya perkataan
yang lemah lembut dan sikap yang baik saja yang ditunjukkannya, melainkan
beliau juga dapat mengajak bapaknya, yakni Abu Quhafah untuk masuk Islam pada
peristiwa Futuh Makkah. Hal ini telah dinanti oleh Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu
‘anhu dengan cukup lama.
Sa’ad merayu ibunya , “Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi
saya tetap tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun resikonya”. Tidak
bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta
menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya
menyerah dan menghentikan mogok makannya.
2. al-qiyaamu bi huquuqihima (menegakkan
hak-hak keduanya),
*Uququl – Walidain