Anda di halaman 1dari 30

Journal Reading

Trauma, attachment style, and


somatization:
a study of women with dyspareunia and
women survivors of sexual abuse
Pembimbing : dr. Dian Novitasari, Sp. FM
Oleh :
1. Baskoro Adi Nugroho( 3010306892)
2. Khotifah Haning Mustika Sari(30101607669)
3. Resa Fela Afiana(30101607728)
IDENTITAS JURNAL
JUDUL
Trauma, attachment style, and somatization:
a study of women with dyspareunia and
women survivors of sexual abuse

PENULIS
Michal Granot, Yoram Yovell, Eli Somer Ahuva
Beny, Ronit Sadger, Ronit liel-Mirkin and Yaara
Zisman-Ilani

TAHUN
2018

PENERBIT
BMC Women's Health
ABSTRAK
Latar Belakang

Terdapat bukti persamaan karakteristik


antara wanita korban pelecehan seksual
dengan wanita dispareuni. Penelitian ini
adalah yang pertama mengeksplorasi Metode
persamaan dan perbedaan antara • Tingkat tidak aman  kuesioner
keduanya, untuk memeriksa bagaimana
“Relationships Scale to reflect
tingkat tidak aman (merasa tidak aman)
participants’ levels of anxiety and
dan tingkat somatisasi yang berhubungan
avoidance”
trauma pada wanita dispareuni. • Somatisasi  kuesioner “the Brief
Symptom Inventory focusing on the
frequency of painful and non-painful
bodily complaints”
• Trauma dikategorikan sebagai : tidak
trauma, trauma seksual, trauma
non-seksual
HASIL
ABSTRAK Wanita yang mengalami pelecehan seksual (SA)
(n = 21) dibandingkan dengan wanita dengan
dispareunia (dys) ( n = 44) menunjukkan tingkat
tidak aman yang diekspresikan melalui tingkat
penghindaran, kecemasan dan somatisasi yang
tinggi. Tingkat tidak aman dan somatisasi tidak
berbeda secara signifikan antara wanita
dispareunia tanpa trauma dengan wanita
dispareuni yang mengalami trauma nonseksual.

KESIMPULAN
Temuan kami menekankan peran unik dari
trauma seksual sebagai faktor yang
berkontribusi pada peningkatan gejala tubuh
yang dirasakan dan gaya keterikatan yang
tidak aman. Ini menjelaskan pentingnya
mengungkapkan riwayat pelecehan seksual
sebelumnya di antara wanita dengan
dispareunia.
LATAR BELAKANG
Pelecehan Seksual (SA) diketahui bertanggung jawab atas sebagian besar
peristiwa traumatis di kalangan wanita :

Paparan peristiwa Memiliki banyak Masalah kesehatan fisik


traumatis secara konsekuensi negatif dan mental, seperti
umum, dan SA jangka pendek dan alexithymia dan
pada khususnya jangka panjang disregulasi emosional.

• Paparan pelecehan seksual atau fisik selama masa kanak-kanak  dikaitkan


dengan peningkatan risiko nyeri kronis di masa dewasa. Bahkan peristiwa stres
nontraumatis memiliki potensi perubahan modulasi nyeri jangka panjang.

• Wanita yang pernah mengalami SA sering dijumpai dengan keluhan


kesehatan yang lebih banyak, gangguan nyeri, vaginismus, dan
prevalensi disfungsi seksual yang lebih tinggi (peningkatan penderitaan
hubungan seksual, keluhan nyeri dasar panggul dan dyspareunia (nyeri
saat berhubungan seksual )
Beberapa penelitian melaporkan bahwa
Wanita dengan Vaginismus
dispareunia memiliki kesulitan dalam fungsi seksual
karakteristik yang dan berhubungan intim dan
mirip dengan wanita nyeri seksual yang lebih parah.
dengan riwayat SA

Penelitian sebelumnya :
Menjadikan wanita yang sehat sebagai control, tidak membandingkan
karakteristik korban wanita yang selamat dari SA dan mengalami dispareunia,
supaya lebih memahami persamaan dan perbedaan antar kelompok.

Perbandingan ini sangat penting, karena kedua kelompok wanita ini (yang selamat
dan tidak dari SA) mungkin sama-sama menunjukkan rasa tidak aman, sementara
peran trauma apapun dalam dispareunia belum sepenuhnya dibahas.
Metode
Telah diterima secara luas bahwa pola hubungan intim orang dewasa dibentuk oleh gaya keterikatan yang berbeda antar
individu.

Studi tentang seksualitas wanita menunjukkan bahwa rasa tidak aman dan menghindar dikaitkan dengan :
1. Hubungan seksual yang kurang memuaskan,
2. Tingkat disfungsi seksual,
3. Gairah seksual berkurang,
4. masalah dengan pelumasan, kurang orgasme, dan
5. rasa sakit saat berhubungan seksual

• Selain itu, trauma selama masa kanak-kanak ditemukan mempengaruhi tingkat somatisasi dan rasa tidak aman di masa
dewasa.
• Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa wanita yang menderita dispareunia ditemukan memiliki rasa tidak
aman dan tingkat somatisasi yang lebih tinggi.

Kemungkinan bahwa rasa tidak aman dan somatisasi berhubungan dengan trauma masa lalu, yang dapat
dikaitkan dengan nyeri yang saat ini dirasakan saat berhubungan seksual  hal ini dapat dijadikan sebagai dasar
dari penelitian proses perkembangan gangguan nyeri panggul kronis  sehingga dapat menghasilkan pendekatan
klinis yang lebih komprehensif.
Tujuan Penelitian
• Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan bahwa trauma seksual dan
nonseksual masa lalu pada wanita berhubungan dengan rasa tidak aman dan tingkat
somatisasi mereka.

• Penelitian ini juga bertujuan untuk menyelidiki apakah wanita dispareunik yang terkena
trauma nonseksual menunjukkan manifestasi yang berbeda dari gejala somatik dan rasa
tidak aman dibandingkan dengan wanita yang selamat dari pelecehan seksual.
Sampel
65 wanita

21 dari korban pelecehan 45 Disparenuria ,


seksual eklusi N = 1

18 trauma masa 26 tidak


lalu non seksual memiliki trauma
Sampel dan Prosedur
Sampel penelitian terdiri dari 65 wanita, terdiri dari dua kelompok yaitu :
1. Kelompok pertama, “wanita yang mengalami pelecehan seksual (SA) ",
Terdiri dari 21 wanita yang direkrut dari pusat perawatan untuk korban pelecehan seksual.
Para wanita ini telah terpapar trauma seksual yang parah, terutama selama masa kanak-kanak, serta peristiwa traumatis
nonseksual lainnya, dan telah berpartisipasi dalam program terapi yang disesuaikan dengan SA setidaknya selama tiga bulan
sebelum pengumpulan data.

2. Kelompok kedua yakni 45 wanita dispareunia,


Kelompok ini direkrut melalui klinik ginekologi komunitas dan melaporkan tidak ada riwayat penyakit sistemik,
endometriosis atau kelainan hormonal.
Setelah perekrutan, masing-masing perempuan dalam kelompok ini ditanyai apakah dia pernah mengalami
peristiwa traumatis dalam bentuk apa pun, seperti terlibat dalam kecelakaan mobil, bencana alam, perang, atau
pelecehan seksual menggunakan kuesioner kelompok pertama yakni “Skala Diagnostik Stres Pascatrauma”
yang menilai berbagai kondisi potensial yang dapat dianggap sebagai peristiwa traumatis untuk mendapatkan
informasi tentang keterpaparan trauma masa lalu.

Dari 45 wanita, 18 melaporkan trauma masa lalu (nonseksual), dan 26 tidak memiliki pengalaman trauma
sebelumnya. Untuk tujuan penelitian ini, 1 sampel yang melaporkan adanya seksual ( N = 1) dan diekslusi,
menyisakan total ukuran sampel 44 dalam kelompok ini.
Alat Penelitian
Dengan dua kuesioner:
1. Pertama untuk menilai tingkat rasa tidak aman
2. kedua mengukur tingkat somatisasi.

Karena kuesioner somatisasi tidak berhubungan secara khusus dengan gangguan nyeri
kronis,maka ditambahakan pertanyaan mengenai :
Dismenore dan gangguan nyeri idiopatik umum di antara wanita dengan dyspareunia.
Untuk lebih mengeksplorasi gejala yang berhubungan dengan nyeri.

Oleh karena itu, setiap wanita melaporkan tingkat nyeri yang dialami selama dua hari
pertama menstruasi selama 6 bulan sebelumnya.
Analisis
statistik
• Analisis statistik dilakukan dengan SPSS
• Membandingkan kelompok yang pelecehan seksual dengan
dispareunia Dispareunia dibagi 2 sub kelompok trauma dan non
trauma
• Lalu menggunakan uji anova ( Pelecehan seksual , non trauma ,
trauma )
• signifikansi ditetapkan pada p<.05.
HASIL
Karakteristik sampel penelitian
Tidak ada perbedaan signifikan variabel sosio-
demografis termasuk tingkat pendidikan atau status
pekerjaan yang diamati antara kedua kelompok SA
dan dispaurenia
Perbandingan antara SA dan kelompok
dispareunia
• Kelompok SA lebih merasa tidak aman dibandingkan kelompok
dispareunia dengan p=0.01
• Kelompok SA lebih meliki rasa menghindar dibanding kelompok
dispareunia dengan p=0.01
• Kelompok SA lebih merasa cemas ( somatisasi ) dibanding kelompok
dispareunia dengan p=0.001
• Tingkat somatisasi tidak berbeda secara signifikan antara wanita dengan
dispareunia tanpa trauma dengan mereka yang trauma nonseksual.
DISKUSI
• Penelitian ini adalah studi yang membandingkan wanita yang pernah mengalami SA
(kekerasan seksual) dengan wanita dispareunia untuk mengetahui persamaan dan
perbedaan mereka dalam hal gaya keterikatan dan somatisasi.
• Penelitian ini juga menyelidiki apakah paparan trauma seksual vs trauma nonseksual
mengubah reaksi psikologis yang diekspresikan dari tingkat kecemasan dan penghindaran
yang lebih tinggi serta keluhan somatik.
• Pada penelitian ini terdapat temuan, memberikan dukungan tambahan bahwa paparan
trauma seksual dapat memengaruhi keintiman dan pengalaman negatif tubuh karena rasa
sakit atau gejala fisik lain.
• Perlu juga dicatat bahwa dispareunia dan vaginismus adalah dua kondisi disfungsi seksual
yang sering dikaitkan, menurut kriteria DSM IV. Konsep ini sebelumnya telah dibuktikan,
dengan alasan bahwa pelecehan seksual di masa kanak-kanak harus diperlakukan sebagai
jenis trauma multifaset, yang berpotensi menyebabkan komorbiditas PTSD dan gangguan
disosiatif.
DISKUSI
• Untuk mengatasi adanya gejala nyeri panggul dari sudut pandang yang berbeda, sampel penelitian
ini juga diminta untuk melaporkan apakah mereka menderita dismenore sebagai indikator tambahan
untuk gejala somatik yang dikenal sebagai ciri gangguan nyeri idiopatik. Pada temuan peneliti
menunjukkan bahwa adanya dismenore, yang merepresentasikan aspek berbeda dari keluhan
somatik, tidak berbeda antar kelompok.

• Gaya keterikatan kemungkinan berperan dalam manifestasi klinis somatik setelah


kejadian traumatis. Menurut temuan peneliti, hubungan seperti itu lebih relevan untuk
orang yang selamat dari SA yang memanifestasikan gaya keterikatan yang tidak aman
dan tingkat somatisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dengan dispareunia.
 
• Traumatis impersonal, seperti bencana alam dan kecelakaan, atau trauma interpersonal,
seperti penyerangan memiliki efek negatif selama masa dewasa. Selain itu, bahkan
paparan trauma tidak langsung di masa kanak-kanak, dapat menyebabkan konflik dan
perasaan bersalah yang mungkin diungkapkan kemudian oleh laporan gejala nyeri yang
lebih tinggi.
DISKUSI
• Penelitian ini masih banyak keterbatasan, sehingga perlu di dalami lebih lanjut, seperti
sifatnya eksplorasi dan retrospektif. Mungkin mempengaruhi kemampuan untuk mengingat
secara tepat peristiwa traumatis yang dialami sebagian wanita.
• Perempuan SA direkrut di pusat rehabilitasi khusus untuk korban kekerasan
seksual. Dengan demikian, peneliti tidak dapat mengabaikan kemungkinan bahwa
pengobatan dan program di pusat tersebut juga dapat mempengaruhi laporan
mereka mengenai variabel penelitian.
• Tidak adanya penggunaan ukuran standar untuk fungsi seksual perempuan, seperti
Indeks Fungsi Seksual Wanita, mengurangi kemampuan peneliti untuk mengatasi
sifat multidimensi fungsi seksual perempuan dan kualitas hidup, sehingga
membatasi kemungkinan untuk mengungkapkan dimensi tambahan dari status
seksual mereka.
• Ukuran sampel yang relatif kecil membatasi kemampuan untuk menggeneralisasi
temuan dan untuk melakukan analisis statistik tambahan.
• Peneliti tidak dapat mengeksplorasi pertanyaan studi di antara pria, meskipun
prevalensi SA masa kanak-kanak di antara pria serupa dengan di antara wanita.
Kesimpulan
Kesimpulnnya, penelitian ini menggambarkan
perbedaan karakteristik rasa tidak aman dan
somatisasi antara wanita korban SA dengan
wanita dispareuni dan menekankan akibat
trauma seksual yang saat ini dialami, baik
pada wanita yang memiliki trauma maupun
yang tidak sama sekali
CRITICAL APPRAISAL
Identitas Jurnal
NO Kriteria Ya (+) / tidak (-)

1 Jumlah kata dalam judul < 12 kata - (17 kata)

2 Deskripsi judul -

3 Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4 Korespondensi penulis +

5 Tempat & waktu penelitian dalam judul -


Abstrak
No Kriteria Ya (+) / tidak (-)
1 Abstrak 1 paragraf -
2 Secara keseluruhan informatif +
3 Tanpa singkataan selain yang baku +
4 Kurang dari 250 kata -
5 Mencakup IMRC -
Pendahuluan
No Kriteria Ya (+) / tidak (-)
1 Terdiri dari 2 bagian atau paragraf +
2 Paragraf pertama mengemukakan +
alasan dilakukan penelitian
3 Paragraf kedua menyatakan hipotesis -
atau tujuan penelitian
4 Didukung oleh pustaka yang relevan +
5 Kurang dari 1 halaman +
Bahan dan Metode Penelitian
No Kriteria Ya (+) / tidak (-)
1 Jenis dan perencanaan penelitian +
2 Waktu dan tempat penelitian +
3 Populasi sumber +
4 Teknik sampling +
5 Kriteria inklusi +
6 Kriteria eksklusi +
7 Perkiraan dan perhitungan besar sampel -
8 Perincian cara penelitian +
9 Blind -
10 Uji statistik +
11 Program komputer +
12 Persetujuan komite etik -
Hasil Penelitian
NO Kriteria Ya (+) / tidak (-)
1 Jumlah Subjek +
2 Tabel karakteristik subjek +
3 Tabel hasil penelitian -
4 Komentar dan pendapat +
penulis tentang hasil
5 Tabel analisis data dengan uji -
Pembahasan, kesimpulan, daftar pustaka
NO Kriteria Ya (+) / Tidak (-)
1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +

2 Pembahasan dan kesimpulan +


dipaparkan dengan jelas
3 Pembahasan mengacu dari penelitian +
sebelumnya
4 Pembahasan sesuai landasan teori +

5 Keterbatasan penelitian +

6 Simpulan utama -

7 Simpulan berdasarkan penelitian +

8 Saran penelitian +

9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +


THANKS!

Anda mungkin juga menyukai