Anda di halaman 1dari 29

CYBERSPACE,

CYBERCRIME
DAN
CYBERLAW

TIM PENGAMPU PTI

Diperbaruhi dari :
1. http://organisasiakatsuky.blogspot.com/2012/04/pengertian-cyber-law.html
2. http://komputer.yn.lt/adalah/?arti=Cyberspace
3. https://cybercrime3.wordpress.com/2013/05/04/230
Pengertian Cyberspace
• Istilah yang berhubungan dengan kumpulan komputer yang data
elektroniknya dapat diakses.
• media elektronik dalam jaringan komputer yang dipakai untuk keperlu-
an komunikasi satu arah maupun timbal-balik secara online (terhubung
langsung).
• Howard  Rheingold  Sebuah “Ruang Imajiner” atau “Maya” yang
bersifat artivisial, dimana setia orang melakukan apa saja yang biasa
dilakukan dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan cara yang baru
• Istilah cyberspace dikenalkan pertama kali oleh seorang pengarang
William Gibson dalam novelnya Neuromancer
Pengertian Cyberspace
Perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
seperti internet :
• maka manusia dapat mengetahui apa yang terjadi didunia ini dalam
hitungan detik,
• dapat berkomunikasi dan mengenal orang dari segala penjuru dunia
tanpa harus berjalan jauh dan bertatap muka secara langsung. Inilah
yang dikenal orang dengan sebutan dunia maya atau Cyber Space
Aktivitas di dunia cyber, seperti:
• e-travel yang berhubungan dengan pariwisata,
• e-banking yang berhubungan dengan perbankan
• electronic mail atau e-mail,
• e-commerce yang berhubungan dengan perdagangan.
• Dll.
Pengertian Cyberspace
• Sisi Positif, Internet telah menghadirkan kemudahan-
kemudahan bagi setiap orang bukan saja sekedar untuk
berkomunikasi tapi juga melakukan transaksi bisnis kapan
saja dan di mana saja ….. Bila mau….
• Sisi negatif, membuka peluang munculnya tindakan anti-sosial
dan perilaku kejahatan yang selama ini dianggap tidak
mungkin terjadi.
“Semakin tinggi tingkat intelektualitas suatu masyarakat,
semakin canggih pula kejahatan yang mungkin terjadi dalam
masyarakat itu.
Apakah Cybercrime itu ?
• Cybercrime sering diidentikkan sebagai computer crime
• Tindak kriminal yang dilakkukan dengan menggunakan
teknologi computer sebagai alat kejahatan utama.
• Andi Hamzah (1989)  "kejahatan di bidang komputer secara
umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara
ilegal“
• Perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai
komputer sebagai sarana/alat atau komputer sebagai objek,
baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan
merugikan pihak lain
Kriminalitas di Internet ( Cybercrime )

• Kriminalitas siber (cybercrime) atau kriminalitas di internet adalah


tindak pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet
(cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum didalam cyber
space ataupun kepemilikan pribadi. Secara teknis tindak pidana
tersebut dapat dibedakan menjadi offline crime, semi online
crime, dan cybercrime (online crime).
• Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, namun perbeda-
an utama diantara ketiganya adalah keterhubungan dengan
jaringan informasi publik. Cybercrime merupakan perkembangan
lebih lanjut dari kejahatan atau tindak pidana yang dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi komputer.
Kriminalitas di Internet ( Cybercrime )

Menurut MOTIFNYA Bentuk atau model kejahatan teknologi


informasi dibagi menjadi dua, yaitu ;
• Motif Intelektual : yaitu kejahatan yang dilakukan hanya
untuk kepuasan diri pribadi dan menunjukkan bahwa dirinya
telah mampu untuk merekayasa dan mengimplementasikan
bidang teknologi informasi
• Motif Ekonomi, politik, kriminal : yaitu kejahatan yang
dilakukan untuk keuntungan pribadi atau golongan tertentu
yang berdampak pada kerugian secara ekonomi dan politik
pada pihak lain
Kriminalitas di Internet ( Cybercrime )
Menurut ruang lingkupnya kejahatan komputer juga dapat ditinjau
dalam sebagai berikut ;
• Pertama, komputer sebagai instrumen untuk melakukan kejahatan
tradisional
• Kedua, komputer dan perangkatnya sebagai objek penyalah-
gunaan, dimana data-data didalam komputer yang menjadi objek
kejahatan dapat saja diubah, dimodifikasi, dihapus, atau
diduplikasi secara tidak sah.
• Ketiga, penyalahgunaan yang berkaitan dengan komputer atau
data
• Keempat, adalah unauthorized acquisition, disclosure or use of
information and data, yang berkaitan dengan masalah
penyalahgunaan hak akses dengan cara-cara yang ilegal.
Karakteristik Cybercrime
• Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut
terjadi di ruang/wilayah maya (cyberspace), sehingga tidak dapat dipastikan
yurisdiksi hukum negara mana yang berlaku terhadapnya;
• Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan apapun
yang bisa terhubung dengan jaringan telekomunikasi dan/atau internet;
• Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materil maupun immateril
(waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan kejahatan
konvensional;
• Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet beserta
aplikasinya; dan
• Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara transnasional/melintasi
batas negara.
Bentuk Cybercrime

1. Unauthorized Access to Computer System and Service :


memasuki/menyusup ke sistem jaringan komputer secara tidak
sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem
jaringan komputer yang dimasukinya.
Cracker :
 melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian
informasi penting dan rahasia.
 hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya
menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi.
Bentuk Cybercrime
2. Illegal Contents : memasukkan data atau informasi ke
internet tentang sesuatu yang tidak benar, tidak etis, dan
dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban
umum
 berita bohong atau fitnah
 pornografi atau pemuatan suatu informasi yang
merupakan rahasia Negara
 Agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan
yang sah, dan sebagainya
Bentuk Cybercrime
3. Data Forgery : memalsukan data pada dokumen-dokumen
penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui
internet
ditujukan pada dokumen e-commerce dengan membuat seolah-
olah terjadi "salah ketik" yang pada akhirnya akan
menguntungkan pelaku
4. Cyber Espionage : memanfaatkan jaringan internet untuk
melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain
saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya
tersimpan dalam suatu sistem yang computerized
Bentuk Cybercrime
5. Cyber Sabotage and Extortion (cyber-terrorism) : membuat
gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data,
program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung
dengan internet
menyusupkan logic bomb, virus computer, program tertentu,
sehingga data, program atau sistem jaringan tidak dapat digunakan,
tidak berjalan sebagaimana mestinya
6. Offense against Intellectual Property : ditujukan terhadap Hak atas
Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di internet
eniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara
ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan
rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.
Bentuk Cybercrime
7. Infringements of Privacy : ditujukan terhadap informasi seseorang
yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia.
dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti
nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi
dan sebagainya
8. Cyber Sabotage and Extortion (cyber-terrorism): membuat
gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data,
program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung
dengan internet
menyusupkan logic bomb, virus computer, program tertentu,
sehingga data, program atau sistem jaringan tidak dapat digunakan,
tidak berjalan sebagaimana mestinya
Pengertian Cyberlaw
• hukum yang digunakan didunia maya (cyber space) yang umumnya
diasosiasikan dengan internet.
• Cyberlaw dibutuhkan karena dasar atau fondasi dari hukum di banyak
negara adalah "ruang dan waktu". Sementara itu, Internet dan jaringan
komputer mendobrak batas ruang dan waktu ini.
• Tujuan Cyber Law
• Cyberlaw sangat dibutuhkan, kaitannya dengan upaya pencegahan
tindak pidana, ataupun penanganan tindak pidana. Cyber law akan
menjadi dasar hukum dalam proses penegakan hukum terhadap
kejahatan-kejahatan dengan sarana elektronik dan komputer, termasuk
kejahatan pencucian uang dan kejahatan terorisme
Ruang Lingkup Cyber Law

Secara garis besar ruang lingkup ”cyber law” ini berkaitan dengan
persoalan-persoalan atau aspek hukum dari:
• E-Commerce,
• Trademark/Domain Names,
• Privacy and Security on the Internet,
• Copyright,
• Defamation /pencemaran nama baik
• Content Regulation,
• Dispelt Settlement /Penyelesaian Perselisihan, dan sebagainya.
Topik-topik Cyber Law
Secara garis besar ada lima topik dari cyberlaw di setiap negara
yaitu:
• Information security, menyangkut masalah keotentikan
pengirim atau penerima dan integritas dari pesan yang
mengalir melalui internet. Dalam hal ini diatur masalah
kerahasiaan dan keabsahan tanda tangan elektronik.
• On-line transaction, meliputi penawaran, jual-beli,
pembayaran sampai pengiriman barang melalui internet.
Topik-topik Cyber Law
• Right in electronic information, soal hak cipta dan hak-hak
yang muncul bagi pengguna maupun penyedia content.
• Regulation information content, sejauh mana perangkat hukum
mengatur content yang dialirkan melalui internet.
• Regulation on-line contact, tata karma dalam berkomunikasi
dan berbisnis melalui internet termasuk perpajakan, retriksi
eksport-import, kriminalitas dan yurisdiksi hukum.
Asas-asas Cyber Law
Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal
beberapa asas yang biasa digunakan, yaitu :
• Subjective territoriality, yang menekankan bahwa keberlakuan
hukum ditentukan berdasarkan tempat perbuatan dilakukan dan
penyelesaian tindak pidananya dilakukan di negara lain.
• Objective territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang
berlaku adalah hukum dimana akibat utama perbuatan itu terjadi
dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi negara
yang bersangkutan.
• nationality yang menentukan bahwa negara mempunyai jurisdiksi
untuk menentukan hukum berdasarkan kewarganegaraan pelaku.
Asas-asas Cyber Law
• passive nationality yang menekankan jurisdiksi berdasarkan
kewarganegaraan korban.
• protective principle yang menyatakan berlakunya hukum
didasarkan atas keinginan negara untuk melindungi kepentingan
negara dari kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya.
• Universality. Asas ini selayaknya memperoleh perhatian khusus
terkait dengan penanganan hukum kasus-kasus cyber. Asas ini
disebut juga sebagai “universal interest jurisdiction”. Pada
mulanya asas ini menentukan bahwa setiap negara berhak untuk
menangkap dan menghukum para pelaku pembajakan. Asas ini
kemudian diperluas sehingga mencakup pula kejahatan terhadap
kemanusiaan (crimes against humanity), misalnya penyiksaan,
genosida, pembajakan udara dan lain-lain. 
Teori-teori cyberlaw
Berdasarkan karakteristik khusus dalam ruang cyber maka dapat
dikemukakan beberapa teori sebagai berikut :
• The Theory of the Uploader and the Downloader  suatu negara dapat
melarang dalam wilayahnya, kegiatan uploading dan downloading yang
diperkirakan dapat bertentangan dengan kepentingannya.
o Misalnya, suatu negara dapat melarang setiap orang untuk
uploading kegiatan perjudian atau kegiatan perusakan lainnya dalam
wilayah negara, dan melarang setiap orang dalam wilayahnya untuk
downloading kegiatan perjudian tersebut.
 Minnesota adalah salah satu negara bagian pertama yang
menggunakan jurisdiksi ini.
Teori-teori cyberlaw
• The Theory of Law of the Server. Pendekatan ini memperlakukan
server dimana webpages secara fisik berlokasi, yaitu di mana
mereka dicatat sebagai data elektronik. Menurut teori ini sebuah
webpages yang berlokasi di server pada Stanford University
tunduk pada hukum California. Namun teori ini akan sulit
digunakan apabila uploader berada dalam jurisdiksi asing.
• The Theory of International Spaces. Ruang cyber dianggap
sebagai “the fourth space”. Yang menjadi analogi adalah tidak
terletak pada kesamaan fisik, melainkan pada sifat internasional,
yakni sovereignless quality.
Cyberlaw di Indonesia
• Pemerintah Indonesia baru saja mengatur masalah HAKI ( Hak
Atas Kekayaan Intelektual ) No. 10 tahun 2002. Namun undang-
undang tersebut berfokus pada persoalan perlindungan kekayaan
intelektual saja. Ini terkait dengan persoalan tingginya kasus
pembajakan piranti lunak di negeri ini. Kehadiran UU tersebut
tentu tidak lepas dari desakan negara-negara produsen piranti
lunak itu berasal.
• Begitu juga dengan dikeluarkannya UU Hak Paten yang diatur
dalam UU No. 14 tahun 2001, yang mengatur hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Cyberlaw di Indomnesia
Sebenarnya kehadiran cyberlaw akan langsung memfasilitasi
eCommerce, eGovernment dan Cybercrime. Pengaturan
pemanfaatan teknologi informasi harus dilaksanakan dengan
tujuan untuk :
• Mendukung persatuan dan kesatuan bangsa serta mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi
dunia
• Mendukung perkembangan perdagangan dan perekonomian
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Cyberlaw di Indomnesia
• Mendukung efektivitas komunikasi dengan memanfaatkan secara
optimal teknologi informasi untuk tercapainya keadilan dan
kepastian hukum
• Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang
untuk mengembangkan pemikiran dan kemampuannya di bidang
teknologi informasi secara bertanggung jawab dalam rangka
menghadapi perkembangan teknologi informasi dunia.
Cyberlaw di Indonesia
Beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara
dalam penanggulangan cybercrime adalah:
• Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum
acaranya, yang diselaraskan dengan konvensi internasional yang
terkait dengan kejahatan tersebut;
• Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional
sesuai standar internasional
• Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak
hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan
perkara-perkara yang berhubungan dengan cybercrime;
Cyberlaw di Indonesia
• Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah
cybercrime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut
terjadi; dan
• Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional
maupun multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime,
antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan mutual assistance
treaties
Penutup
• Kemajuan Teknologi Informasi akan memberikan kemudahan
pada semua pihak yang memanfaatkan teknologi tersebut secara
bijaksana
• Kemajuan tersebut juga menimbulkan permasalahan baru akibat
dari ulah orang-orang yang FAHAM dan MENGUASAI teknologi
informasi untuk kepentingan pribadi yang tidak bertanggung
jawab.
• Pemerintah Indonesia masih kekesulitan menentukan regulasi
kebijakan tentang pemungutan pajak atas objek yang diperda-
gangkan secara online, penyelesaian konfik masalah transaksi
online.
Penutup

SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai