Anda di halaman 1dari 22

MATERI MAKESTA

KE IPPNU-AN
Sejarah Lahirnya Ippnu
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh
beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru
Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20
di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan
Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU,
terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom
NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada
kongres I IPNU yang akan diadakan di Malang. Selanjutnya
disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang
dinamakan IPNU putri.
Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan
yakni:
1. Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan
secara administratif terpisah dari IPNU
2. Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan
sebagai hari kelahiran IPNU putri.
3. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-
pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu
Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
4. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
5. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian
IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU
menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Tokoh Pendiri IPPNU
1.Rekanita Umroh Mahfudhoh (Gresik Jatim. 1955-1956)
2.Rekanita Basyiroh Soimuri (Solo Jateng. 1956-1958)
3.Rekanita Basyiroh Soimuri (Solo Jateng. 1958-1960)
4.Rekaniata Mahmudah Nachrowi (Malang Jatim. 1960-1963)
5.Rekanita Farida Mawardi (Surakarta. 1963-1966)
6.Rekanita Mahsanah Asnawi (Rembang. 1966-1970)
7.Rekanita Ratu Ida Mawaddah (Serang Banten. 1970-1976)
8.Rekanita Misnar Ma’ruf (Padang Sumbar. 1976-1981)
9.Rekanita Titin Asiyah (Jakarta. 1981-1988)
10. Rekanita Ulfah Masfufah (Jatim. 1988-1991;1991-1996)
11. Rekanita Safira Mahrusah (Yogyakarta. 1996-2000)
12. Rekanita Ratu Diah Hatifah (Banten. 2000-2003)
13. Rekanita Siti Soraya Devi (Cirebon. 2003-2006)
14. Rekanita Wafa Patria Ummah (Jatim. 2006-2009)
15. Rekanita Margareth Aliyatul Maemunah ( Jatim, 2009-2012)
16. Rekanita Farida Faricha (Jateng, 2012-2015)
Prinsip Perjuangan Pelajar
IPNU dan IPPNU
Landasan Berfikir
Sebagaimana ditetapkan dalam khittah NU 1926, Aswaja
(Ahlussunnah wal jamaah) adalah cara berfikir, bersikap, dan
bertindak bagi warga Nahdliyin. Sikap dasar itu yang menjadi
watak IPNU, dengan watak keislamannya yang mendalam dan
dengan citra keindonesiaannya yang matang.
Cara berfikir menurut IPNU sebagai manifestasi ahlussunah wal
jama’ah adalah cara berfikir teratur dan runtut dengan
memadukan antara dalil naqli (yang berdasar al-Qur’an dan
Hadits) dengan dalil aqli (yang berbasis pada akal budi) dan dalil
waqi’i (yang berbasis pengalaman).
Landasan Bersikap
Landasan bersikap kader IPNU-IPPNU dalam menjalankan kegiatan pribadi
dan berorganisasi harus tetap memegang teguh nilai-nilai yang diusung dari
norma dasar keagamaan Islam ala ahlussunnah wal jama’ah dan norma yang
bersumber dari masyarakat. Landasan nilai ini diharapkan dapat membentuk
watak diri seorang kader IPNU-IPPNU. Nilai-nilai sikap yang harus
dikembangkan tersebut adalah:
1. Diniyyah/agama
2. Keilmuan, Prestasi dan Kepeloporan
3. Sosial Kemasyarakatan
4. Keikhlasan dan Loyalitas
Adapun cara bersikap kader IPNU-IPPNU adalah dengan memandang dunia
sebagai kenyataan yang beragam. Karena itu keberagaman diterima sebagai
kenyataan. Namun juga bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan
kemajemukan tersebut agar harmonis (selaras), saling mengenal (lita’arofu)
dan memperkaya secara budaya.
Landasan Berorganisasi
1. Ukhuwah (Persaudaraan/solidaritas)
Adapun gerakan ukhuwah IPNU meliputi:
• a) Ukhuwwah Nahdliyyah
Ukhuwah Nahdliyah atau persaudaran antar warga NU harus menjadi prinsip
utama sebelum melangkah ke ukhuwah yang lain.
Ukhuwah nahdliyah berperan sebagai landasan ukhuwah yang lain. Karena
ukhuwah bukanlah tanggapan yang bersifat serta merta, melainkan sebuah
keyakinan, penghayatan, dan pandangan yang utuh serta matang yang secara terus
menerus perlu dikuatkan.
• b) Ukhuwwah Islamiyyah
Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan antar sesama muslim mempunyai ruang
lingkup lebih luas yang melintasi aliran dan madzhab dalam Islam. Dengan
ukhuwah Islamiyah yang adil itu umat Islam Indonesia dan seluruh dunia bisa
saling mengembangkan, menghormati, melindungi serta membela dari gangguan
kelompok lain yang membahayakan keberadaan iman, budaya dan masyarakat
Islam secara keseluruhan.
d) Ukhuwwah Basyariyyah
Ukhuwah basyariyah adalah persaudaraan antar sesama manusia. Walaupun NU
memegang teguh prinsip ukhuwah nahdliyah, islamiyah dan wathaniyah, namun
NU tidak berpandangan dan berukhuwah sempit. Bagi IPNU-IPPNU, penciptaan
tata dunia yang adil tanpa penindasan dan peghisapan merupakan keniscayaan.
Ukhuwah basyariyah memandang manusia sebagai manusia, tidak tersekat oleh
tembok agama, warna kulit atau pandangan hidup, semuanya ada dalam satu
persaudaraan dunia. Persaudaran ini tidak bersifat pasif (diam di tempat), tetapi
selalu giat membuat inisiatif (berikhtiar) dan menciptakan terobosan baru dengan
berusaha menciptakan tata dunia baru yang lebih adil,beradab dan terbebas dari
penjajahan dalam bentuk apapun.

2. Amanah (dapat dipercaya)


Dalam kehidupan yang serba bersifat duniawi (kebendaan), sikap amanah
mendapat tantangan besar yang harus terus dipertahankan. Sikap amanah (saling
percaya) ditumbuhkan dengan membangun kejujuran, baik pada diri sendiri
maupun pihak lain. Sikap tidak jujur akan menodai prinsip amanah, karena itu
pelakunya harus dikenai sangsi organisasi secara tegas. Amanah sebagai ruh
gerakan harus terus dipertahankan, dibiasakan dan diwariskan secara turun
temurun dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
3. Ibadah (Pengabdian)
Lemahnya organisasi dan ciutnya gerakan IPNU-IPPNU selama ini terjadi karena pudarnya
jiwa pengabdian para pengurusnya. Pengalaman tersebut sudah semestinya dijadikan
pijakan untuk membarui gerakan organisasi dengan memperkokoh jiwa pengabdian para
pengurus dan kadernya. Semangat pengabdian itulah yang pada gilirannya akan membuat
gerakan dan kerja-kerja peradaban IPNU-IPPNU akan semakin dinamis dan nyata.
4. Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa asketik (bersikap
zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap materialistik (hubbu al-dunya) akan
menggerogoti sikap amanah dan akan merapuhkan semangat pengabdian, karena dipenuhi
pamrih duniawi. Maka, sikap zuhud adalah suatu keharusan bagi aktivis IPNU-IPPNU.
Dengan sikap asketik itu keutuhan dan kemurnian perjuangan IPNU-IPPNU akan terjaga,
sehingga kekuatan moral yang dimiliki bisa digunakan untuk menata bangsa ini.
5. Non-Kolaborasi
Landasan berorganisasi non-kolaborasi harus ditegaskan kembali, mengingat dewasa ini
banyak lembaga yang didukung oleh pemodal asing yang menawarkan berbagai jasa dan
dana yang tujuannya bukan untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan
ketergantungan dan pengaburan terhadap khittah serta prinsip-prinsip gerakan NU secara
umum, melalui campur tangan dan pemaksaan ide dan agenda mereka.
Karena itu untuk menjaga kemandirian, maka IPNU-IPPNU harus menolak untuk
berkolaborasi (bekerja sama) dengan kekuatan pemodal asing baik secara akademik, politik,
maupun ekonomi. Selanjutnya kader-kader IPNU-IPPNU berkewajiban membangun
paradigma (kerangka) keilmuan sendiri, system politik dan sistem ekonomi sendiri yang
berakar pada budaya sejarah bangsa nusantara sendiri.
6. Komitmen Pada Korp
Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi, maka perlu
adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp (himpunan) organisasi. Karena itu
seluruh anggota korp harus secara bulat menerima keyakinan utama yang menjadi
pandangan hidup dan seluruh prinsip organisasi. Demikian juga pimpinan, tidak
hanya cukup menerima ideology dan prinsip pergerakan semata, tetapi harus
menjadi pelopor, teladan dan penggerak prinsip-prinsip tersebut.
7. Kritik-Otokritik
Untuk menjaga keberlangsungan organisasi serta memperlancar jalannya program,
maka perlu adanya cara kerja organisasi. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
kemandekan atau bahkan penyimpangan, maka dibutuhkan kontrol terhadap kinerja
dalam bentuk kritik-otokritik (saling koreksi dan introspeksi diri). Kritik-otokritik
ini bukan dilandasi semangat permusuhan tetapi dilandasi semangat persaudaraan
dan rasa kasih sayang demi perbaikan dan kemajuan IPNU-IPPNU.
Hubungan IPNU dan IPPNU dengan NU
beserta banom-banomnya dan maupun ormas
lain
a. Intern (dalam lingkungan NU)
Bidang garap IPNU-IPPNU menitik beratkan pada kelompok masyarakat NU
pada tingkat pelajar dan santri. Pada jenjang pendidikan formal/pelajar di
mulai dari tingkat MTs/SMP, MA/SMA/SMK, maupun di PTS/PTN.
Sedangkan pada jenjang pendidikan nonformal/santri dimulai Madin Wustho,
Ulya dan Ma’had ‘Aly (pendidikan tinggi pesantren yang disetarakan).
Adapun posisi IPNU-IPPNU di ranting/tingkat desa, kriteria keanggotaan
didasarkan kembali pada PD/PRT secara umum yakni diukur dari sisi usia
pelajar pada kisaran usia 12 sampai 29 tahun walaupun anggota tersebut tidak
sedang duduk di bangku pendidikan. Sesuai dengan sifat organisasi, bahwa
IPNU-IPPNU memiliki target group (kader) yakni pelajar, santri, mahasiswa
jadi harus memprioritaskan pada pemberdayaan kader-kader khususnya
dilingkungan NU.
b. Ekstern (di luar lingkungan NU)
Dalam dunia pendidikan, IPNU-IPPNU adalah organisasi pelajar
sejajar dengan OSIS. Posisi IPNU dapat menjadi alternatif
organisasi baik intra maupun ekstra (tidak harus menggeser OSIS).
Akan tetapi, lebih tepatnya dalam sebuah lembaga pendidikan baik
madrasah maupun sekolah hanya menggunakan salah satu diantara
IPNU-IPPNU atau OSIS saja untuk mengefektifkan wadah
organisasi bagi pelajar. Pada pondok pesantren, dapat berkerjasama
dengan organisasi santri-santriwati yang ada di pondok pesantren
(pada prinsipnya bersaudara dan bermitra/rekan) dan di perguruan
tinggi, dapat menjadi pilihan dari sekian banyak organisasi
kemahasiswaan dengan latar belakang ideologi dan faham yang
beragam.
Seputar PD PRT. IPNU dan
IPPNU
a. Hakikat
IPNU-IPPNU adalah wadah perjuangan pelajar NU untuk menyosialisasikan
komitmen nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, kekaderan, dan
keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan kemampuan yang
dimiliki sumber daya anggota, yang senantiasa mengamalkan kerja nyata demi
tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Aqidah/Azaz
1. IPNU-IPPNU berazazkan islam menurut faham Ahlusunnah Wal Jama’ah dan
mengikuti salah satu madzhab 4 (safi’i,maliki,hanafi,hambali)
2. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara IPNU-IPPNU berpedoman pada
pancasila dan UUD 1945
c. Sifat
IPNU-IPPNU adalah organisasi yang bersifat kepelajaran, keilmuan,
masyarakatan, dan sosial keagamaan.
d. Fungsi e. Tujuan Organisasi
Fungsi IPNU dan IPPNU adalah 1. Terbentuknya kesempurnaan
sebagai berikut : pelajar Indonesia yg bertaqwa
1. Wadah perjuangan pelajar kepada Allah, berilmu dan
Nahdlatul Ulama dalam pendidikan berakhlakul karimah.
dan kepelajaran. 2. Bertanggung jawab atas tegak
2. Wadah kaderisasi pelajar untuk dan berkembangnya syari’ah Islam
mempersiapkan kader-kader penerus menurut faham Aswaja.
Nahdlatul Ulama dan pemimpin
3. Terbentuknya kader Islam yang
bangsa.
berwawasan kebangsaan.
3. Wadah penguatan pelajar dalam
4. Terbentuknya masyarakat
melaksanakan dan mengembangkan
Islam ahlussunah wal-Jamaah untuk
Indonesia yang adil makmur
melanjutkan semangat, jiwa dan berdasarkan pancasila dan UUD
nilai-nilai nahdliyah.
4. Wadah komunikasi pelajar untuk
memperkokoh ukhuwah nahdliyah,
islamiyah, insaniyah dan
STRUKTUR TINGKAT PERIODESASI
IPNU IPPNU
Pimpinan Pusat Ibukota 3 Tahun 3 Tahun
PW (Pimpinan Provinsi 3 Tahun 3 Tahun
Wilayah)
PC (Pimpinan Kabupaten/Kota 2 Tahun 2 Tahun
Cabang)
PAC (Pimpinan Kecamatan 2 Tahun 2 Tahun
Anak Cabang)
PK (Pimpinan Sekolah/Ponpes 1 Tahun 1 Tahun
Komisariat) /PT
PR (Pimpinan Desa/Kelurahan 2 Tahun 2 Tahun
Ranting)
LAMBANG IPPNU
ARTI LAMBANG
Warna Hijau: Kebesaran, kesuburan serta dinamis
Warna Putih: Kesucian, Kejernihan, serta keberhasilan
Segitiga: Iman, Islam dan Ihsan
Dua buah garis mengapit warna kuning: dua kalimat syahadat
Sembilan bintang: keluarga NU yang diartikan 4 bintang besar paling atas: Nabi
Muhammad SAW, empat bintang disebelah kanan: Empat sahabat nabi (Abu
Bakar, Umar, Usman, dan Ali).
Empat bintang disebelah kiri: 4 madzhab yang diikuti (Hanafi,Maliki, Syafi’I
dan Hambali).
Dua kitab: Al-Qur’an dan Al-Hadits
Dua bulu bersilang: aktif menuntut ilmu umum dan agama
Dua bunga melati: perempuan dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya
memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama
Lima titik diantara tulisan I.P.P.N.U: Rukun Islam
AZAS
IPPNU beraqidah Islam yang berhaluan
Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan mengikuti salah
satu madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali.
Adapun azasnya adalah Pancasila.
KEANGGOTAAN
Anggota IPPNU adalah pelajar, santri dan
remaja putri yang berumur 12-30 Tahun.
JENJANG PENGKADERAN
• Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA)
• Latihan Kader Muda (LAKMUD)
• Latihan Kader Madya (LAKMAD)
• Latihan Kader Utama (LAKMUT)
MARS IPPNU
Sinarlah gelap terbitlah terang
Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
Segala rintangan mundur semua

Tiada laut sedalam iman


Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada Tuhan
Tegak kepala lawan derita

Di malam yang sepi


Di pagi yang terang
Hatiku teguh bagimu ikatan

Di malam yang yang hening


Di hati membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi

Mekar seribu bunga ditaman


Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari, amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai