Anda di halaman 1dari 21

RETENSIO URIN POST

PARTUM (RUPP)

KEPANITERAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN PEREMPUAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD DR. DORIS SYLVANUS

PALANGKA RAYA
DEFINISI

Retensio urin pasca-persalinan (RUPP) didefinisikan sebagai


tidak adanya proses berkemih spontan atau tidak dapat
berkemih spontan yang dimulai 6 jam pasca-persalinan per
vaginam dengan residu urin lebih dari 200 ml.
Secara patofisiologi, retensio urin merupakan akibat dari satu atau
lebih mekanisme, antara lain penurunan kontraktilitas kandung kemih,
kontraksi detrusor yang buruk, kelainan anatomi, gangguan relaksasi
outlet, atau gangguan koordinasi neurologis dari proses berkemih.
PATOFISIOLOGI
PROSES BERKEMIH

PENGISIAN & PENGOSONGAN


PENYIMPANAN

SIMPATIS PARASIMPATIS

RELAKSASI OTOT KONTRAKSI OTOT


URETRA TRIGONAL DETRUSOR
DAN PROKSIMAL

RELAKSASI OTOT
POLOS & SKELET
SPHINCTER
INTERNA

RETENSI URIN
ETIOLOGI RUPP

Kepala janin msk panggul →


penekanan yg cukup berat dan
berlangsung lama pd uretra dan
TRAUMA
INTRAPARTUM
kandung kemih → perlukaan jaringan,
edema mukosa kandung kemih, uretra,
meatus eksterna dan ekstravasasi darah
di dalamnya → hematom yang luas →
pengurangan rangsangan kandung
kemih → retensi urin post partum .
ETIOLOGI RUPP

REFLEKS KEJANG Pasien post partum → ketakutan timbul


(CRAMP) perih dan sakit jika urin mengenai
SFINGTER episiotomi atau laserasi perineum
URETRA

HIPOTONIA Analgesik epidural atau anastesi spinal


SELAMA MASA → memblok sensasi normal dari
KEHAMILAN NIFAS
kandung kemih dan fungsi normal
kandung kemih.
GEJALA KLINIS

• Kesulitan buang air kecil • Sering berkemih dengan


volume yang kecil
• Pancaran kencing lemah,
lambat, dan terputus-putus
• Keterlambatan berkemih
lebih dari 6 jam setelah
• Keinginan untuk mengedan persalinan
atau memberikan tekanan pada
• Kesulitan dalam memulai
suprapubik saat berkemih ,rasa berkemih setelah persalinan
tidak puas setelah berkemih
• Letak fundus uteri tinggi
• Kandung kemih terasa penuh
(distensi abdomen)
PATOFISIOLOGI

Perubahan hormon dan perubahan respons kontraktil


kandung kemih

Trauma persarafan yang terjadi di kandung kemih


• Elastisitas traktus urinarius meningkat selama kehamilan
akibat perubahan hormonal, sehingga menyebabkan
penurunan tonus otot polos

• Dimulai sejak bulan ketiga kehamilan, tonus otot kandung


kemih menurun dan kapasitasnya meningkat secara perlahan.
10
RUPP BERHUBUNGAN DENGAN
BEBERAPA KONDISI PASCA-PERSALINAN
DI BAWAH INI
• Faktor kegelisahan atau kekhawatiran dan • Uretra, dan trigonum kandung
faktor serupa lainnya yang menyebabkan kemih
hambatan oleh sistem saraf pusat
• Refleks spasme sfingter uretra
eksterna dari robekan dan insisi
• Postur yang tidak alami perineum

• Gangguan elastisitas kandung kemih


• Gangguan tidak spesifik pada
mekanisme neuromuskuler
kandung kemih dan uretra.
• Trauma dan pembengkakan vulva, uretra,
dan trigonum kandung kemih
DIAGNOSIS

• Diagnosis klinis RUPP tidak mudah, terutama pada kasus yang


tidak menunjukkan gejala klinis. Diagnosis hanya dapat
ditegakkan dengan menggunakan kateter dan ultrasonografi.
hesitansi
GEJALA GGN. (menunggu untuk
BERKEMIH memulai
kencing),

mengedan saat
berkemih,

pancaran
lemah/intermiten

merasa tidak
kesulitan lampias setelah
mengeluarkan urin berkemih
MANAJEMEN PASIEN
KASUS OBSTETRI „ Kasus Ginekologi „
• ATASI NYERI ORGAN PELVIS „ • Atasi nyeri „

• Pemasangan kateter 24 jam


• EVALUASI DAN UKUR URIN SISA 6 JAM
POSTPARTUM „
pascaoperasi, kemudian diukur
urin sisa 6 jam setelah kateter
dilepas „
• PEMASANGAN KATETER 24 JAM UNTUK
PARTUS LAMA DAN DISTOSIA KALA II
• Pemberian prostaglandin
LAMA „

• PEMBERIAN PROSTAGLANDIN

Jika pasien memiliki gejala dan tanda yang mengarah retensio urin, perlu diukur
volume residu urin, antara lain dengan menggunakan kateter. Pasien didiagnosis
retensio urin pada kasus obstetri jika volume residu urin >200 mL
KATETERISASI
Urin Sisa <500 ml Urin Sisa 500-1000 mL

• Kateter intermiten (tiap 4 jam • Kateterisasi 1x24 jam


selama 24 jam) • Kateterisasi intermitten: tiap 4 jam
• Periksa kembali sisa urin, banyak selama 24 jam, kecuali dapat
minum, berikan antibiotik prifilaksis berkemih spontan
(nitrofurantoin, • Periksa urin sisa
ampisilin, atau • Banyak minum 3L/hari
trimethoprim- •„„ Urinalisis
sulfamethiazole) • Antibiotika sesuai kultur
• Berikan obat • Prostaglandin (misalnya
prostaglandin misoprostol)
(mesosprol). dapat terus diberikan selama kateter
masih terpasang
KATETERISASI
Urin Sisa 1000-2000 ml Urin Sisa >2000 mL

• Kateterisasi 2x24 jam • Kateterisasi 3x24 jam


• Pemasangan kateter intermiten/4 jam • Buka tutup kateter/6 jam selama 24 jam, kecuali
selama 24 jam, kecuali dapat berkemih dapat berkemih spontan
spontan • Periksa urin sisa, bila tetap retensi urin pasang
•„„ Periksa urin sisa kateter menetap selama 1 minggu (pertimbangkan
• Banyak minum 3 liter/hari kateter silikon untuk mengurangi risiko infeksi), bisa
• Urinalisis pulang, buka tutup kateter dilakukan mulai 2 hari
• Antibiotika sesuai kultur sebelum kontrol. Saat kontrol, kateter
• Prostaglandin (misalnya misoprostol) dilepas dan diperiksa lagi urin sisa 6 jam kemudian
dapat terus diberikan selama kateter atau setelah berkemih spontan „„
masih terpasang • Banyak minum 3 liter/hari
• Urinalisis
• Antibiotik sesuai kultur
• Prostaglandin (misalnya misoprostol) dapat terus
diberikan selama kateter masih terpasang
KOMPLIKASI

Sisa urin dapat


menyebabkan
sistitis

Ruptur buli- Uremia dan


buli spontan sepsis
• Penatalaksanaan kini adalah kateterisasi dengan durasi
tergantung volume residu urin inisial serta pencegahan
infeksi saluran kemih dengan antibiotik profilaksis.

• Diperlukan deteksi dini untuk mencegah peregangan


berlebihan yang mengakibatkan kerusakan ireversibel
otot detrusor dan infeksi saluran kemih berulang.
SUMBER :

• ANUGERAH I, WULAN AI, ET AL. TATALAKSANA RETENSIO URIN


PASCA PERSALINAN. CDK-255. 2017:44(8);531-536.
• DJUSAD S. MANAJEMEN RETENSIO URIN PASCA PERSALINAN
PERVAGINAM. EJKL. 2020:8(1);71-77.

Anda mungkin juga menyukai