Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

BERDASARKAN
UU No. 28 Tahun 2002
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
YULIANTO BASTIAN ZAI
18510044

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
2020/2021
BANGUNAN GEDUNG
Bangunan gedung memegang peranan yang sangat penting
sebagai tempat dimana manusia melakukan kegiatannya
sehari-hari.
Sejalan dengan perkembangan zaman, bangunan gedung
tidak hanya dibangun secara horizontal, agar tidak memakai
banyak lahan maka bangunan pun mulai dibangun secara
vertikal, hingga akhirnya bangunan-bangunan bertingkat
tinggi sudah mulai marak.
Maka dari itu, penyelenggaraan tentang bangunan perlu
diatur, dibina dan diawasi oleh pihak yang terlibat yaitu
pihak pemberi tugas, pihak pemborong, arsitek, agrarian dan
pemerintah daerah. Untuk itu, diperlukan suatu aturan
hukum yang dapat mengatur agar bangunan gedung dapat
dibangun secara benar.
HUKUM BANGUNAN GEDUNG
Pada saat ini peraturan hukum tentang bangunan
gedung sudah diatur di Indonesia dalam wujud
Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung,
yang mengatur fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan
gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik dan
pengguna bangunan gedung pada setiap tahap
penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan
tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh
pemerintah dan sanksinya.
TUJUAN HUKUM BANGUNAN GEDUNG

Peraturan tentang penyelenggaraan bangunan


gedung diterbitkan dengan tujuan agar
penyelenggaraan bangunan gedung dapat
mewujudkan bangunan gedung yang
fungsional, selaras dengan lingkungannya,
menjamin keandalan teknis dari sisi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan.
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN
UU No. 28 Tahun 2002

UU No. 28 tahun 2002 mengatur ketentuan


tentang bangunan gedung yang meliputi
fungsi, persyaratan, penyelenggaraan, peran
masyarakat, dan pembinaan.
Menurut UU No. 28 Tahun 2002 Pasal 5 dan 6,
mengemukakan bahwa setiap bangunan gedung
memiliki fungsi bangunan yang berbeda-beda.
UU No. 28 Tahun 2002
Pasal 5
(1)Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya, serta fungsi khusus.
(2)Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal
deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara.
(3)Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng.
(4)Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan
penyimpanan.
UU No. 28 Tahun 2002
Pasal 5

(5)Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan,
kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium, dan pelayanan
umum.
(6)Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis yang diputuskan
oleh menteri.
(7)Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
UU No. 28 Tahun 2002
Pasal 6

(1) Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
(2) Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan
dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan.
UU No. 28 Tahun 2002
Pasal 6

(3) Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan


sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus mendapatkan
persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah
Daerah.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penetapan dan perubahan
fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan Pasal 5 UU No. 28 Tahun 2002
tersebut diatas, Setiap bangunan gedung memiliki
fungsi antara lain fungsi hunian, keagamaan,
usaha, sosial dan budaya, serta fungsi khusus.
Fungsi bangunan gedung ini yang nantinya akan
dicantumkan dalam Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). Dalam hal ini terdapat perubahan fungsi
bangunan gedung dari apa yang tertera dalam
IMB, perubahan tersebut wajib mendapatkan
persetujuan dan penetapan kembali oleh
Pemerintah Daerah. 
PERUBAHAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
Bangunan gedung dari hasil pemeriksaan terhadap perubahan
fungsi dan klasifikasi tidak memenuhi syarat, tidak dapat
diberikan sertifikat laik fungsi, dan harus diperbaiki dan/atau
dilengkapi sampai memenuhi persyaratan kelaikan fungsi.
Sertifikat Laik Fungsi diperlukan guna memberikan jaminan
kelaikan fungsi bangunan gedung kepada pemilik dan/atau
pengguna. Berdasarkan Pasal 237 ayat (1) Perda No. 7/2010,
setiap orang sebelum pemanfaatan bangunan gedung wajib
memiliki SLF. SLF diberikan kepada bangunan gedung yang
telah selesai dibangun, memenuhi persyaratan keandalan
bangunan gedung dan kelaikan fungsi, serta fungsi
penggunaannya sesuai dengan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). Sanksi hukum yang dapat timbul apabila menggunakan
bangunan sebelum memperoleh SLF diatur dalam Pasal 283
ayat (2) Perda No. 7 Tahun 2010.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai