Anda di halaman 1dari 19

LINEA ALBA , HAIRY TONGUE DAN

TORUS PALATINUS

OLEH :
HEPY EZRA VIORENTIKA PUTRI
10617046

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT


PROFESI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI INSTITUT ILMU
KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2020/2021
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki-laki 22 thn. old datang ke Departemen
Kedokteran Gigi dengan keluhan bercak putih yang tinggi pada mukosa
bukal rongga mulut. Pasien menjalani perawatan di tempat lain selama
berbulan-bulan dalam pengobatan umum dan kemudian departemen
kanker dll. Pasien ketakutan dan menderita kanker-fobia. Pada
pemeriksaan terungkap bahwa itu hanyalah linea Albabuccalis normal
tanpa tanda dan gejala serta ulserasi. Semua obat-obatan dan
penyelidikan, seperti biopsi, dll. Diminta untuk dihentikan. Para pasien
diberi nasehat pencegahan. Ada banyak kasus yang dilaporkan di opd,
satu kasus di atas disebutkan untuk menyoroti rendahnya kesadaran di
antara pasien dan Profesional.
LINEA ALBA
Lesi putih kronis yang jinak, umumnya
terlihat didaerah mukosa bukal yang
diakibatkan dari gesekan yang
konstan. Linea alba merupakan
temuan yang umum
dan dikaitkan dengan trauma karena
tekanan, gesekan dan isapan
ETIOLOGI LINEA ALBA

Tekanan atau isapan pada


permukaan bukal gigi .
PREDISPOSISI : CEMAS DAN
PSIKOGENIK

PATOGENESIS

Tekanan otot buccinator
yang cukup kuat
menyebabkantercetaknya
permukaan oklusi RA dan
RB pada mukosa bukal
kiri & kanan
DESKRIPSI LESI

Terletak di bagian mukosa bukal kanan , berbentuk


vertikal atau memanjang , setinggi garis oklusi , lebar 1-2
cm , berjalan dari gigi M2 – C , tidak sakit
DIAGNOSIS BANDING
1. Cheek biting
a. lesi putih yang disebabkan iritasi kronik dari
menghisapbberulang ulang,menggigit atau
mengunyah
b. Pasien biasanya mengeluh pd kasarnya jaringan
mulut mereka seperti jaringan parut dan terkadang
menyebabkan rasa sakit
KIE
K: Menjelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan dan
diagnosa dari hasil pemeriksaan serta kelainan pada pasien

I: Memberikan informasi kepada pasien kondisi lesi ini tidak


berbahaya hanyalah linea bukalis normal

E: edukasi keapada pasien agar tetap menjaga oral hygiene


yang baik dan kontrl secara berkala 2/3 kali setahun
Menjelaskan kepada pasien agar makan tidak satu sisi ,
mengurangi kebiasaan buruk menggigit pipi bagian dalam
agar tidak memperburuk linea alba.
HAIRY TONGUE

Hairy tongue (lidah


berserabut) merupakan
kelainan yang ditemukan ,
disebabkan oleh akumulasi
keratin pada papila filiformis
lidah sering menimbulkan
gambaran seperti rambut
ETIOLOGI

Tidak diketahui . Faktor predisposisi yang


berperan adalah mulut yang buruk , obat kumur
yang teroksidasi antibiotika, merokok ,terapi
radiasi ,stres emosional dan infeksi bakteri.
DIAGNOSIS BANDING
DESKRIPSI LESI

Secara klinis lesi memiliki ciri khas berupa pemanjangan papila


filirmis di dorsum lidah , bersifat asimtomatik , kadang memanjang
hingga beberapa milimeter. Warna lesi bervariasi dari putih hingga
coklat atau hitam. Diagnosis dibuat berdasarka gambaran klinis yang
ditemukan.
PATOGENESIS
Hairy tongue terjadi karena kurangnya stimulus mekanis dan
pembersihan pada lidah. Lapisan permukaan keratin dari
papila lidah akan terus mengalami deskuamasi melalui
gesekan lidah dengan makanan, permukaan kasar langit-langit
mulut, dan gigi anterior atas. Setelah deskuamasi, papila lidah
digantikan oleh sel epitel baru. Kurangnya gerakan lidah
menganggu proses deskuamasi papila filiformis, dimana
papila akan memanjang dan mengakibatkan penampilan
berbulu pada permukaan
dorsal lidah.
KIE
1. Menjelaskan kepada pasien tentang kondisi lidahnya
bukanlah suatu yang berbahaya
2. Mengintrusikan kepada pasien untuk rajin menggosok
bagian punggung lidah dengan punggung sikat gigi atau
bahkan sikat gigi yang halus supaya sisa makanan tidak
melekat pada lidah
3. 3. menjaga kebersihan mulut dengan sikat gigi 2kali
sehari
4. Menjelaskan cara menyikat lidah yang baik dan benar

Perawatan yang dapat dilakukan berupa aplikasi topikal dari


larutan 0,1% tretinoin tiap hari. Obat antijamur seperti
nistatin juga dapat diberikan untuk mengobati
kandidiasis.
TORUS PALATINUS

Torus palatina merupakan eksostosis jinak pada palatum


durum sekitar sutura palatal yang melibatkan prosesus
palatina dan maksila. Torus palatina dapat meluas
anteroposterior yang mampu mencapai daerah papila
insisivus dan batas posterior palatum durum. Torus
palatina dapat digambarkan sebagai “cancellous bone”
yang ditutupi oleh tulang padat serta diselubungi lapisan
tipis mukoperiosteum, yang menerima
sebagian besar suplai darah.
ETIOLOGI PATOGENESIS

Penyebab yang tepat torus belum jelas,walaupun telah ada bukti


bahwa kemungkinan penyebab torus adalah herediter.
Suatu studi torus palatinus pada populasi Venezuela dan Jepang
menunjukkan bahwa kedua faktor, genetik dan lingkungan,
menentukan perkembangan torus
GAMBARAN KLINIS
Torus palatal dapat berupa suatu sessile,
massa tulang nodul sepanjang garis tengah
palatum durum .Pada beberapa populasi insiden
pada wanita dua kali lebih besar dari pada pria.
Torus palatal pada umumnya nampak
sepanjang dekade kedua atau ketiga, walaupun
dapat saja pada usia manapun. Pertumbuhan
massa tulang Lambat dan biasanya
asimptomatik,simetris,dandapat berbentuk
seperti nodular, spindel, lobular, atau flat.
DIAGNOSIS BANDING
Eksositosis dan abses palatal
K: mengimformasikan ke pasien keluhan
yang dialami pasien disebut sebagai lesi non
terapai, tidak berbahaya,variasi normal,
disebut torus palatina.-tidak perlu adanya
pemeriksaan penunjang

I: menginformasikan bahwa kondisi tersebut


KIE belum jelas penyebabnya, bisa karena faktor
genetik dan lingkungan.- kondisi ini muncul
di langitlangit rahang atas.

Edukasi: mengedukasi pasien untuk tetap


menjaga kebersihan dan kesehatan rongga
mulutnya. -tidak perlu cemas dengan
kondisi seperti itu
DAFTAR PUSTAKA
Gonzales J, Malave D, Holtzclaw D. Torus palatinus: a brief
review of the literature and case report of removal. The
Journal of Implant and Advance Clinical Dentistry 2018; 10(1)
; 6-7
Agbaje JO, Arowojolu MO, Kolude B, Lawoyin JO. Torus
palatinus and torus mandibularis in a nigerian
population. African Journal of Oral Health, 2005: 2(1 &
2): 30-36
Mangold AR, Torgerson RR, Rogers RS. Penyakit lidah. Clin
Dermatol 2016; 34: 458-469.
Laskin D, Giglio J, Rippert E. Diagnosis banding lesi lidah.
Quintessence Int 2003; 34: 331-342.
Ambika L, Vaishali Kr, Shivayogi H, Sudha P; Prevalensi
lesimukosa mulut dan variasi pada anak sekolah umum
India.Braz. J lisan Sci., 2011; 10 (4): 288- 293.

Anda mungkin juga menyukai