Anda di halaman 1dari 25

SEMINAR HASIL SKRIPSI

Strategi dan Implikasi Starbucks Farmer


Support Centers (FSC) terhadap Petani
Kopi di Sumatra Utara
Masykur Rahim
(E13115010)
A. Latar Belakang (Skema)
IR Recently
State

Actors
Non-State (IGO, NGO, MNC, TNC, Person)

MNC Starbucks

Corporate Social Responsibility (CSR) Starbucks Farmer Support Centers (FSC)

Menggunakan Standar C.A.F.E Practices


Menyasar Komunitas Petani Kopi

Guatemala China Ethiopia INDONESIA


Mexico
Chiapas, 2016
Costa Rica Guatemala Mbeya, 2011
Yunnan, Addis
Addis Ababa,
Ababa, Sumatera Utara,
City, 2006 2012 2014
2014
2015
Colombia
San Jose, 2004 Rwanda
Realocated in
Hacienda Kigali, 2009
Manizales, (???)
2012
Alsacia in 2016
Next ( Continued on Slide 4)
a. Latar Belakang
Map Starbucks Farmer Support Centers (FSC)
B. Batasan & Rumusan Masalah

• Bagaimana strategi Starbucks


dalam mengoperasikan
Starbucks Farmer Support
Centers (FSC) terhadap
Petani Kopi di Sumatra Utara?

• Bagaimana Implikasi
Program Starbucks Farmer
Support Centers (FSC)
terhadap Petani Kopi di
Sumatra Utara?
D. Kerangka Konseptual

Host Country
MNC

Se
ba
g ai
Pe
ny
eim
ba
ng
ke
pe
Corporate Social nt
in
ga
Responsibility (CSR) n
d. Kerangka Konseptual

4 Karakteristik MNC
(Michael J. Carbaugh)

1 Beroperasi di dua Negara/ Lebih

2 Doing Research and Development



3 Bersifat Lintas Batas Negara

4 Foreign Direct Investment (FDI)


d. Kerangka Konseptual
Motif
MNC (-) Host Country (+)
- Terbukanya lapangan
1. Akses Kontrol Pekerjaan ;
terhadap Sumber Pengurangan jumlah
Bahan Mentah angka pengangguran
2. Tuntutan Mobilitas - Adanya fasilitas baru,
penyaluran produk- proses transfer
teknologi yang semakin
produk ke berbagai efektif, dan pengenalan
belahan dunia. sistem manajamen baru

Antusiasme satu sama lain


d. Kerangka Konseptual
Bargaining Position Host Country terhadap MNC
• Pemberlakuan Pajak bagi MNC
• Pengadaan Program CSR oleh MNC sebagai bentuk
manifestasi dalam memberikan dampak positif di bidang
ekonomi, pendidikan dan lingkungan di negara Host
Country

Adanya
Program

ad ap Starbucks
a t erh FSC terhadap
on esi ks Petani Kopi di
s Ind arbuc Indonesia
on tek NC St (Sumatra)
K M
E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian 2. Jenis Data (Data


(Kualitatif Deskriptif) Sekunder)

3. Teknik Pengumpulan Data


(Studi Kepustakaan dan jika
memungkinkan akan
ditunjang dengan Observasi
lapangan)

4. Teknik Analisis Data 5. Metode Penulisan


(Kualitatif – data
Kuantitatif menjadi (Deduktif)
penunjang dan
pelengkap)
Penelitian Terdahulu
1. Skripsi Dea Anggela tahun 2017 : “Strategi Penanganan Masalah Lingkungan Hidup di Kabupaten Sumbawa
Barat Melalui Environment Sustainability Program oleh PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT)”
Langkah antisipatif MNC untuk membendung kekhawatiran dari Host Country khususnya yang terkait potensi permasalahan
lingkungan yang terjadi diakibatkan operasional PT. NNT dalam melakukan kegiatan produksi tambang.

2. Skripsi Herdiani Dewi Kurniawan Tahun 2017: “Implementasi Program CSR PT. Holcim Indonesia, Tbk. pada
Bidang Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2014-2015”.
Berangkat dari asumsi bahwa kebanyakan pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh MNC beberapa hanya dipandang
sebagai pelengkap dalam memenuhi atau membangun citra baik pada suatu perusahaan dalam hal ini MNC.

1. Skripsi Luqman Pradityo Tahun 2013: “Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui Program Jakarta
Green and Clean dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010”.
komitmen perusahaan untuk mengelola dampak social dan lingkungan secara bertanggung jawab, bekerja dalam kemitraan
dengan para pengambil keputusan dan memberikan sumbangsih pada pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

2. Jurnal Qurratie Zain Tahun 2015: “Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR)”
Mengangkat Studi kasus Aqua Danonen Klaten, membahas keberhasilan MNC melalui program CSR dalam
menangani ketimpangan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan strategi kolaborasi .

1. Jurnal Wesphalia Vol. 16 No. 1 (Januari – Juni 2017) oleh Shylvia Windary: “Analisis Starbucks Corporation
Melalui Pendekatan Global Value Chains (GVC)”
Adanya sebuah mata rantai dari Starbucks Corporation yang menggunakan pendekatan GVC yang focus pada penciptaan
nilai, distribusi dan control dalam jaringan transnasional.

1. Jurnal Meriza Sastri Nenda Tahun 2017: “Dampak Investasi Starbucks Coffee terhadap Penjualan Produksi
Kopi Lokal di Indonesia”
Asumsi bahwa keberadaan Starbucks di negara Host Country dalam hal ini Indonesia, cenderung lebih memberikan banyak
pengaruh negatif terhadap penjualan kopi local di Indonesia dalam beberapa aspek.
Kajian Konsep

1. MNC dan Host


Country

2. Corporate Social
Responsibility (CSR)
1. MNC dan Host Country

MNC ???
perluasan investasi, konsentrasi kekuasaan
perusahaan, dan pertumbuhan pasar dunia
Next

MNC Host Country

Kondisi Dunia Ketiga (Host Country)


yang belum mapan membuat negara
sulit mengawasi aktivitas MNC yang
rentan terhadap aktivitas perusakan
lingkungan dan eksploitasi

2. Corporate Social
Responsibility
(CSR)
Peran CSR terhadap Negara Host
Country

1.Peran CSR dalam


Pembangunan Wilayah

a. Pembangunan
Nasional 2.Pembangunan
(Pembukaan Wilayah
UUD 1945)

2. CSR dan Kesejahteraan


Masyarakat

Bagan “peran CSR dalam


Pembangunan Wilayah”
Gambaran Umum
Sumatra Utara Starbucks FSC

Why are these


important?

• Merupakan Proyek Besar berkelanjutan dari


Nilai Strategis: perusahaan raksasa yang telah menjajaki 9
Merupakan kawasan yang memiliki Potensi negara termasuk di Indonesia.
Agronomi yang diperhitungkan dalam
menunjang berbagai komoditas unggulan
• Memiliki program sumber etis global
termasuk biji kopi. (C.A.F.E. Practices) yang telah mencapai
Beberapa wilayah Memiliki Sertifikasi Indikasi tingkat 99,99 persen sebagai acuan sumber
Geografis atas hasil produk dari komoditas biji etis secara global (tersisa 0,1 persen)
• Memiliki tujuan untuk menjadikan pelatihan
kopi yang memiliki citarasa Khas, khususnya
pada jenis kopi Arabika ; Sumatra Utara Praktek penanaman Kopi oleh Starbucks
adalah daerah dengan ketinggian tanah yang FSC di Sumatra Utara sebagai lahan
tinggi di atas permukaan laut; Arabika tumbuh percontohan praktik penanaman kopi yang
pada tanah yang tinggi diikuti oleh hasil biji kopi yang berkualitas
Nilai Ekspor Kopi yang mampu berkontribusi premium (menggunakan Standard C.A.F.E.
pada pendapatan negara melalui devisa. Practices).
Menjadi lokasi yang diperhitungkan oleh • Memilih Indonesia, dalam hal ini Sumatra
Starbucks untuk dijadikan sebagai medium Utara sebagai medium satu-satunya yang
satu-satunya Pelatihan Starbucks FSC. mewakili Indonesoa di antara 9 negara
yang terpilih.
Result
Hasil Penelitian/Pembahasan
1. Strategi Starbucks dalam
Implementasi Program Starbucks
Farmer Support Centers (FSC) terhadap
Petani Kopi di Sumatera Utara

1. Melatih 200.000
a. Umum petani tahun 2020

2. Melibatkan program-program
terintegrasi lainnya (Iethical
Sourcing/C.A.F.E.) nvestasi Pembangunan
Sosial, Program Pinjaman Petani,
Hubungan Kolaboratif)

3. Bekerjasama

b. Di Sumatra Utara (Berastagi)


 Starbucks = Salah satu buyer terbesar kopi Sumatra
 Kopi Gayo masuk dalam salah satu kopi single origin di kedai Reserve Starbucks.
 Sebagai bentuk terima kasih Starbucks atas Besarnyan jasa Sumatra terhadap gerak
bisnis Starbucks
 Merupkan kopi terfavorit dunia
 Pada prakteknya, Starbucks FSC yang telah didirikan sejak tahun 2015 melibatkan 19
kelompok petani dari Kabupaten Karo, dan Kabupaten lain di sekitarnya, yang setiap
kelompok tani rata-rata beranggotakan 20-25 petani. Kelompok tani tidak ditentukan
tidak terbatas hanya di tanah Karo namun juga melebar ke sejumlah kabupaten di
Sumatera Utara bahkan hingga ke Aceh dan Kerinci. Pada tahun pertama, Starbucks
melakukan program pembibitan 10.000 bibit unggul yang mana bibit itu telah diberikan
kepada para kelompok petani untuk ditanam di perkebunan mereka masing-masing.
Pada tahun kedua, bibit yang diberikan bertambah menjadi 20.000 bibit. Dan pada
tahun ketiga (pada tahun 2018), bibit yang diberikan Starbucks naik drastic sebesar
300.000 bibit. Menurut Surip Mawardi, Kepala Agronomis Starbucks Farmer Support
Centers di Indonesia, jumlah itu setara dengan 150.000 hektare lahan kopi baru
apabila ditanam dengan pola konvensional (Bachdar, Kopi Rajut Hubungan Spesial
Starbucks di Tanah Karo, 2018). Hal ini terjadi berkat digelarnya kampanye “Art in A
cup” oleh Starbucks, sebuah program keterlibatan konsumen dalam aktivitas
kontribusi social perusahaan. Kampanye ini menghadirkan empat varian menu
minuman special. Yang mana di setiap 10 gelas yang terjual akan dikonversi menjadi 1
bibit pohon kopi yang kemudian nantinya akan diserahkan ke petani Kopi di Sumatra.
Hingga pada tanggal 8 juni 2018, dengan berkolaborasi bersama Starbucks Farmer
Support Centers di Berastagi, Sumatra Utara, Starbucks menyalurkan 150 ribu bibit
pohon kopi yang senilai dengan Rp 400 juta, yang melalui penyerahan langsung oleh
Direktur Starbucks Indonesia, Anthony Cottan. Bibit-bibit tersebut dihasilkan dari
benih yang berkecambah, yang didatangkan dari Badan Peneliti dan Pengembangan
Pertanian RI, sehingga telah legal dan memperoleh uji nasional. Adapun varietas benih
kopi yang direkomendasikan FSC adalah Komasti, Adung-Sari 1, Gayo, dan Sigarar
Utang (Bachdar, Kopi Rajut Hubungan Spesial Starbucks di Tanah Karo, 2018).
(+) Analisis


fitur utama sebuah MNC adalah adanya
investasi langsung ke luar negeri yang
Harry Magdoff dirancang untuk menentukan dan mengatur
produksi dan/ atau unit distribusi.

√ Charity = Positive Image

√ CSR Sebagai Tripple


Bottom Line/3P
(Profit, People, &
Planet)
‘People’ sebagai titik
sentrum
2. Implikasi Starbucks Farmer
Support Centers (FSC) terhadap
Petani Kopi di Sumatera Utara.
Represented
in

Berastagi

• Informasi mengenai program jarang diketahui Masyarakat setempat


• Kopi Berastagi sejak dulu (jauh sebelum tahun FSC masuk) sudah memiliki citarasa
yang unggul (enak) tanpa sentuhan program Starbucks FSC
• ‘Kopi Berastagi’ sudah banyak terjual di pasar Internasional.
• Tidak melibatkan kelompok tani secara menyeluruh/merata di Berastagi
• Dinilai tidak ilegal ; tidak tercatat di Dinas Pertanian/perkebunan
• Tahun beroperasi yang sudah lama dan efek yang belum terasa oleh Penduduk
Berastagi khususnya pada kalangan petani kopi yang menunjukkan kejanggalan
dalam konteks tolak ukur efektivitas suatu program.
• Terdapat oknum-terkait dalam program FSC yang menunjukkan sikap tertutup ;
Bertentangan dengan konsep Starbucks FSC itu sendiri yang bersifat “Open Source”.
• Mata pencaharian utama adalah sayuran mencapai 95 persen penghasilan bulanan,
selebihnya (5 persen) adalah kopi ; model masyarakat penduduk Karo yang sejak
dulu sudah didik menjadi jiwa pekerja Keras dalam hal bertani sayur mayur dari pagi
hingga sore = Sejahtera sejak lama hingga saat ini
(-) Analisis
lu Misi Starbucks FSC membuahkan ironi ;
h u masyarakat local yang berada pada cakupan
du program ini berada tidak menerima informasi
ha
1. Te
r atau pengetahuan apa-apa terkait substansi


Skripsi Herdiani Dewi => CSR = pelaksanaan program. selain daripada itu,
i an Konstruksi Citra Baik Perusahaan
program atau dampak dari program ini tidak
elit ≠ mengentas
masalah/meningkatkan merangkul sebagian besar petani kopi local yang
n
Pe
kesejahtaraan ada di Berastagi ; misi dan informasi positif
(hanya) banyak ditampilkan di situs artikel terkait
di Internet.

t
os
H


n Catatan Karl Marx : perusahaan kapitalis cenderung
da
2. N
C
a.
Harry Magdoff => memaksa perusahaannya untuk memperluas jaringan
melalui merger dan akuisisi
M t ry
se p un
o
on C Negara MNC (Home country) memiliki kekuatan nasional
K
=>


dan internasional dengan pola manajemen berbasis
b. dr. Sumantoro dalam
tulisannya terkait MNC teknologi canggih mampu menguasai informasi menjadi
kekuatan ekonomi dan politik bagi negara Host Country

kondisi Negara dunia =>


ketiga sejak pasca colonial
c. hingga saat ini yang
tertinggal jauh

SR


C Tidak diiringi/menafikan tujuan prinsipil lain dari CSR
3. sep
CSR hanya berufungsi
sebagai Citra bauik
yakni untuk menyejahterakan masyarakat
on semata;
K
Kesimpulan
Strategi (+) Implikasi (-)
a. menargetkan secara global untuk melatih petani kopi
sebanyak 200.000 petani (termasuk di Indonesia ImplikasiStarbucks tidak
tepatnya di Sumatera Utara).
b. Bersinergi bersama 4 program terintegrasi lainnya membawa dampak Signifikan
dalam menjalankan fungsi untuk memberi dampak
sosialpositif masyarakat global untuk memperkuat
terhadap Petani kopi di
pembangunan ekonomi dan sosial di tataran
masyarakat lokal secara global
Sumatra Utara
c. Starbucks menggunakan Program Praktif C.A.F.E
Indikator:
sebagai acuan sumber etis global dalam melaksanakan
program FSC dan diawasi serta dieveluasi oleh a.Kontradiksi/independensi pemberitaan di
organisasi verifikasi seperti Konservasi Internasional internet yang tidak sesuai dan tidak sedikit pun
(Conservation International/CI) dan SCS Global sampai kepada penduduk Berastagi khususnya
Services. kalangan Petani Kopi
d. Starbucks FSC sebagai medium untuk membangun
citra positif (indikator : label “open-source dan
b.Kejanggalan lama dilaksanakan program ini
kontribusi Starbucks dalam bentuk sumbangsih bibit (sejak tahun 2015) yang tidak memberikan
pohon kopi senilai Rp 400 jt terhadap petani kopi di dampak-terkait terhadap kalangan petani kopi di
Berastagi, Sumatra Utara. Berastagi mengindikasikan aktivitas pelatihan
e. Pemilihan lokasi sumatra Utara sebagai mediup program ini kurang berjalan efektif.
Starbucks FSC didasarkan pada track-record kopi
c.Adanya indikasi intransparansi program (upaya
Sumatra yang menggaet predikat dengan penjualan
kopi terbesar di dunia dengan cita rasa khas serta manipulatif) karena tidak mengejewantahkan
berdasarkan alasan idiosyncratic dari mantan CEO makna “open-source” yang seharusnya menjadi
Starbucks, Howard Schultz yang mengunggulkan dan kelebihan program ini.
mengklaim kopi Sumatra sebagai kopi favoritnya. d.Penolakan tegas untuk akses memperoleh
f. Pemilihan Sumatra utara juga berdasar kan pada
informasi.
besarnya jasa Sumatra terhadap gerak bisnis Starbucks
di dunia. e.adanya inkonsistensi dari penyampaian informasi
g. Operasi Starbucks FSC salah satunya melalui kegiatan (misinformasi) oleh Starbucks di media internet,
kampanye “Art in A cup” (momentum yang identik setelah mendapat kesaksian oleh salah penduduk
dengan penyerahan langsung 150 ribu bibit pohon kopi asli setempat terkait nama dilaksanakannya
oleh Direktur Starbucks Indoneisa yang senilai dengan
program tersebut
Rp 400 juta)di Berastagi.
Saran

 Baik Pemerintah pusat, pemerintah setempat ,atau pun sinergi antar keduanya agar memberikan
perhatian lebih terhadap dinamika dan transparansi atas serangkaian interaksi yang terjalin antara
Starbucks FSC dan Petani Kopi di Sumatra, mengingat potensi biji kopi Sumatra Utara yang tinggi
dalam menunjang peluang Indonesia untuk memperoleh keuntungan nasional melalui hasil
pengolahan kopi yang baik, devisa dari hasil ekspor kopi yang massive, serta intensifikasi
penjualan kopi lokal yang berdaya jual tinggi dibanding kopi mancanegara.

 Indonesia seharusnya mampu menjadikan program Starbucks FSC sebagai batu loncatan untuk
meningkatkan kekuatan ekonomi nasional melalui jalur sektor komoditas kopi sembari
memperhatikan celah-celah masuknya bentuk tindakan Starbucks FSC yang terindikasi ekploitatif
dan cenderung selalu dikemas melalui bentuk kegiatan yang kontributif.

 Indonesia dengan merujuk pada undang-undang Perseroan Terbatas yang meniscayakan


pemberlakukan pelaksanaan CSR terhadap para pelaku perusahaan dalam hal ini perusahaan asing
Starbucks agar dapat menambah sentrum perhatian terhadap transparasi pelaksanaan Starbucks
FSC salah satunya dengan jalan menarik/menyentuh secara keseluruhan masyarakat dalam suatu
wilayah tersebut khususnya dalam hal ini seluruh kelompok petani kopi di Berastagi, Sumatra
Utara.
dengan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap hal –hal demikian,
dikaitkan dengan kehadiran suatu pelatihan praktik penanaman kopi
berkelanjutan oleh Starbucks FSC, maka tidak menutup kemungkinan komoditas
kopi di Indonesia yang direpresentasikan oleh Sumatra Utara akan mampu
menyaingi angka hasil pemanfaatan dan arus ekspor komoditas vital lainnya
seperti minerba, karet dan kakao, serta kemudian mampu menjadi sumber
kekuatan ekonomi baru bagi Indonesia.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai