Actors
Non-State (IGO, NGO, MNC, TNC, Person)
MNC Starbucks
• Bagaimana Implikasi
Program Starbucks Farmer
Support Centers (FSC)
terhadap Petani Kopi di
Sumatra Utara?
D. Kerangka Konseptual
Host Country
MNC
Se
ba
g ai
Pe
ny
eim
ba
ng
ke
pe
Corporate Social nt
in
ga
Responsibility (CSR) n
d. Kerangka Konseptual
4 Karakteristik MNC
(Michael J. Carbaugh)
Adanya
Program
ad ap Starbucks
a t erh FSC terhadap
on esi ks Petani Kopi di
s Ind arbuc Indonesia
on tek NC St (Sumatra)
K M
E. Metode Penelitian
2. Skripsi Herdiani Dewi Kurniawan Tahun 2017: “Implementasi Program CSR PT. Holcim Indonesia, Tbk. pada
Bidang Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2014-2015”.
Berangkat dari asumsi bahwa kebanyakan pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh MNC beberapa hanya dipandang
sebagai pelengkap dalam memenuhi atau membangun citra baik pada suatu perusahaan dalam hal ini MNC.
1. Skripsi Luqman Pradityo Tahun 2013: “Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui Program Jakarta
Green and Clean dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010”.
komitmen perusahaan untuk mengelola dampak social dan lingkungan secara bertanggung jawab, bekerja dalam kemitraan
dengan para pengambil keputusan dan memberikan sumbangsih pada pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
2. Jurnal Qurratie Zain Tahun 2015: “Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR)”
Mengangkat Studi kasus Aqua Danonen Klaten, membahas keberhasilan MNC melalui program CSR dalam
menangani ketimpangan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan strategi kolaborasi .
1. Jurnal Wesphalia Vol. 16 No. 1 (Januari – Juni 2017) oleh Shylvia Windary: “Analisis Starbucks Corporation
Melalui Pendekatan Global Value Chains (GVC)”
Adanya sebuah mata rantai dari Starbucks Corporation yang menggunakan pendekatan GVC yang focus pada penciptaan
nilai, distribusi dan control dalam jaringan transnasional.
1. Jurnal Meriza Sastri Nenda Tahun 2017: “Dampak Investasi Starbucks Coffee terhadap Penjualan Produksi
Kopi Lokal di Indonesia”
Asumsi bahwa keberadaan Starbucks di negara Host Country dalam hal ini Indonesia, cenderung lebih memberikan banyak
pengaruh negatif terhadap penjualan kopi local di Indonesia dalam beberapa aspek.
Kajian Konsep
2. Corporate Social
Responsibility (CSR)
1. MNC dan Host Country
MNC ???
perluasan investasi, konsentrasi kekuasaan
perusahaan, dan pertumbuhan pasar dunia
Next
2. Corporate Social
Responsibility
(CSR)
Peran CSR terhadap Negara Host
Country
a. Pembangunan
Nasional 2.Pembangunan
(Pembukaan Wilayah
UUD 1945)
1. Melatih 200.000
a. Umum petani tahun 2020
2. Melibatkan program-program
terintegrasi lainnya (Iethical
Sourcing/C.A.F.E.) nvestasi Pembangunan
Sosial, Program Pinjaman Petani,
Hubungan Kolaboratif)
3. Bekerjasama
√
fitur utama sebuah MNC adalah adanya
investasi langsung ke luar negeri yang
Harry Magdoff dirancang untuk menentukan dan mengatur
produksi dan/ atau unit distribusi.
Berastagi
√
Skripsi Herdiani Dewi => CSR = pelaksanaan program. selain daripada itu,
i an Konstruksi Citra Baik Perusahaan
program atau dampak dari program ini tidak
elit ≠ mengentas
masalah/meningkatkan merangkul sebagian besar petani kopi local yang
n
Pe
kesejahtaraan ada di Berastagi ; misi dan informasi positif
(hanya) banyak ditampilkan di situs artikel terkait
di Internet.
t
os
H
√
n Catatan Karl Marx : perusahaan kapitalis cenderung
da
2. N
C
a.
Harry Magdoff => memaksa perusahaannya untuk memperluas jaringan
melalui merger dan akuisisi
M t ry
se p un
o
on C Negara MNC (Home country) memiliki kekuatan nasional
K
=>
√
dan internasional dengan pola manajemen berbasis
b. dr. Sumantoro dalam
tulisannya terkait MNC teknologi canggih mampu menguasai informasi menjadi
kekuatan ekonomi dan politik bagi negara Host Country
√
ketiga sejak pasca colonial
c. hingga saat ini yang
tertinggal jauh
SR
√
C Tidak diiringi/menafikan tujuan prinsipil lain dari CSR
3. sep
CSR hanya berufungsi
sebagai Citra bauik
yakni untuk menyejahterakan masyarakat
on semata;
K
Kesimpulan
Strategi (+) Implikasi (-)
a. menargetkan secara global untuk melatih petani kopi
sebanyak 200.000 petani (termasuk di Indonesia ImplikasiStarbucks tidak
tepatnya di Sumatera Utara).
b. Bersinergi bersama 4 program terintegrasi lainnya membawa dampak Signifikan
dalam menjalankan fungsi untuk memberi dampak
sosialpositif masyarakat global untuk memperkuat
terhadap Petani kopi di
pembangunan ekonomi dan sosial di tataran
masyarakat lokal secara global
Sumatra Utara
c. Starbucks menggunakan Program Praktif C.A.F.E
Indikator:
sebagai acuan sumber etis global dalam melaksanakan
program FSC dan diawasi serta dieveluasi oleh a.Kontradiksi/independensi pemberitaan di
organisasi verifikasi seperti Konservasi Internasional internet yang tidak sesuai dan tidak sedikit pun
(Conservation International/CI) dan SCS Global sampai kepada penduduk Berastagi khususnya
Services. kalangan Petani Kopi
d. Starbucks FSC sebagai medium untuk membangun
citra positif (indikator : label “open-source dan
b.Kejanggalan lama dilaksanakan program ini
kontribusi Starbucks dalam bentuk sumbangsih bibit (sejak tahun 2015) yang tidak memberikan
pohon kopi senilai Rp 400 jt terhadap petani kopi di dampak-terkait terhadap kalangan petani kopi di
Berastagi, Sumatra Utara. Berastagi mengindikasikan aktivitas pelatihan
e. Pemilihan lokasi sumatra Utara sebagai mediup program ini kurang berjalan efektif.
Starbucks FSC didasarkan pada track-record kopi
c.Adanya indikasi intransparansi program (upaya
Sumatra yang menggaet predikat dengan penjualan
kopi terbesar di dunia dengan cita rasa khas serta manipulatif) karena tidak mengejewantahkan
berdasarkan alasan idiosyncratic dari mantan CEO makna “open-source” yang seharusnya menjadi
Starbucks, Howard Schultz yang mengunggulkan dan kelebihan program ini.
mengklaim kopi Sumatra sebagai kopi favoritnya. d.Penolakan tegas untuk akses memperoleh
f. Pemilihan Sumatra utara juga berdasar kan pada
informasi.
besarnya jasa Sumatra terhadap gerak bisnis Starbucks
di dunia. e.adanya inkonsistensi dari penyampaian informasi
g. Operasi Starbucks FSC salah satunya melalui kegiatan (misinformasi) oleh Starbucks di media internet,
kampanye “Art in A cup” (momentum yang identik setelah mendapat kesaksian oleh salah penduduk
dengan penyerahan langsung 150 ribu bibit pohon kopi asli setempat terkait nama dilaksanakannya
oleh Direktur Starbucks Indoneisa yang senilai dengan
program tersebut
Rp 400 juta)di Berastagi.
Saran
Baik Pemerintah pusat, pemerintah setempat ,atau pun sinergi antar keduanya agar memberikan
perhatian lebih terhadap dinamika dan transparansi atas serangkaian interaksi yang terjalin antara
Starbucks FSC dan Petani Kopi di Sumatra, mengingat potensi biji kopi Sumatra Utara yang tinggi
dalam menunjang peluang Indonesia untuk memperoleh keuntungan nasional melalui hasil
pengolahan kopi yang baik, devisa dari hasil ekspor kopi yang massive, serta intensifikasi
penjualan kopi lokal yang berdaya jual tinggi dibanding kopi mancanegara.
Indonesia seharusnya mampu menjadikan program Starbucks FSC sebagai batu loncatan untuk
meningkatkan kekuatan ekonomi nasional melalui jalur sektor komoditas kopi sembari
memperhatikan celah-celah masuknya bentuk tindakan Starbucks FSC yang terindikasi ekploitatif
dan cenderung selalu dikemas melalui bentuk kegiatan yang kontributif.