MALINDA GHANIYYA
MEDY RONALDY
UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, namun juga memperjelas
dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan
(food soveregnity) dengan kemandirian pangan (food resilience) serta keamanan pangan
(food safety).
KEDAULATAN
PANGAN Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
(FOOD kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan
SOVEREGNITY) hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya lokal”.
SAFETY) bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk
dikonsumsi”.
KEMANDIRIAN PANGAN (food
resilience)
• “Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara
dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang
beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang
cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia,
sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat”. (Soekartawi 2008; Kivirist 2009)
Setelah lebih dari 60 tahun merdeka, Indonesia belum berhasil mencukupi kebutuhan pangan dari produksi
sendiri. Swasembada beras hanya dapat dicapai pada tahun 1984 dan 2008. Di luar tahuntahun tersebut,
pemenuhan kebutuhan pangan sebagian masih bergantung pada impor.
Sebagian besar kebutuhan bahan pangan utama (beras, jagung, dan kedelai) di Indonesia dihasilkan oleh
petani dengan usaha skala kecil (<0,5 Ha), yang disebut petani gurem.
Indonesia merupakan negara agraris dengan penguasaan lahan tersempit di dunia, dengan land-man ratio 362
m2 /kapita pada tahun 2003 dan 354 m2 / kapita pada tahun 2008 (Adnyana 2005; SPI 2010). Jumlah petani
gurem yang makin banyak mencerminkan makin banyaknya petani yang terperangkap dalam kemiskinan
Komponen dalam Mewujudkan
Kemandirian Pangan
Ketersediaan yang
cukup
Stabilitas Dengan lima komponen tersebut, kemandirian
pangan menciptakan daya tahan yang tinggi
terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi
Mutu/keamanan dunia (Darajati 2008; Soekartawi 2008)
Keterjangkauan
pangan
Tidak bergantung
pihak luar
• Berdasarkan hasil survei, pola panen padi di Indonesia pada periode Januari sampai dengan Desember
2019 relatif sama dengan pola panen tahun 2018. Puncak panen padi terjadi pada bulan Maret, sementara
luas panen terendah terjadi pada bulan Desember. Total luas panen padi pada 2019 seluas 10,68 juta
hektar dengan luas panen tertinggi terjadi pada Maret, yaitu sebesar 1,72 juta hektar. Jika dibandingkan
dengan total luas panen padi pada 2018, luas panen padi pada 2019 mengalami penurunan sebesar 700,05
ribu hektar (6,15 persen).
• Total produksi padi di Indonesia pada 2019 sekitar 54,60 juta ton GKG, atau mengalami penurunan
sebanyak 4,60 juta ton (7,76 persen) dibandingkan tahun 2018.
Total konsumsi Nasional (ton)
Total (ton)
40000000
35000000
33470000
31310000
30000000 29178940
28692107 29133513
27337358 27962872
25000000
20000000
15000000
10000000
5000000
0
2011 2012 2014 2015 2017 2018 2019
Buletin konsumsi Kementan 2019
Pemanfaatan Lahan Bekas EX-PTP
• Kegiatan operasional pertambangan yang berjalan relatif besar dimulai pertengahan 1970- an. Sebelum
tahun 1970, kegiatan penambangan juga telah dilakukan, namun masih dalam skala yang relatif kecil.
Sampai dengan tahun 2009, dari total lahan yang telah diberi izin eksploitasi yaitu 2.205.348 ha, lahan
yang telah dibuka untuk areal tambang dan infrastrukur hanya 135.000 ha, dengan luas total yang telah
direklamasi 33.767,58 ha
• Lahan yang dibuka untuk pertambangan tidak terlalu luas, sehingga setelah 30 tahun, areal yang rusak
relatif menjadi sempit yaitu sekitar 0,07% dibandingkan dengan seluruh daratan Indonesia (Soelarso,
2008).
• Namun, perlu diingat penambangan terkonsentrasi pada wilayah tertentu, maka dampaknya terhadap
wilayah yang bersangkutan cukup dominan. Sebagai contoh, aktivitas penambangan timah di Provinsi
Bangka-Belitung, sangat mempengaruhi lingkungan dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Hasil
evaluasi yang dilakukan Puslittanah (1987)
• Reklamasi lahan eks tambang sebenarnya merupakan kewajiban perusahaan penambang, sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Namun pelaksanaanya berjalan sangat lambat
• Kegiatan reklamasi tanah bekas tambang mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Yaitu dari
seluas 6.597 hektar tahun 2014 meningkat menjadi seluas 6.950 hektar tahun 2018. Pada tahun 2019 ini
Reklamasi tanah bekas tambang mencapai lebih dari 7.000 hektar
Tahun
Pertumbuhan
2014 2015 2016 2017
2018 1)
2018 thdp 2017
No. Provinsi
(%)
1 Aceh
2 Sumatera Utara
376.137
717.318
461.060
781.769
429.486
885.576
470.351
988.068
463.485
1.062.048
-1,46
7,49
Luas Panen Padi Menurut
3 Sumatera Barat
4 Riau
503.198
106.037
507.545
107.546
491.876
99.430
538.277
92.684
534.017
94.829
-0,79
10Kepulauan Riau 385 263 186 197 199 1,02 •Sumber : Badan Pusat Statistik
11DKI Jakarta 1.400 1.137 1.002 787 787 -0,03
12Jawa Barat 1.979.799 1.857.612 2.073.203 2.089.291 2.120.947 1,52 Keterangan : 1) Angka Ramalan I (Hasil
13Jawa Tengah
14DI Yogyakarta
1.800.908
158.903
1.875.793
155.838
1.953.593
158.132
2.010.465
158.818
1.954.476
154.045
-2,78
-3,00
Rakor di Solo tanggal 25-27 Juli 2018)
15Jawa Timur 2.072.630 2.152.070 2.278.460 2.285.232 2.256.403 -1,26