Anda di halaman 1dari 12

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI JAWA TENGAH

Luas Panen dan Produksi Padi


di Jawa Tengah 2019
(Hasil Survei Kerangka Sampel Area/KSA)

 Luas panen padi di Jawa Tengah pada tahun 2019 diperkirakan


Pada tahun 2019, luas sebesar 1,68 juta hektar atau mengalami penurunan sebanyak
panen padi di Jawa 143,50 ribu hektar atau 7,88 persen dibandingkan tahun 2018.
Tengah diperkirakan  Produksi padi di Jawa Tengah pada tahun 2019 diperkirakan
sebesar 1,68 juta sebesar 9,66 juta ton GKG atau mengalami penurunan sebanyak
0,84 juta ton atau 8,04 persen dibandingkan tahun 2018.
hektar dengan
 Jika produksi padi pada tahun 2019 dikonversikan menjadi
produksi sebesar beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras di
9,66 juta ton GKG. Jawa Tengah pada 2019 sebesar 5,52 juta ton atau mengalami
penurunan sebanyak 0,48 juta ton atau 8,04 persen
Jika dikonversikan dibandingkan tahun 2018.
menjadi beras,
produksi beras di Jawa
Tengah pada
tahun 2019 mencapai
sekitar 5,52 juta ton.

1
A. Pendahuluan
Ketidakakuratan data produksi padi telah diduga oleh banyak pihak sejak 1997. Studi yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Japan International Cooperation Agency
(JICA) pada tahun 1996/1997 telah mengisyaratkan over estimasi luas panen sekitar
17,07 persen. Persoalan yang sama juga terjadi pada data luas lahan baku sawah yang
dilaporkan cenderung meningkat meskipun fakta di lapangan menunjukkan terjadinya
pengalihan fungsi lahan sawah untuk industri, perumahan atau infrastruktur yang tidak bisa
diimbangi oleh pencetakan sawah baru.
Walaupun sudah diduga sejak lama, upaya untuk memperbaiki metodologi perhitungan
produksi padi baru dilakukan pada tahun 2015. BPS bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG), serta Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) berupaya memperbaiki metodologi perhitungan luas panen dengan
menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). KSA memanfaatkan teknologi citra satelit
yang berasal dari BIG dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian ATR/BPN untuk
mengestimasi luas panen padi.
Penyempurnaan dalam berbagai tahapan perhitungan produksi beras telah dilakukan
secara komprehensif mulai dari perhitungan luas lahan baku sawah hingga perbaikan perhitungan
konversi gabah kering menjadi beras. Secara garis besar, tahapan dalam perhitungan produksi
beras adalah:
1. Menetapkan luas lahan baku sawah nasional dengan Keputusan Menteri/Kepala BPN No.
686/SK-PG.03.03/XII/2019 tanggal 17 Desember 2019. Luas lahan baku sawah nasional
tahun 2019 adalah sebesar 7.463.948 hektar. Dengan menggunakan informasi luas lahan
baku sawah tersebut, perhitungan ulang dilakukan untuk luas panen dan produksi padi
2018. Sebagai perbandingan, luas lahan baku sawah nasional menurut Keputusan Menteri
ATR/Kepala BPN No.399/Kep-23.3/X/2018 tanggal 8 Oktober 2018 adalah sebesar
7.105.145 hektar.
2. Menetapkan luas panen dengan KSA yang dikembangkan bersama BPPT dan telah
mendapat pengakuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
3. Menetapkan produktivitas per hektar. BPS juga melakukan penyempurnaan metodologi
dalam menghitung produktivitas per hektar dengan mengganti metode ubinan berbasis
rumah tangga menjadi metode ubinan berbasis sampel KSA.
4. Menetapkan angka konversi dari gabah kering panen (GKP) ke gabah kering giling (GKG) dan
angka konversi dari GKG ke beras. Penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan angka
konversi yang lebih akurat dengan melakukan survei di dua periode musim yang berbeda
dengan basis provinsi pada tahun 2018 sehingga didapatkan angka konversi untuk masing-
masing provinsi yang memperhitungkan pengaruh musim. Sebelumnya, survei hanya
dilakukan untuk satu musim tanam dan secara nasional.
Keempat tahapan tersebut telah selesai disempurnakan.

2
B. Luas Panen dan Produksi Padi di Jawa Tengah
1. Luas Panen Padi di Jawa Tengah
Berdasarkan hasil Survei KSA, pola panen padi di Jawa Tengah pada periode Januari
sampai dengan Desember tahun 2019 relatif sama dengan pola panen tahun 2018. Puncak
panen padi terjadi pada bulan Maret, sementara luas panen terendah terjadi pada bulan
Desember. Total luas panen padi pada 2019 seluas 1,68 juta hektar dengan luas panen
tertinggi terjadi pada Maret, yaitu sebesar 0,34 juta hektar dan luas panen terendah
terjadi pada Desember, yaitu sebesar 0,03 juta hektar. Jika dibandingkan dengan total luas
panen padi pada 2018, luas panen padi pada 2019 mengalami penurunan sebesar
143,50 ribu hektar (7,88 persen).
Gambar 1
Perkembangan Luas Panen Padi di Jawa Tengah, 2018-2019
(juta hektar)

0,40
0,35
0,30
Juta Hektar

0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2018 0,06 0,25 0,30 0,18 0,16 0,22 0,22 0,14 0,13 0,08 0,06 0,04
2019 0,05 0,13 0,34 0,26 0,11 0,23 0,16 0,18 0,09 0,07 0,04 0,03

2. Produksi Padi di Jawa Tengah


Total produksi padi di Jawa Tengah pada 2019 sekitar 9,66 juta ton GKG, atau
mengalami penurunan sebanyak 0,84 juta ton (8,04 persen) dibandingkan tahun 2018.
Jika dibandingkan antar bulan, penurunan produksi terbesar pada 2019 dibandingkan
tahun 2018 terjadi pada bulan Februari, yaitu sekitar 0,76 juta ton (Gambar 2).
Produksi tertinggi pada 2019 terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 2,02 juta ton
dan produksi terendah terjadi pada bulan Desember, yaitu sebesar 0,16 juta ton. Sama
halnya dengan produksi pada 2019, produksi padi tertinggi pada 2018 terjadi pada bulan
Maret, yaitu sebesar 1,81 juta ton, sementara produksi terendah terjadi pada bulan
Desember, yaitu sebesar 0,22 juta ton. Kenaikan produksi padi tahun 2019 yang relatif besar
terjadi di Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, dan Kota Tegal. Sementara itu, penurunan
produksi padi tahun 2019 yang relatif besar terjadi di Kabupaten Rembang, Wonogiri dan
Tegal (Gambar 4).

3
Gambar 2
Perkembangan Produksi Padi (GKG) di Jawa Tengah, 2018-2019
(juta ton)

2,50

2,00
Juta Ton

1,50

1,00

0,50

0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2018 0,34 1,55 1,81 1,00 0,89 1,17 1,18 0,73 0,77 0,48 0,35 0,22
2019 0,27 0,79 2,02 1,49 0,58 1,23 0,89 0,96 0,53 0,45 0,28 0,16

Tiga kabupaten/kota dengan produksi padi (GKG) tertinggi pada tahun 2019 adalah
Kabupaten Grobogan, Sragen dan Cilacap, sedangkan pada tahun 2018 tiga terbesar adalah
Kabupaten Grobogan, Cilacap dan Demak. Pada tahun 2019 terjadi penurunan produksi pada
tiga Kabupaten Grobogan, Cilacap dan Demak dibandingkan dengan produksi tahun 2018
sedangkan pada Kabupaten Sragen mengalami kenaikan.
Gambar 3
Produksi Padi menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2018 dan 2019 (ton-GKG)

4
Gambar 4
Selisih Produksi Padi 2019 terhadap Produksi Padi 2018 (ton-GKG) di Jawa Tengah

84.425
17.435
13.164
6.349
6.069
3.024
352
254
113
80
32
-1.006
-4.734
-5.246
-5.419
-6.015
-9.357
-10.751
-12.898
-13.986
-21.348
-24.899
-28.693
-31.646
-33.212
-45.433
-46.576
-57.737
-67.093
-68.607
-76.697
-78.265
-93.301
-109.125
-123.188

3. Produksi Beras di Jawa Tengah


Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk,
produksi padi pada tahun 2018 setara dengan 6,01 juta ton beras. Sementara itu, produksi pada
tahun 2019 sebesar 5,52 juta ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 0,48 juta ton (8,04
persen) dibandingkan dengan produksi tahun 2018.
Gambar 5
Produksi Beras di Jawa Tengah, 2018 dan 2019 (juta ton)

1,40
1,20
1,00
Juta Ton

0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2018 0,20 0,89 1,04 0,57 0,51 0,67 0,68 0,42 0,44 0,28 0,20 0,13
2019 0,16 0,45 1,16 0,85 0,33 0,70 0,51 0,55 0,30 0,26 0,16 0,09

5
4. Penjelasan Teknis
1. Luas Lahan Baku Sawah Nasional

Sejak tahun 2017, perhitungan luas lahan baku sawah disempurnakan melalui verifikasi
2 tahap. Verifikasi tahap pertama menggunakan citra satelit resolusi sangat tinggi.
Pemanfaatan citra satelit dalam statistik pangan telah dibahas dalam lokakarya
internasional yang melibatkan FAO, IFPRI, Kementerian Pertanian, BPPT, MAPIN, IRRI,
BPS, dan BIG di Kantor Staf Presiden pada tanggal 27 November 2017. Citra satelit
resolusi sangat tinggi yang diperoleh dari LAPAN kemudian diolah oleh BIG
mengunakan metode Cylindrical Equal Area (CEA) untuk dilakukan pemilahan dan
deliniasi antara lahan baku sawah dan bukan sawah. Metode ini menghasilkan angka
luas sawah yang aktual sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Verifikasi tahap kedua
dilakukan melalui validasi ulang di lapangan oleh Kementerian ATR/BPN. Masukan
informasi dari hasil KSA BPS juga digunakan dalam validasi ulang di lapangan oleh
Kementerian ATR/ BPN.

Sampai Oktober 2018, verifikasi 2 tahap ini telah dilakukan di 16 provinsi sentra
produksi padi, yang mencakup 87 persen dari total luas lahan baku sawah di Indonesia.
Luas lahan baku sawah nasional menurut Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN
No. 399/KEP-23.3/X/2018, tanggal 8 Oktober 2018, tentang Penetapan Luas Lahan
Baku Sawah Nasional Tahun 2018 seluas 7.105.145 Hektar.

Pada 2019, Kementerian ATR/BPN menetapkan luas lahan baku sawah nasional 2019
berdasarkan Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No. 686/SK-PG.03.03/XII/2019,
tanggal 17 Desember 2019, tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional
Tahun 2019 yaitu sebesar 7.463.948 hektar. Dengan menggunakan informasi luas
lahan baku sawah tersebut, perhitungan ulang dilakukan untuk luas panen dan
produksi padi pada 2018.

2. Luas Panen Padi

Menggunakan luas lahan baku sawah tersebut, BPS melakukan penyempurnaan


perhitungan luas panen padi berdasarkan pengamatan yang objektif (objective
measurement) menggunakan metodologi KSA yang dikembangkan bersama BPPT.
Metodologi KSA telah mendapat pengakuan dari LIPI. Sampai saat ini, metodologi KSA
menggunakan 24.196 sampel segmen lahan berbentuk bujur sangkar berukuran
300 meter X 300 meter (9 hektar) dengan lokasi yang tetap. Dalam setiap periode
tertentu, masing-masing sampel segmen diamati secara visual di 9 titik dengan
menggunakan HP berbasis android sehingga dapat diamati kondisi sampel segmen
tersebut (persiapan lahan, fase vegetatif, fase generatif, fase panen, lahan puso, lahan
sawah bukan padi, atau lahan bukan sawah), yang kemudian difoto dan dikirimkan ke
server pusat untuk diolah. Pengamatan yang dilakukan setiap bulan memungkinkan
perkiraan potensi produksi beras untuk 3 bulan ke depan dapat disediakan sehingga

6
dapat digunakan sebagai basis perencanaan tata kelola beras yang lebih baik. Total
titik amatan Survei KSA setiap bulan mencapai 217.764 titik amatan.

3. Produktivitas Per Hektar

BPS juga melakukan penyempurnaan metodologi dalam menghitung produktivitas per


hektar dengan mengganti metode ubinan berbasis rumah tangga (list frame) menjadi
metode ubinan berbasis sampel KSA (area frame). Penggunaan basis KSA dalam
menentukan sampel ubinan bertujuan mengurangi risiko lewat panen (non-
response) sehingga perhitungan menjadi lebih akurat. Penentuan lokasi sampel
ubinan yang tadinya dilakukan secara manual saat ini menggunakan aplikasi berbasis
android. Koordinat plot ubinan digunakan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi
dan analisa spasial ubinan. Pelatihan secara berjenjang juga telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas petugas ubinan. Selain itu, telah dikembangkan pula metode
pengolahan data ubinan berbasis web dan software untuk pengecekan data pencilan
(outlier) sehingga dapat meningkatkan kualitas data yang dihasilkan.

4. Produksi Padi/Beras

Produksi padi diperoleh dari hasil perkalian antara luas panen (bersih) dengan
produktivitas. Luas panen tanaman padi di lahan sawah harus dikoreksi dengan
besaran konversi galengan. Sementara itu, untuk luas panen tanaman padi di lahan
bukan sawah, luas galengan dianggap tidak ada (tidak dikoreksi dengan besaran
konversi galengan). Produksi padi dan beras dihitung pada level kabupaten/kota.

5. Angka Konversi dari Gabah Kering Panen (GKP) ke Gabah Kering Giling (GKG) dan
Angka Konversi dari GKG ke Beras

Penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan angka konversi yang lebih akurat


dengan melakukan Survei Konversi Gabah ke Beras di dua periode musim yang
berbeda pada tahun 2018 dengan basis provinsi sehingga akan didapatkan angka
konversi untuk masing-masing provinsi. Sebelumnya, survei hanya dilakukan pada
satu musim tanam dan secara nasional. Angka konversi GKP ke GKG serta GKG ke
beras hasil survei pada level provinsi digunakan dalam perhitungan produksi padi
(GKG) dan beras. Angka tersebut bervariasi antar provinsi. Selain itu, perhitungan
produksi beras juga memperhitungkan proporsi gabah dan beras yang susut atau
tercecer dan digunakan untuk penggunaan non pangan. Gambar 6 menyajikan alur
konversi gabah hingga menjadi beras untuk pangan penduduk pada level nasional.

7
Gambar 6
Alur Konversi Gabah menjadi Beras

Keterangan:

1. Survei Konversi Gabah ke Beras tahun 2018


2. Konversi yang digunakan dalam perhitungan NBM/Neraca Bahan Makanan (Bahan Ketahanan Pangan-Kementan)
3. Beras untuk pangan penduduk mencakup pangan rumah tangga dan non rumah tangga, seperti hotel, restoran
dan katering

8
Tabel 1
Luas Panen Padi menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2018-2019

Luas Panen (Hektar)


Kabupaten/Kota Absolut Relatif (%)
2018 2019
(Kol. [3] - Kol. [2]) (Kol. [4] x 100 / Kol. [2])
(1) (2) (3) (4) (5)
3301. Cilacap 124 011,04 110 144,65 -13 866,39 -11,18
3302. Banyumas 59 062,39 51 111,97 -7 950,42 -13,46
3303. Purbalingga 30 103,86 26 756,91 -3 346,95 -11,12
3304. Banjarnegara 20 226,71 18 925,18 -1 301,53 -6,43
3305. Kebumen 86 342,34 76 154,59 -10 187,75 -11,80
3306. Purworejo 54 859,30 50 587,63 -4 271,67 -7,79
3307. Wonosobo 15 252,29 13 958,00 -1 294,29 -8,49
3308. Magelang 42 920,24 38 973,54 -3 946,70 -9,20
3309. Boyolali 47 619,97 46 751,17 - 868,80 -1,82
3310. Klaten 69 949,58 62 115,58 -7 834,00 -11,20
3311. Sukoharjo 52 318,04 49 061,56 -3 256,48 -6,22
3312. Wonogiri 84 593,03 63 109,27 -21 483,76 -25,40
3313. Karanganyar 45 434,05 43 366,84 -2 067,21 -4,55
3314. Sragen 111 467,83 111 569,05 101,22 0,09
3315. Grobogan 134 601,24 136 209,59 1 608,35 1,19
3316. Blora 103 811,68 100 134,74 -3 676,94 -3,54
3317. Rembang 40 331,73 36 734,46 -3 597,27 -8,92
3318. Pati 96 117,44 99 453,48 3 336,04 3,47
3319. Kudus 32 949,71 31 702,12 -1 247,59 -3,79
3320. Jepara 42 159,11 38 637,98 -3 521,13 -8,35
3321. Demak 114 083,23 106 629,56 -7 453,67 -6,53
3322. Semarang 32 038,66 27 643,28 -4 395,38 -13,72
3323. Temanggung 14 427,80 13 816,17 - 611,63 -4,24
3324. Kendal 36 850,56 34 984,10 -1 866,46 -5,06
3325. Batang 34 392,61 30 890,03 -3 502,58 -10,18
3326. Pekalongan 45 434,21 40 936,69 -4 497,52 -9,90
3327. Pemalang 76 215,00 71 086,43 -5 128,57 -6,73
3328. Tegal 72 984,71 63 038,91 -9 945,80 -13,63
3329. Brebes 93 269,88 76 650,12 -16 619,76 -17,82
3371. Magelang 171,11 163,77 - 7,34 -4,29
3372. Surakarta 37,47 45,27 7,80 20,82
3373. Salatiga 824,32 690,03 - 134,29 -16,29
3374. Semarang 4 962,87 4 207,74 - 755,13 -15,22
3375. Pekalongan 1 650,35 1 619,74 - 30,61 -1,85
3376. Tegal 508,81 619,06 110,25 21,67
Jawa Tengah 1 821 983,17 1 678 479,21 -143 503,96 -7,88

9
Tabel 2
Produksi Padi menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2018-2019

Produksi Padi (Ton-GKG)


Kabupaten/Kota Absolut Relatif (%)
2018 2019
(Kol. [3] - Kol. [2]) (Kol. [4] x 100 / Kol. [2])
(1) (2) (3) (4) (5)
3301. Cilacap 793 265,20 699 964,69 -93 300,51 -11,76
3302. Banyumas 323 966,16 266 228,84 -57 737,32 -17,82
3303. Purbalingga 190 899,47 145 466,78 -45 432,69 -23,80
3304. Banjarnegara 117 355,84 111 340,46 -6 015,38 -5,13
3305. Kebumen 495 772,48 427 165,28 -68 607,20 -13,84
3306. Purworejo 291 349,50 270 001,44 -21 348,06 -7,33
3307. Wonosobo 75 977,15 70 558,54 -5 418,61 -7,13
3308. Magelang 238 961,88 210 268,50 -28 693,38 -12,01
3309. Boyolali 266 931,24 269 955,32 3 024,08 1,13
3310. Klaten 405 213,97 358 638,05 -46 575,92 -11,49
3311. Sukoharjo 339 191,04 339 445,37 254,33 0,07
3312. Wonogiri 464 558,72 341 370,25 -123 188,47 -26,52
3313. Karanganyar 281 818,52 267 832,68 -13 985,84 -4,96
3314. Sragen 681 587,71 766 012,30 84 424,59 12,39
3315. Grobogan 797 420,54 772 521,47 -24 899,07 -3,12
3316. Blora 608 309,99 531 612,56 -76 697,43 -12,61
3317. Rembang 228 865,76 161 773,24 -67 092,52 -29,32
3318. Pati 578 935,69 592 099,74 13 164,05 2,27
3319. Kudus 202 497,04 208 566,20 6 069,16 3,00
3320. Jepara 219 295,62 206 397,46 -12 898,16 -5,88
3321. Demak 697 786,82 666 141,30 -31 645,52 -4,54
3322. Semarang 184 027,59 150 815,97 -33 211,62 -18,05
3323. Temanggung 92 626,24 87 380,59 -5 245,65 -5,66
3324. Kendal 199 421,36 205 770,43 6 349,07 3,18
3325. Batang 165 665,71 154 914,72 -10 750,99 -6,49
3326. Pekalongan 215 128,23 205 771,32 -9 356,91 -4,35
3327. Pemalang 389 121,08 406 556,50 17 435,42 4,48
3328. Tegal 413 741,64 304 616,52 -109 125,12 -26,38
3329. Brebes 494 578,90 416 313,45 -78 265,45 -15,82
3371. Magelang 889,38 968,93 79,55 8,94
3372. Surakarta 256,10 288,24 32,14 12,55
3373. Salatiga 4 952,36 3 946,79 -1 005,57 -20,30
3374. Semarang 27 120,47 22 386,61 -4 733,86 -17,45
3375. Pekalongan 8 856,04 8 968,93 112,89 1,27
3376. Tegal 3 242,79 3 594,51 351,72 10,85
Jawa Tengah 10 499 588,23 9 655 653,98 -843 934,25 -8,04

10
Tabel 3
Produksi Beras menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2018-2019

Produksi Beras (Ton-Beras)


Kabupaten/Kota Absolut Relatif (%)
2018 2019
(Kol. [3] - Kol. [2]) (Kol. [4] x 100 / Kol. [2])
(1) (2) (3) (4) (5)
3301. Cilacap 453 824,50 400 447,57 -53 376,93 -11,76
3302. Banyumas 185 340,00 152 308,68 -33 031,32 -17,82
3303. Purbalingga 109 212,96 83 221,09 -25 991,87 -23,80
3304. Banjarnegara 67 138,89 63 697,53 -3 441,36 -5,13
3305. Kebumen 283 629,87 244 379,90 -39 249,97 -13,84
3306. Purworejo 166 680,11 154 466,97 -12 213,14 -7,33
3307. Wonosobo 43 466,29 40 366,32 -3 099,97 -7,13
3308. Magelang 136 709,33 120 293,93 -16 415,40 -12,01
3309. Boyolali 152 710,52 154 440,59 1 730,07 1,13
3310. Klaten 231 821,62 205 175,66 -26 645,96 -11,49
3311. Sukoharjo 194 050,11 194 195,61 145,50 0,07
3312. Wonogiri 265 772,57 195 296,85 -70 475,72 -26,52
3313. Karanganyar 161 227,49 153 226,23 -8 001,26 -4,96
3314. Sragen 389 934,17 438 233,21 48 299,04 12,39
3315. Grobogan 456 201,77 441 957,07 -14 244,70 -3,12
3316. Blora 348 012,21 304 133,86 -43 878,35 -12,61
3317. Rembang 130 933,37 92 549,97 -38 383,40 -29,32
3318. Pati 331 207,28 338 738,39 7 531,11 2,27
3319. Kudus 115 847,91 119 320,08 3 472,17 3,00
3320. Jepara 125 458,33 118 079,36 -7 378,97 -5,88
3321. Demak 399 201,63 381 097,32 -18 104,31 -4,54
3322. Semarang 105 281,56 86 281,35 -19 000,21 -18,05
3323. Temanggung 52 991,17 49 990,15 -3 001,02 -5,66
3324. Kendal 114 088,33 117 720,61 3 632,28 3,18
3325. Batang 94 776,82 88 626,22 -6 150,60 -6,49
3326. Pekalongan 123 074,18 117 721,12 -5 353,06 -4,35
3327. Pemalang 222 614,93 232 589,68 9 974,75 4,48
3328. Tegal 236 700,29 174 270,14 -62 430,15 -26,38
3329. Brebes 282 947,02 238 171,62 -44 775,40 -15,82
3371. Magelang 508,80 554,32 45,52 8,95
3372. Surakarta 146,49 164,90 18,41 12,57
3373. Salatiga 2 833,24 2 257,94 - 575,30 -20,31
3374. Semarang 15 515,53 12 807,30 -2 708,23 -17,45
3375. Pekalongan 5 066,53 5 131,09 64,56 1,27
3376. Tegal 1 855,19 2 056,41 201,22 10,85
Jawa Tengah 6 006 781,01 5 523 969,04 -482 811,97 -8,04

11
BADAN PUSAT STATISTIK Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh
PROVINSI JAWA TENGAH
Jl. Pahlawan No. 6 - Semarang 50241 Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan
Website : http://jateng.bps.go.id Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,
mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau
menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini
untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan
Bidang Statistik Produksi Pusat Statistik.

12

Anda mungkin juga menyukai