BERITA
RESMI
STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN MOJOKERTO
20,00
10,00
0,00
Septemb Novembe Desembe
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
er r r
2019 1,76 1,59 11,18 11,32 4,74 3,64 6,10 6,57 4,07 1,68 1,27 1,06
2020 1,99 2,09 2,16 17,40 5,32 3,02 6,89 7,06 3,86 2,22 1,78 0,70
2021 1,58 0,86 11,63 10,74
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
Septemb Novembe Desembe
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
er r r
2019 11,54 10,39 73,12 74,14 27,26 20,85 35,02 37,61 25,10 10,35 7,83 6,54
2020 11,97 12,55 12,97 103,99 28,64 16,27 36,97 37,78 23,25 13,38 10,69 4,22
2021 9,49 5,17 69,34 64,37 148,37
Tabel 1
Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Mojokerto menurut Subround,
2019-2020
Perkembangan
Uraian/Periode Waktu 2019 2020
Absolut %
Jika dilihat menurut kabupaten/kota, kenaikan produksi padi yang relatif besar pada 2020
terjadi di Kabupaten Ngawi, Ponorogo, Magetan, dan Lamongan. Tiga kabupaten/kota
dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2020 adalah Kabupaten Lamongan,
Bojonegoro, dan Ngawi. Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah adalah
Kota Mojokerto, Kota Batu, dan Kota Blitar.
Sementara itu, produksi padi pada Januari 2021 sebesar 9,49 ribu ton GKG, dan
potensi produksi sepanjang Februari hingga April 2021 mencapai 138,8 ribu ton GKG
(Gambar 2). Dengan demikian, total potensi produksi padi pada subround Januari-April
2021 diperkirakan sebesar 148,37 ton GKG, atau mengalami kenaikan sekitar 6,8 ribu
ton (4,86 persen) dibandingkan subround yang sama pada 2020 yang sebesar 141,49
ribu ton GKG.
Tiga kabupaten/kota dengan potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada Januari
hingga April 2021 adalah Kabupaten Bojonegoro, Lamongan dan Jember. Sementara
itu, tiga kabupaten/kota dengan potensi produksi padi terendah pada periode yang sama
adalah Kota Mojokerto,Kota Batu dan Kota Pasuruan.
Gambar 3
Produksi Beras di Kabupaten Mojokerto,
2019 dan 2021* (Ribu Ton-Beras)
60,00
45,00
30,00
15,00
0,00
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2019 6,63 5,97 42,01 42,59 15,66 11,98 20,12 21,60 14,42 5,94 4,50 3,76
2020 6,88 7,21 7,45 59,74 16,45 9,34 21,24 21,70 13,35 7,69 6,14 2,42
2021 5,45 2,97 39,83 36,97
4. Penjelasan Teknis
1. Produksi Padi/Beras
Produksi padi diperoleh dari hasil perkalian antara luas panen (bersih) dengan produktivitas.
Luas panen tanaman padi di lahan sawah harus dikoreksi dengan besaran konversi
galengan. Sementara itu, untuk luas panen tanaman padi di lahan bukan sawah, luas
galengan dianggap tidak ada (tidak dikoreksi dengan besaran konversi galengan). Produksi
padi dan beras dihitung pada level kabupaten/kota.
6. Angka Konversi dari Gabah Kering Panen (GKP) ke Gabah Kering Giling (GKG)
dan Angka Konversi dari GKG ke Beras
Penghitungan konversi gabah menjadi beras memerlukan angka konversi GKP ke GKG
dan angka konversi GKG ke beras. Pada 2018, BPS memperbaharui kedua angka ini
dengan melaksanakan Survei Konversi Gabah ke Beras di dua periode musim yang
berbeda dengan basis provinsi sehingga didapatkan angka konversi untuk masing-
masing provinsi. Sebelumnya, survei hanya dilakukan pada satu musim tanam dan
secara nasional. Angka konversi GKP ke GKG serta GKG ke beras hasil survei pada
level provinsi digunakan dalam perhitungan produksi padi (GKG) dan beras. Angka
tersebut bervariasi antar provinsi. Selain itu, perhitungan produksi beras juga
memperhitungkan proporsi gabah dan beras yang susut atau tercecer dan digunakan
untuk penggunaan non pangan. Gambar 6 menyajikan alur konversi gabah hingga
menjadi beras untuk pangan penduduk pada level nasional.
Keterangan:
1. Survei Konversi Gabah ke Beras tahun 2018
2. Konversi yang digunakan dalam perhitungan NBM/Neraca Bahan Makanan
(Bahan Ketahanan Pangan-Kementan)
3. Beras untuk pangan penduduk mencakup pangan rumah tangga dan non rumah tangga,
seperti hotel, restoran, dan katering