Luas panen jagung pipilan (angka sementara) Januari hingga Desember 2023 diperkirakan
sebesar 2,49 juta hektare, mengalami penurunan sebesar 0,28 juta hektare atau 10,03 persen
dibanding tahun 2022 yang sebesar 2,76 juta hektare (Gambar 1).
Puncak panen jagung pipilan 2023 sama dengan tahun 2022 yaitu terjadi di bulan Februari,
dengan luas panen sebesar 0,25 juta hektar. Namun, puncak panen jagung pada Februari
2023 relatif lebih rendah 48,68 ribu hektare (16,20 persen) dibandingkan Februari 2022.
0,35
0,30
0,25
Juta Hektar
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2020 0,09 0,10 0,30 0,36 0,12 0,16 0,24 0,26 0,24 0,20 0,15 0,11
2021 0,19 0,23 0,24 0,17 0,17 0,18 0,21 0,24 0,19 0,21 0,17 0,15
2022 0,22 0,30 0,27 0,16 0,21 0,25 0,25 0,27 0,24 0,26 0,22 0,13
2023* 0,25 0,25 0,22 0,15 0,22 0,21 0,23 0,21 0,25 0,18 0,17 0,15
Luas panen jagung hasil Survei KSA Jagung Tahun 2020-2023 terdiri dari (3) tiga jenis panen
yaitu: panen hijauan, panen muda, dan panen pipilan. Luas panen jagung pipilan sepanjang
Januari hingga September 2023 mencapai sekitar 1,98 juta hektare. Sementara luas panen
hijauan dan luas panen muda pada Januari hingga September 2023 masing-masing sebesar
0,09 juta hektare dan 0,27 juta hektare (Tabel 1).
2023*)
2020 2021 2022
(Januari-September)
Jenis Panen
Luas Panen Persentase Luas Panen Persentase Luas Panen Persentase Luas Panen Persentase
(Juta Ha) (%) (Juta Ha) (%) (Juta Ha) (%) (Juta Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Panen Hijauan 0,15 5,13 0,12 4,41 0,12 3,72 0,09 3,74
Panen Muda 0,35 12,24 0,36 12,86 0,39 11,78 0,27 11,50
Panen Pipilan 2,34 82,63 2,33 82,73 2,76 84,50 1,98 84,76
Catatan: *) Luas panen 2023 yang dapat dibagi menjadi tiga jenis panen diperoleh berdasarkan amatan KSA Jagung Jan-Sep 2023
Perbedaan angka setelah koma disebabkan oleh pembulatan angka.
Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen (angka sementara) Januari hingga
Desember 2023 diperkirakan sebesar 19,56 juta ton, mengalami penurunan sebesar 2,80 juta
ton atau 12,50 persen dibanding tahun 2022 yang sebesar 22,36 juta ton (Gambar 2).
2,50
2,00
Juta Ton
1,50
1,00
0,50
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2020 0,69 0,72 2,10 2,49 0,78 1,12 1,82 1,90 1,90 1,68 1,35 0,95
2021 1,39 1,72 1,74 1,17 1,19 1,41 1,60 1,81 1,59 1,75 1,52 1,26
2022 1,68 2,34 2,03 1,21 1,60 2,00 2,00 2,16 2,02 2,25 1,91 1,15
2023* 1,89 1,93 1,62 1,11 1,72 1,66 1,84 1,65 2,03 1,46 1,41 1,24
3.056,60
1.778,10
1.689,90
1.492,53
1.358,50
808,91
719,35
653,44
432,60
346,17
291,94
160,99
119,68
102,73
92,32
88,63
92,02
71,98
56,46
37,40
30,70
16,79
18,64
14,16
10,04
9,78
9,68
6,25
1,45
1,39
0,19
0,02
Riau
Kalimantan Utara
Kep. Riau
Gorontalo
Kalimantan Selatan
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
Banten
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
Aceh
Papua Barat
DI Yogyakarta
Papua
Jambi
Lampung
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Kalimantan Barat
Sulawesi Tenggara
Bengkulu
Sumatera Selatan
Bali
Jawa Timur
Maluku
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Gambar 3 Produksi Jagung Pipilan Kering Kadar Air 28 Persen di Indonesia menurut
Provinsi (Ribu Ton), 2023*
Sentra produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen berada di Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,
Gorontalo, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan (Gambar 3).
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2020 0,51 0,53 1,55 1,84 0,58 0,83 1,34 1,41 1,40 1,24 1,00 0,71
2021 1,03 1,27 1,28 0,86 0,88 1,04 1,19 1,34 1,18 1,29 1,13 0,93
2022 1,24 1,73 1,50 0,89 1,18 1,48 1,48 1,59 1,49 1,67 1,41 0,85
2023* 1,39 1,43 1,20 0,82 1,27 1,22 1,36 1,22 1,50 1,08 1,04 0,92
Sentra produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen berada di Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,
Gorontalo, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan (Gambar 5).
4.429,46
2.259,59
1.314,47
1.249,26
1.103,36
1.004,27
597,99
531,78
483,06
319,80
255,90
215,82
119,01
88,47
75,94
68,25
68,03
65,52
53,21
41,74
27,64
22,70
12,42
13,78
10,47
7,42
7,23
7,15
4,62
1,07
1,03
0,14
0,01
Riau
Gorontalo
Kalimantan Selatan
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Utara
Kep. Riau
Banten
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
Aceh
Jambi
Papua Barat
Kalimantan Barat
Sulawesi Tenggara
Bengkulu
Papua
Lampung
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Bali
Jawa Timur
Maluku
Maluku Utara
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Gambar 5 Produksi Jagung Pipilan Kering Kadar Air 14 Persen di Indonesia menurut
Provinsi (Ribu Ton), 2023*
Metode KSA dikembangkan oleh BPPT yang sekarang bergabung menjadi Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN) dan BPS untuk mengestimasi luas panen jagung berdasarkan pengamatan
yang objektif (objective measurement). Pendataan KSA jagung dilaksanakan di seluruh wilayah
Indonesia, kecuali Provinsi DKI Jakarta. Metodologi KSA untuk komoditas jagung menggunakan
21.965 sampel segmen lahan berbentuk bujur sangkar berukuran 100m X 100m (1 hektare)
dengan lokasi yang tetap. Setiap bulan, masing-masing sampel segmen diamati secara visual
di 4 (empat) titik dengan menggunakan HP berbasis android sehingga dapat diamati kondisi
pertanaman jagung di sampel segmen tersebut (persiapan lahan, fase vegetatif, fase reproduktif,
fase panen, fase puso/rusak, lahan pertanian bukan jagung, atau lahan bukan pertanian).
Hasil amatan kemudian difoto dan dikirimkan ke server pusat untuk diolah. Luas panen yang
dihasilkan dari pendataan KSA Jagung meliputi luas panen hijauan, luas panen muda dan luas
panen pipilan. Luas panen tanaman jagung di lahan sawah dikoreksi dengan besaran konversi
galengan. Sementara itu, untuk luas panen tanaman jagung di lahan bukan sawah, luas galengan
dianggap tidak ada (tidak dikoreksi dengan besaran konversi galengan).
Estimasi angka produktivitas jagung diperoleh dari Survei Ubinan. Pengumpulan data
produktivitas melalui Survei Ubinan dilakukan setiap Subround (4 bulanan), sehingga
penghitungan produksi jagung setiap bulannya menggunakan angka produktivitas pada
subround yang bersesuaian. Pengolahan data ubinan untuk mendapatkan angka produktivitas
dilakukan berbasis web dan software untuk pengecekan data pencilan (outlier) sehingga dapat
meningkatkan kualitas data yang dihasilkan.
Produksi jagung tongkol kering panen diperoleh dari hasil perkalian antara luas panen (bersih)
dengan produktivitas. Hasil produksi jagung tongkol kering panen kemudian dikonversi
menjadi produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen dan 14 persen berdasarkan
hasil Survei Konversi Jagung yang dilakukan pada 2020 (SKJG 2020).
Angka luas panen jagung pipilan 2023 terdiri dari angka realisasi luas panen Januari−September
dan potensi luas panen Oktober−Desember. Sebagai catatan, angka luas panen jagung pipilan
dan produksi jagung pipilan kering 2020-2022 merupakan angka tetap. Sementara angka
produksi jagung 2023 merupakan angka sementara karena masih mengandung angka potensi
luas panen (Oktober−Desember) dan menggunakan rata-rata produktivitas Subround III
(September−Desember) 2019−2022.
Luas potensi lahan jagung nasional terdiri atas luas baku lahan sawah nasional dan luas
tegalan/ladang. Sejak tahun 2017, penghitungan luas lahan baku sawah disempurnakan
melalui verifikasi 2 (dua) tahap. Verifikasi tahap pertama menggunakan citra satelit resolusi
sangat tinggi. Pemanfaatan citra satelit dalam statistik pangan telah dibahas dalam lokakarya
internasional yang melibatkan FAO, IFPRI, Kementerian Pertanian, BPPT, MAPIN, IRRI,
BPS, dan BIG di Kantor Staf Presiden pada tanggal 27 November 2017. Citra satelit resolusi
sangat tinggi yang diperoleh dari LAPAN kemudian diolah oleh BIG mengunakan metode
Cylindrical Equal Area (CEA) untuk dilakukan pemilahan dan delineasi antara lahan baku sawah
dan bukan sawah. Metode ini menghasilkan angka luas sawah yang aktual sesuai dengan
kondisi sesungguhnya. Verifikasi tahap kedua dilakukan melalui validasi ulang di lapangan
oleh Kementerian ATR/BPN. Masukan informasi dari hasil KSA BPS juga digunakan dalam
validasi ulang di lapangan oleh Kementerian ATR/BPN. Pada tahun 2019, Kementerian ATR/
BPN menetapkan luas lahan baku sawah nasional 2019 berdasarkan Keputusan Menteri ATR/
Kepala BPN No. 686/SK-PG.03.03/XII/2019, tanggal 17 Desember 2019, tentang Penetapan
Luas Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2019, yaitu sebesar 7.463.948 hektare.
Sementara itu, lahan tegalan/ladang diperoleh dari Laporan Akhir Penyiapan Data Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) 2018-2020 yang dipublikasikan oleh Kementerian
ATR/BPN dan lahan PTKS diperoleh dari Peta Neraca Penatagunaan Tanah (NPGT) Nasional
2019, Kementerian ATR/BPN.
3.6. Angka Konversi dari Jagung Tongkol Kering Panen ke Jagung Pipilan Kering
Penghitungan konversi produksi jagung tongkol kering panen menjadi jagung pipilan kering
menggunakan hasil Survei Konversi Jagung yang dilakukan pada tahun 2020 (SKJG 2020).
Berdasarkan hasil SKJG 2020 didapatkan angka konversi dari jagung tongkol kering panen ke
jagung pipilan kering dengan kadar air maksimal 28 persen (JPK KA 28 persen) sebesar 75,67
persen dan kadar air maksimal 14 persen (JPK KA 14 persen) sebesar 55,94 persen.
Perkembangan
Luas Panen
Provinsi 2020-2021 2021-2022
Perkembangan
Provinsi Produksi JPK KA 28 Persen
2020-2021 2021-2022
Perkembangan
Provinsi Produksi JPK KA 14 Persen
2020-2021 2021-2022
2,49
juta hektare
Catatan:
* Luas panen Oktober - Desember 2023 masih potensi berdasarkan amatan September 2023
Perkembangan Produksi Jagung Pipilan Kering Kadar Air 14% (Juta Ton), 2020-2023**
14,46
juta ton JPK 14%
(Jagung Pipilan Kering)
Catatan:
** Produksi Jagung September - Desember 2023 adalah angka sementara
Gambar 6 Infografis Perkembangan Luas Panen dan Produksi Jagung di Indonesia, 2023