KABUPATEN JEMBER
Berdasarkan hasil Survei KSA, realisasi panen padi sepanjang Januari hingga Desember 2021
sebesar 124.027,77 hektar, atau mengalami peningkatan sebanyak 2.421,9 hektar atau 1,99
persen dibandingkan 2020 yang sebesar 121.605,87 hektar. Sama seperti yang terjadi pada
tahun sebelumnya, pada tahun 2021 puncak panen terjadi pada bulan April, yakni mencapai
35.283 hektar, sementara pada April 2020 mencapai 39.295 hektar (Gambar 1).
Sementara itu, luas panen padi pada Januari 2022 mencapai 6.812 hektar, dan potensi panen
sepanjang Februari hingga April 2022 diperkirakan seluas 54.819,19 hektar. Dengan demikian,
total luas panen padi pada Subround Januari-April 2022 diperkirakan mencapai 61.631,51
hektar, atau mengalami peningkatan sekitar 2.490,75 hektar (4,21 persen) dibandingkan luas
45 000,00
40 000,00
35 000,00
30 000,00
25 000,00
20 000,00
15 000,00
10 000,00
5 000,00
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2020 5 811,47 5 287,01 7 326,31 39 294,6 10 269,1 5 432,34 8 026,88 21 985,3 6 437,43 3 620,18 4 245,64 3 869,49
2021 7 195,03 3 748,23 12 914,9 35 282,5 9 149,61 6 062,41 10 533,9 19 955,1 6 423,87 3 667,17 3 703,03 5 391,81
2022 6 812,32 5 590,77 23 213,5 26 014,8
Produksi padi di Kabupaten Jember sepanjang Januari hingga Desember 2021 mencapai
sekitar 615,70 ribu ton GKG, atau mengalami peningkatan sekitar 25,43 ribu ton GKG (4,31
persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 590,26 ribu ton GKG. Produksi padi tertinggi pada
2021 terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 196,29 ribu ton GKG sementara produksi terendah
terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 19,50 ribu ton GKG. Sama halnya dengan kondisi
pada 2021, produksi padi tertinggi pada 2020 juga terjadi pada bulan April (Gambar 2).
250,00
200 000
200,00
150 000
150,00
100 000
100,00
50 000
50,00 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
2020 29 030 26 410 36 597 196 287 47 264 24 995 36 936
2021 36 211 18 864 64 985 177 542 44 381 29 394 51 096
0,00 2022 34 285 28 137 116 771 130 922
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2020 29,03 26,41 36,60 196,29 47,26 24,99 36,94 101,19 32,43 2020 21,39 2021
18,24 19,50 2022
2021 36,21 18,86 64,98 177,54 44,38 29,39 51,10 96,81 32,28 18,43 18,61 27,09
2022 34,28 28,14 116,77 130,92
250 000
Keterangan: * Produksi padi Januari-April 2022 adalah angka sementara.
Tabel 1 Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Jember Menurut Subround, 2020-
2021
Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka
produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2021 setara dengan 355,52 ribu ton beras,
atau mengalami peningkatan sebesar 14,69 ribu ton (4,31 persen) dibandingkan 2020 yang
mencapai 340,83 ribu ton. Produksi beras tertinggi pada 2021 terjadi pada bulan April, yaitu
sebesar 113,34 ribu ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada bulan Oktober
2020 yaitu sebesar 10,64 ribu ton. Sama halnya dengan tahun 2021, produksi beras tertinggi
pada 2020 juga terjadi pada bulan April (Gambar 3).
Pada Januari 2022, produksi beras diperkirakan sebanyak 19,80 ribu ton beras, dan potensi
produksi beras sepanjang Februari hingga April 2022 ialah sebesar 159,27 ribu ton. Dengan
demikian, potensi produksi beras pada Subround Januari-April 2022 diperkirakan mencapai
179,07 ribu ton beras atau mengalami peningkatan sebesar 7,23 ribu ton (4,20 persen)
dibandingkan dengan produksi beras pada Januari-April 2021 yang mencapai 171,84 ribu ton
beras.
100,00
100 000
60,00
80 000
67 426
40,00 60 000
40 000
20 909
20,00 16 247
20 000 19 797
15 250
16 762 10 892
0,00 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov
0 Des 2
2020 16,76 15,25 21,13 113,34 27,29 14,43 21,33 58,43 18,73 10,53 12,35 11,26
2021 20,91 10,89 37,52 102,52 25,63 16,97 29,50 55,90 18,64 10,64 10,74 15,64
2022 19,80 16,25 67,43 75,60
Keterangan: r Produksi beras 2020-2021 dihitung ulang menggunakan konversi susut/tercecer gabah berdasarkan Neraca Bahan Makanan
(NBM) 2018-2020 (sebelumnya berdasarkan NBM 2016-2018)
* Produksi beras Januari-April 2022 adalah angka sementara
Produksi padi diperoleh dari hasil perkalian antara luas panen (bersih) dengan produktivitas.
Luas panen tanaman padi di lahan sawah harus dikoreksi dengan besaran konversi galengan.
Sementara itu, untuk luas panen tanaman padi di lahan bukan sawah, luas galengan dianggap
tidak ada (tidak dikoreksi dengan besaran konversi galengan). Produksi padi dan beras dihitung
pada level kabupaten/kota.
Sejak 2018, BPS menggunakan metode KSA untuk penghitungan luas panen padi. Luas panen
padi dihitung berdasarkan pengamatan yang objektif (objective measurement) menggunakan
metodologi KSA yang dikembangkan oleh BPPT dan BPS. Metodologi KSA telah mendapat
pengakuan dari LIPI. Sampai saat ini, metodologi KSA menggunakan 25.347 sampel segmen
lahan berbentuk bujur sangkar berukuran 300 m X 300 m (9 hektar) dengan lokasi yang tetap.
Setiap bulan, masing-masing sampel segmen diamati secara visual di 9 (sembilan) titik dengan
menggunakan HP berbasis android sehingga dapat diamati kondisi pertanaman di sampel
segmen tersebut (persiapan lahan, fase vegetatif, fase generatif, fase panen, lahan puso/rusak,
lahan pertanian ditanami bukan padi, dan lahan bukan pertanian). Hasil amatan kemudian
difoto dan dikirimkan ke server pusat untuk diolah. Pengamatan yang dilakukan setiap bulan
Estimasi angka produktivitas padi diperoleh dari Survei Ubinan. Sejak 2018, BPS menggunakan
hasil Survei KSA dalam penentuan sampel ubinan. Penggunaan basis KSA dalam menentukan
sampel ubinan bertujuan mengurangi risiko lewat panen (non-response) sehingga perhitungan
menjadi lebih akurat. Penentuan lokasi sampel ubinan yang tadinya dilakukan secara manual
saat ini menggunakan aplikasi berbasis android. Koordinat plot ubinan digunakan sebagai dasar
dalam melakukan evaluasi dan analisa spasial ubinan. Pelatihan secara berjenjang juga telah
dilakukan untuk meningkatkan kualitas petugas ubinan. Selain itu, telah dikembangkan pula
metode pengolahan data ubinan berbasis web dan software untuk pengecekan data pencilan
(outlier) sehingga dapat meningkatkan kualitas data yang dihasilkan.
Hasil pengamatan Survei KSA pada bulan berjalan dapat digunakan untuk mengestimasi
potensi luas panen selama tiga bulan ke depan. Potensi panen satu bulan ke depan diperkirakan
dari fase generatif, potensi panen dua bulan ke depan berasal dari fase vegetatif akhir, dan
potensi panen tiga bulan ke depan dilihat dari fase vegetatif awal.
Sebagai catatan, angka produksi padi 2020 dan 2021 merupakan angka tetap. Sementara angka
produksi padi Januari-April 2022 merupakan angka sementara karena masih mengandung
angka potensi luas panen (Februari-April) dan menggunakan produktivitas tahun sebelumnya
(Januari-April 2021). Angka luas panen 2022 terdiri dari angka realisasi luas panen Januari
dan potensi luas panen Februari hingga April. Angka produktivitas yang digunakan untuk
penghitungan produksi padi bulan Januari sampai dengan April 2022 merupakan angka
produktivitas hasil Survei Ubinan Subround Januari-April 2021. Oleh karena itu, angka luas
panen dan produksi padi/beras Januari-April 2022 dapat berubah setelah diperoleh angka
realisasi luas panen hasil Survei KSA periode Februari hingga April dan angka realisasi
produktivitas hasil Survei Ubinan Subround I (Januari-April) 2022.
Sejak tahun 2017, perhitungan luas lahan baku sawah disempurnakan melalui verifikasi 2 tahap.
Verifikasi tahap pertama menggunakan citra satelit resolusi sangat tinggi. Pemanfaatan citra
satelit dalam statistik pangan telah dibahas dalam lokakarya internasional yang melibatkan
FAO, IFPRI, Kementerian Pertanian, BPPT, MAPIN, IRRI, BPS, dan BIG di Kantor Staf Presiden
pada tanggal 27 November 2017. Citra satelit resolusi sangat tinggi yang diperoleh dari LAPAN
kemudian diolah oleh BIG mengunakan metode Cylindrical Equal Area (CEA) untuk dilakukan
pemilahan dan deliniasi antara lahan baku sawah dan bukan sawah. Metode ini menghasilkan
angka luas sawah yang aktual sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Verifikasi tahap kedua
dilakukan melalui validasi ulang di lapangan oleh Kementerian ATR/BPN. Masukan informasi
dari hasil KSA BPS juga digunakan dalam validasi ulang di lapangan oleh Kementerian ATR/
BPN. Pada tahun 2019, Kementerian ATR/BPN menetapkan luas lahan baku sawah nasional
3.6. Angka Konversi dari Gabah Kering Panen (GKP) ke Gabah Kering Giling (GKG) dan
Angka Konversi dari GKG ke Beras-
Penghitungan konversi gabah menjadi beras memerlukan angka konversi GKP ke GKG dan
angka konversi GKG ke beras. Pada 2018, BPS memperbaharui kedua angka ini dengan
melaksanakan Survei Konversi Gabah ke Beras di dua periode musim yang berbeda dengan
basis provinsi sehingga didapatkan angka konversi untuk masing-masing provinsi. Sebelumnya,
survei hanya dilakukan pada satu musim tanam dan secara nasional. Angka konversi GKP
ke GKG serta GKG ke beras hasil survei pada level provinsi digunakan dalam perhitungan
produksi padi (GKG) dan beras. Angka tersebut bervariasi antar provinsi.
Selain itu, perhitungan produksi beras juga memperhitungkan proporsi gabah dan beras
yang susut/tercecer, serta digunakan untuk penggunaan non pangan. Proporsi gabah susut/
tercecer yang digunakan untuk penghitungan produksi beras pada 2020 dan 2021 (angka
sementara) sebelumnya menggunakan angka konversi berdasarkan Neraca Bahan Makanan
(NBM) 2016-2018. Pada 2021, Neraca Bahan Makanan telah diperbaharui menjadi NBM
2018-2020, sehingga sehingga produksi beras 2021 (angka tetap) dihitung menggunakan
angka konversi berdasarkan NBM 2018-2020 dan dilakukan penghitungan ulang terhadap
produksi beras 2020. Gambar 6 menyajikan alur konversi gabah hingga menjadi beras untuk
pangan penduduk pada level nasional.
Keterangan :
1. Survei Konversi Gabah ke Beras tahun 2018
2. Konversi yang digunakan dalam perhitungan NBM/Neraca Bahan Makanan (Badan Ketahanan Pangan-Kementan)
Konversi susut/tercecer gabah pada NBM 2016-2018 sebesar5,40% diperbaharui menjadi4,92% pada NBM 2018-2020.
Sehingga Konversi GKG ke GKG Untuk Diolah berubah dari92,70% menjadi 93,18%.
3. Beras untuk pangan penduduk mencakup pangan rumah tangga dan non rumah tangga, seperti hotel, restoran, dan katering