Anda di halaman 1dari 29

Precipitate = endapan

Titrasi pengendapan didasarkan pd reaksi antara


analit (titrat) dengan titran yg membentuk
endapan yang sukar larut.

Titrasi pengendapan yg menggunakan zat


pengendap AgNO3 disebut titrasi ARGENTOMETRI
Sebagai contoh: Ion klorida (Cl-) dapat dititrasi
dengan ion perak (Ag+)
Berdasarkan indikator yang dipakai utk
penentuan titik akhir, titrasi
argentometri dibedakan:

• Cara Mohr: indikator K2CrO4. Titran


AgNO3. Terutama utk menentukan
garam klorida dgn titrasi langsung,
atau menentukan garam perak dgn
titrasi kembali. pH diatur agar tidak
terlalu asam atau terlalu basa
(antara 6-10)
• Cara Volhard: indikator Fe3+, titran
KSCN atau NH4SCN. Untuk menentukan
garam perak dengan titrasi langsung
atau gram klorida, iodida, tiosianat
dengan titrasi kembali stlh
ditambahkan AgNO3 berlebih. pH harus
cukup rendah.

• Cara Fajans: indikatoar adsorpsi sesuai


dgn anion yg diendapkan oleh Ag+.
Titran AgNO3. pH tergantung pd macam
anion dan indikator yg dipakai.
Titrasi dengan pereaksi pengendap sangat
berguna utk menentukan bbrp analit tertentu.
Utk memahami ketepatan titrasi, pemilihan
indikator, perlu dipelajari kurva titrasi.

Pembuatan kurva titrasi utk titrasi pengendapan


dgn mengalurkan volume titran sebagai absis dan
pAg atau pX (X = anion yg diendapkan oleh Ag +)
sebagai ordinat.
Titrasi argentometri pada penentuan Cl - dgn
memplot vol titran (AgNO3) terhadap pCl atau
pAg.
pCl

Vol titran (mL AgNO3)

pAg

Vol titran (mL AgNO3)


50 mL larutan NaCl 0,1 M dititrasi dgn
AgNO3 0,1 M.
(1) Berapakah konsentrasi Cl- di awal
(sebelum titrasi dimulai),
dan berapakah konsentrasi Cl- dan Ag+
setelah
(2) (i) stlh pemberian 49,00 ml titran, (ii)
stlh pemberian 49,99 mL titran,
(3) pada titik ekivalen (penambahan 50 ml
titran,
(4) Setelah titik ekivalen 51 mL titran.
Awal: pCl = - log [Cl-] = - log 0,1 = 1
[Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl

 Ag 

1,0 x 10 10
10 1
 10 9

pAg = 9
•Sebelum titik ekivalen :
Ag+ + Cl- == AgCl 
y (a – n) + y n–y
Dimana: a = mmol Cl semula
n = mmol Ag+ yg telah ditambahkan
y = mmol Ag+ yg tak terendapkan sbg akibat
kesetimbagan.
(2) Banyak Cl- total = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol
Ag+ dlm 49,00 mL = 4,90 mL x 0,1 M = 4,9 mmol
Jadi (a – n) = 5,0 – 4,9 mmol = 0,1 mmol.
volume total = 99 mL

Cl- + Ag+ == AgCl

Awal : 5 mmol 4,9 mmol


Bereaksi: 4,9 mmol 4,9 mmol
Terbtk: 4,9 mmol

Kesbgn : (0,1 + y)mmol y mmol (4,9-y) mmol


Dengan mengabaikan y terhadap 0,1 maka
[Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl

y 0,1
x 1,0 x 10 10
99 99

x  99
10 2
y . 0,1 1,0 x10
y  0,98 x105 105
10-5 ini memang dapat diabaikan terhadap 0,1 sehingga

 
5
 0,1mmol 3  10 mmol
[Cl ]   1,0 x 10 M dan Ag   107 M
99mL 99mL

pCl = 3 dan pAg = 7


(3) Banyak Cl- total = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol
Ag+ dlm 49,99 mL = 49,99 mL x 0,1 M = 4,999 mmol
Jadi (a – n) = 5,0 – 4,999 mmol = 0,001 mmol.
volume total = 99,99 mL

Cl- + Ag+ == AgCl

Awal : 5 mmol 4,999 mmol


Bereaksi: 4,999 mmol 4,999 mmol
Terbtk: 4,999 mmol

Kesbgn : (0,001 + y)mmol y mmol (4,999-y) mmol


[Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl
y 0,001
x  1,0 x 10 10
99,99 99,99

y . 0,001 1,0 x10 10 x  99,99 


2

1
x  99,99 x
10 2
y 1,0 x10 10  3
0,001
Berarti besarnya nilai y = 0,001 sama dengan nilai
(a – n) = 0,001, shg nilai y harus dihitung dari
persamaan kuadrat.
Ag+ + Cl- == AgCl
y (a – n) + y n–y
y 0,001  y
x 1,0 x 10 10
99,99 99,99
x  99,99 
10 2
y . (0,001  y ) 1,0 x10
6
0,001y  y  0,999.102

0,001 y  y 2 1.10 6
6
0,001 y  y 1.102

3 6
y  1.10 y  1.10  0
2

 b  b 2  4ac
y12 
2a

 103  106  4(1)(106 )


y12 
2 .1
 103  2,23.103
y12 
2
1,236.103
y1 Y1 = 6,18.10-4
2

Y2 = -1,615.10-3

y = 6,18 x 10-4
[Cl-] = (0,001 + 6,18 x 10-4)mmol/99,99mL = 1,618 x 10-5 M
[Ag+] = 6,18mmol/99,99mL = 0,618 x 10-5 M
pCl = 4,79
pAg = 5,21
(4) Titik ekivalen
[Ag+] = [Cl-] = Ksp AgNO3 = 10-5 M
pAg = pCl = 5

(5). Lewat titik ekivalen: sekarang terdapat kelebihan


titran (Ag+), sehingga:
Ag+ + Cl- == AgCl
(n - a) + y y a–y
Selama (n - a) masih kecil, dekat titik ekivalen, y
harus dihitung dari persamaan kuadrat; Setelah cukup
jauh dr titik ekivalen, y dapat diabaikan thd (n – a).
Banyaknya Cl- total = 50 mL . 0,1 M = 5 mmol
Ag+ dalam 51 mL = 51 mL . 0,1 M = 5,1 mmol

Cl- + Ag+ == AgCl

Awal : 5 mmol 5,1 mmol


Bereaksi: 5 mmol 5 mmol
Terbtk: 5 mmol

Kesbgn : y mmol (0,1 + y) mmol (5 - y) mmol

Dengan mengabaikan y terhadap 0,1 maka


[Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl
0,1 y
x 1,0 x10 10
101 101

y . 0,1 1,0 x1010 x 101


2

1
x 101 x  10 5
10 2
y 1,0 x 10
0,1

[Cl-] = (1,0 x 10-5)mmol/101mL = 0,99 x 10-7 M


[Cl-] = 1.10-7 M
[Ag+] = (0,1 + 1,0 x 10-5)mmol/101mL = 0,99 x 10-3 M
[Ag+] = 1.10-3

pAg = 3
pCl = 7
Soal:
• Hitunglah pCl dan pAg utk titrasi
50,0 mL ion klorida 0,0500 M
dengan Ag+ 0,1000 M, sebelum
penambahan titran (0 mL titran),
sebelum titik ekivalen (24,90 mL
titran), pd titik ekivelen (25,00 mL
titran) dan sesudah titik ekivalen
(25,10 mL titran).Ksp AgCl =
1x10-10)
Ttik akhir titrasi argentometri dapt dideteksi
dengan mengukur baik pCl maupun pAg
dengan elektroda yg cocok dan potensiometer.
Akan tetapi akan lebih cocok bila kita memakai
indikator visual

1. Indikator yg beraksi dgn titran.


Indikator pad titrasi dgn metode Mohr,
indikatornya K2CrO4, yg bereaksi dgn titran
membentuk endapan merah Ag2CrO4.
CrO4- + 2Ag+  Ag2CrO4
Konsentrasi indikator sangat penting, Ag2CrO4
hrs baru mengendap setelah konsentrasi Ag+
pada titik ekivalen yaitu 10-5. shg konsentrasi
CrO42- yg diperlukan

[Ag+]2 . [CrO42-] = ksp Ag2CrO4


(10-5)2 [CrO42-] = 1,1 x 10-12
[CrO42-] = 0,011 M

> dari 0,011 M Ag2CrO4 mulai mengendap saat


[Ag+] < 10-5.
< dari 0,011 M Ag2CrO4 mulai mengendap saat
[Ag+] > 10-5.
Dlm praktek konsentrasi indikator dibuat 0,002 –
0,005, karena bila konsentrasi lebih besar dari ini
warna kuning dari ion kromat dapt mengaburkan
warna merah bata dari endapan Ag2CrO4 yg terbntk.
Contoh indikator lain adlah indikator yg dipakai pad
titrasi metode Volhard. Ini adalah titrasi tdk langsung
thd anion (Cl-, Br-, dan SCN-) yg mengendap dengan
perak.
Larutan perak nitrat berlebih ditambahkan untk
mengendapkan anion kemudian kelebihan Ag+
ditentukan dgn cara titrasi kembali dgn larutan baku
kalium tiosianat.
X- + Ag+  AgX + kelebihan Ag+
Kelebihan Ag+ + SCN-  AgSCN
X- + Ag+  AgX (putih) + kelebihan Ag+
Kelebihan Ag+ + SCN-  AgSCN (putih)
Indikator Fe(III) dlm bentuk Ferri amonium sulfat.
Kelebihan SCN- akan bereaksi dgn ferri mbtk
kompleks (warna merah tua).
Fe3+ + SCN-  Fe(SCN)2+.
2. Indikator absorpsi: Zat yg dapt diserap pad
permukaan end (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Misalnya indikator fluoresens
dipakai utk menentukan ion klorida dengan ion
perak. Indikator ditulis sbg HFl.
HFl == H+ + Fl-
Awal titrasi: endapan AgCl berada dalam
lingkungan dimana masih ada kelebihan Cl-,
shg endp menyerap Cl- yg menyebabkan
butiran koloid bermuatan negatif. Krn
muatan Fl- jg negatif maka Fl- tidak dapat
ditari atau diserap oleh butiran koloid tsb.
Pd ttk ekivalen tdk ada kelebihan Cl- atau
Ag+, larutan bersifat netral.
• Pada saat lewat titik ekivalen, kelebihan
Ag+, akan diserap koloid AgCl shg koloid
bermuatan positif, yang selanjutnya dapt
menarik Fl- sehg terjadi perubahan warna
endapan menjadi merah.
• Metode titrasi ini dikenal dengan metode
Fajans.
• Pada titrasi dgn metode ini perlu
ditambahkan amilum yg fungsi nya menjadi
endapan berada pada keadaan koloid.
Contoh2 titrasi pengendapan

Analit Titran Metode


AsO43- AgNO3, KSCN Volhard
Br- AgNO3 Mohr, Fajans
AgNO3, KSCN Volhard
Cl- AgNO3 Mohr, Fajans
AgNO3, KSCN Volhard
CO32- AgNO3, KSCN Volhard
C2O42- AgNO3, KSCN Volhard
CrO42- AgNO3, KSCN Volhard
I- AgNO3 Fajans
AgNO3, KSCN Volhard
PO43- AgNO3, KSCN Volhard
S2- AgNO3, KSCN Volhard
SCN- AgNO3, KSCN Volhard
(1). Campuran yg mengandung KCl dan NaBr
dianalisis dengan metode Mohr. Sebanyak
0,3172 g sampel dilarutkan dalam 50 mL air
dan dititrasi sampai titik akhir titrasi
diperlukan 36,85 mL AgNO3 0,1120 M.
Titrasi terhadap blangko menghabiskan titran
sebanyak 0,71 mL. Hitunglah persen b/b dari
KCl dan NaBr dalam sampel.
(Diket. BM KCl = 74,55 g/ml dan BM NaBr
= 102,89 g/mol)
Hasil KCl = 82,41%, NaBr 17,59%.
(2). Persen b/b dari I- dalam 0,6712 g
sampel ditentukan dgn titrasi metode
Volhard. Setelah sampel ditambahkan
50,00 mL AgNO3 0,05619 M dan diikuti
dengan terbentuknya endapan.
Kemudian kelebihan ion perak dititrasi
dengan KSCN 0,05322 M, diperlukan
35,14 mL utk mencapai titik akhir
titrasi. Hitunglah % b/b dari I- dalam
sampel.(Diket. Ar I = 126,9 g/mol).
• (Hasil 17,76%)
PR
• Kerjakan soal nomor 58, 59 dan 60
buku Modern Analytical Chemistry,
David Harvey halaman 366.
Soal:
58). A 0.5131 g sample containing
KBr is dissolved in 50 mL of distilate
water. Titrating with 0.04614 M
AgNO3 requires 25.13 mL to reach
the Mohr end point. A blank titration
requires 0,65 mL to reach the same
end point. Report the % w/w KBr ini
the sample.(FW KBr =119.01 g/mol).
59). A 0.1036 g sampel containing only
BaCl2 and NaCl is dissolved ini 50 mL of
distilate water. Titrating with 0.07916 M
AgNO3 requires 19.46 mL to reach the
Fajans end point. Report the % w/w BaCl2
in sample.(FW BaCl2 = 208.25 g/mol, FW
NaCl = 58.44 g/mol)

60). A 0.1093 g sample of impure Na2CO3


was analyzed by the volhard method. After
adding 50,00 mL of 0.06911 M AgNO3, the
sample was back titrated with 0.05781 M
KSCN, requiring 27.36 mL to reach the end
point. Report the purity of the Na2CO3
sample.(FW Na2CO3 = 105.99 g/mol)

Anda mungkin juga menyukai