Anda di halaman 1dari 10

Kelompok III

Gilang Ramadhan (062140422499)


Intan Hidayati (062140422500)
Luraselly Arda A (062140422501)
Miftahul Jannah (062140420354)
TITRASI PENGENDAPAN
Kimia Analisis
Titrasi Pengendapan

01 03 05
Pengertian Titrasi Macam-macam
Kurva Titrasi
Pengendapan Metode Dalam
Pengendapan
Titrasi
Pengendapan
02 (Argentometri) 04
Faktor-faktor Yang
Menpengaruhi Indikator Titrasi
Kelarutan Dalam Pengendapan
Titrasi
Pengendapan
1. Pengertian Titrasi Pengendapan
• Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar
zat yang didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari
komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat.

• Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam


pembentukan endapan, cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion
halida, anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau
untuk penetapan kadar perak tersebut.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
Dalam Titrasi Pengendapan

01 02 03
Temperatur Sifat Pelarut Efek Ion Sejenis
kelarutan bertambah daram anorganik lebih kelarutan endapan
dengan naiknya temperatur larut dalam air dalam air berkurang

04 05 06
Ion-ion lain Pengaruh pH Pengaruh Hidrolisis
endapan bertambah larutan garam dari Jika garam dari asam
kelarutannya asam lemah lemah dilarutkan dalam
tergantung pada Ph air, menghasilkan kation
larutan
3. Macam-macam Metode dalam Titrasi Larutan
Pengendapan
• Metode Mohr
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam larutan yang lebih basa perak
oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena
HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali. Kegunaan metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar Klorida
atau Bromida. Prinsip penetapannya larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak
alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kromat.

• Metode Volhard
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari Jerman pada tahun
1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan yang
mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan
standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe3+.

• Metode Fajans
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator adsobsi. Jika AgNO3
ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya
warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan
larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang
terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan.
4. Indikator Titrasi Pengendapan
1.) Indikator kalium
kromat K2CrO4
Titrasi argentometri dengan
menggunakan indicator ini biasa
disebut sebagai argentoetri 3.) Indikator adsorbsi
dengan metode Mohr Titrasi argentometri dengan
indicator adsorbsi disebut
sebagai titrasi argentometri
2.) Indikator Fe3+ dengan menggunakan
metode Fajans
Titrasi argentometri dengan
indicator ini disebut sebagai
titrasi argentometri dengan
metode volhard.
5. Kurva Titrasi
Pengendapan
• Kurva titrasi argentometri dibuat dengan mengeplotkan antara
perubahan konsentrasi analit pada sumbu ordinat dan volume
titran pada sumbu aksis.
• Konsentrasi analit :
fungsi (p) yaitu pX = -log[X]
• Kurva titrasi dapat dibagi menjadi 3 bagian wilayah yaitu :
• sebelum titik ekuivalen
• pada saat titik ekuivalen
• setelah titik ekuivalen
50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3 0,10 M. Hitung
konsentrasi ion klorida selama titrasi dan buat kurva pCl vs ml AgNO3.
Ksp AgCl = 1 x 10-10
Awal sebelum titrasi : Pada titik ekivalen (TE) :
[Cl–] = 0,10 M, maka pCl = 1,00 Ag+ + Cl– → AgCl (p)
Setelah penambahan 10 ml AgNO3 : Awal 5,00 mmol 5,00 mmol
Ag+ + Cl– → AgCl (p) perubahan -5,00 mmol -5,00 mmol
awal 1,00 mmol 5,00 mmol kesetimbangan – –
perubahan -1,0 mmol -1,0 mmol [Ag+] = [Cl-] [Ag+][Cl-] = Ksp = 1,0 x 10-10
kesetimbangan – 4,0 mmol [Cl-] = 1,0 x 10-5 maka pCl = 5,00
[Cl-] = 4,00 mmol / 60,0 ml = 0,067 M
pCl = 1,17 Setelah penambahan 60,0 ml AgNO3 :
Ag+ + Cl– → AgCl (p)
Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3 : awal 6,00 mmol 5,00 mmol
Ag+ + Cl– → AgCl (p) perubahan -5,00 mmol -5,00 mmol
awal 4,99 mmol 5,00 mmol kesetimbangan 1,00 mmol –
perubahan -4,99 mmol -4,99 mmol [Ag+] = 1,00 mmol / 110 ml = 9,1 x 10-3 M
kesetimbangan – 0,01 mmol pAg = 2,04 maka pCl = 10,00 – 2,04 = 7,96
[Cl-] = 0,01 mmol / 99,9 ml = 1,0 x 10-4 M
pCl = 4,00 Secara umum untuk halida :
Ag+ + X– → AgX (p)
Tetapan kesetimbangan : K = 1 / [Ag+][X–] = 1 / Ksp
Makin kecil Ksp makin besar K suatu titrasi .
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai